Sejatinya, kita harus mengakui bahwa kebanyakan dari kita belum mempunyai dinamika yang benar dengan Allah, karena pengaruh dunia sudah begitu kuat. Maka, kita harus berjuang terus. Apalagi dengan adanya teknologi yang canggih, misalnya gadget yang kita miliki, yang isinya bermacam-macam. Sebagai seorang hamba Tuhan yang baik dan benar dan mau diurapi Tuhan, kita tidak akan membuka tontonan apa pun kecuali khotbah yang di mana di situ Tuhan berbicara. Maka, mari kita berdinamika dalam interaksi dengan Allah secara benar, sehingga Tuhan bisa menikmati kita. Sejatinya, Allah tidak bisa disenangkan dengan apa pun, karena Allah bisa berbuat apa saja. Tetapi kalau ada makhluk ciptaan yang memiliki kehendak bebas—dimana dia bisa taat, tapi juga dia bisa tidak taat; dia bisa mengabdi, tapi dia juga bisa memberontak—namun ia memilih taat dan mengabdi dan mencintai Allah serta menghormati Dia, maka hal ini akan membahagiakan hati Tuhan; menjadi kesukaan hati Tuhan.
Dinamika hidup dalam bergaul dengan Allah, jika sampai terbangun, maka kita bisa merasa tidak membutuhkan apa pun. Kita bisa menjadi orang yang tahan menghadapi segala keadaan, sehingga kita menjadi kuat. Kita akan memiliki sukacita yang tidak bisa dimengerti orang. Namun, biasanya keluarga dekat dan sahabat yang tidak takut akan Allah bisa men-distract kita. Maka, kita harus duduk diam di kaki Tuhan untuk membenahi hidup kita. Khususnya bagi para hamba Tuhan, kita harus punya waktu untuk duduk diam di kaki-Nya, sehingga bisa menerima pesan-pesan dari Tuhan. Kita bisa belajar bagaimana seorang Henokh bergaul dengan Allah, sehingga Allah tidak mau berpisah dengan pribadi atau sosok ini. Pada zaman sekarang, di tengah-tengah dunia yang sudah rusak dan bejat, dimana semua diarahkan untuk berdinamika dengan dunia, kita memilih sebaliknya, yaitu berdinamika dengan Allah. Betapa berharganya dan bernilainya kita.
Di dalam Alkitab, kita menemukan orang-orang yang menarik hati Allah, seperti misalnya Daud. Walaupun Daud juga tidak luput dari kesalahan, tetapi hatinya mengasihi Allah. Nuh juga mendapat kasih karunia. Dia benar di mata Allah karena menjauhi kejahatan. Karena keadaan itulah dia bisa bergaul dengan Allah. Tentu Nuh orang yang takut akan Allah, sehingga perjanjian-Nya diberitahukan kepadanya. Jadi, apa pun kebutuhan dan masalah hidup kita, masalah utama kita adalah membangun persahabatan dengan Allah. Maka berapa pun harganya, harus kita penuhi. Jangan sampai kita berbuat salah. Jangan kita terikat dengan dunia dan kesenangan-kesenangannya. Hanya orang yang berjalan dengan Allah, yang benar-benar merindukan Allah, dirindukan oleh Allah juga.
Maka, jangan kita mempunyai prioritas lain. Satu-satunya dunia kita hanyalah Tuhan. Kalau seseorang sejak muda memiliki dinamika bergaul dengan Allah, pasti hidupnya akan luar biasa. Dia tidak akan berbicara soal jodoh, uang, rumah, karena itu bukan hal yang prioritas. Jangan mengotori pikiran kita. Jangan melihat apa yang tidak patut dilihat, dan jangan mendengar yang tidak perlu didengar, termasuk percakapan yang sia-sia. Kita harus tegas untuk menjaga hidup kita. Sebab kalau pikiran kita rusak, Setan akan mudah memengaruhi kita. Maka perhatikan dengan saksama cara kita menggunakan media sosial, tentu kita harus berhati-hati. Media sosial bisa dipakai Tuhan, tetapi sekarang ini justru lebih banyak dipakai Setan. Kalau kita ceroboh dalam menggunakannya, kita akan merusak dinamika hidup kita dalam bergaul dengan Allah.
Isi jiwa kita dengan kebenaran yang murni, sebab kalau jiwa kita lengkap oleh kebenaran-kebenaran Firman, kita baru bisa berkata: “Hanya Tuhan yang kubutuhkan.” Tetapi kalau jiwa kita belum lengkap, belum utuh, belum dewasa karena belum banyak mengonsumsi kebenaran sehingga belum terbangun sirkuit pengertian yang benar dalam nalar pikiran kita, maka kita masih merasa membutuhkan yang lain. Seharusnya, berapa pun harganya, kita harus bertekad untuk memiliki dinamika hidup bergaul dengan Allah. Jangan melakukan apa yang tidak perlu kita lakukan. Bergaulah dengan orang yang bisa memberikan impartasi spirit yang baik.
Sebelum waktu hidup kita usai karena setiap kita mempunyai deadline; memiliki batas waktu, dan kita tidak tahu kapan berakhirnya, maka sebelum waktu hidup kita berakhir, kita harus sungguh-sungguh menemukan dinamika hidup bergaul dengan Allah secara benar. Khususnya bagi para pendeta, jurubicara Tuhan, jangan kita hanya menyampaikan apa yang dibaca di buku. Tentu, apa yang dibaca dan dipelajari, itu yang kita sampaikan. Tetapi bagian yang mana dan dengan cara bagaimana? Dengan pemilihan kata dan kalimat yang bagaimana? Hal itu haruslah Roh Kudus yang memimpin, supaya pendeta atau pembicara dapat menjadi jurubicara Tuhan yang benar. Setiap kita harus selalu mengandalkan Roh Kudus, agar hidup kita dapat diproses untuk mengalami dinamika yang benar dalam bergaul dengan Tuhan.
Jadi, apa pun kebutuhan dan masalah hidup kita, masalah utama kita adalah membangun persahabatan dengan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar