Sabtu, 30 Desember 2017
MELAYANI DARI HATI TUHAN
1 Petrus 4:10-11
10 Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
11 Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
Harus dengan rendah hati kita kembali merumuskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan pelayanan itu? Untuk menemukan rumusannya kita harus terlebih dahulu memperkarakan: Apakah rencana Allah dalam dunia ini, bagaimana turut mewujudkan rencana tersebut, dan kualifikasi apakah yang harus dimiliki seorang pelayan Tuhan. Sesungguhnya, rencana Allah pada dasarnya adalah mempersiapkan suatu umat yang akan mengelola alam ciptaan-Nya di langit dan bumi yang baru. Hal ini merupakan pemenuhan maksud penciptaan alam semesta. Tuhan menciptakan langit dan bumi yang pertama dengan sempurna. Tuhan juga akan menciptakan langit dan bumi yang baru dengan sempurna, tempat di mana kita akan bersama dengan Tuhan selama-lamanya.
Pelayanan adalah proyeksi persiapan memerintah bersama dengan Kristus. Umat yang dipersiapkan adalah umat yang hendak dibentuk atau diproses menjadi seperti yang Tuhan kehendaki, yaitu manusia yang sempurna. Tentu, masing-masing individu di sini memiliki tempatnya masing-masing (Matius 20:23). Sehingga sebenarnya sejak dilahirkan, setiap orang telah memiliki tempat yang dipersiapkan Allah baginya untuk mengabdi. Jadi, pelayanan adalah usaha untuk menempatkan setiap orang pada tempatnya. Untuk ini Tuhan sudah memberikan Roh-Nya dan Firman sebagai penuntun. Roh dan Firman tersebut adalah kuasa atau hak (Yun. exousia) supaya menjadi anak-anak Allah. Kuasa itu juga menuntun orang percaya bagaimana dapat melayani Bapa dengan benar.
Setiap orang Kristen harus ada di dalam pelayanan. Sebab, amanat agung Tuhan Yesus tidak hanya ditujukan kepada sekelompok orang saja. Respon terhadap tanggung jawab hidup itu, kita memiliki panggilan masing-masing di tempat di mana kita harus berada. Dalam hal ini, semua orang percaya adalah utusan Tuhan. Adapun panggilan menunjuk kepada fungsi orang percaya dalam pelayanan tersebut. Karena, setiap orang memiliki fungsi berbeda. Hal ini dinyatakan oleh Paulus mengenai satu tubuh tetapi banyak anggota (1Kor. 12:12-18). Orang percaya harus menemukan tempat di mana ia dapat berkarya bagi Tuhan sebagai responnya. Untuk menggenapi rencana-Nya, Tuhan menempatkan masing-masing individu pada tempat yang khusus. Itulah panggilan tersebut. Masing-masing orang percaya pasti memiliki panggilan yang khas, khusus, dan benar-benar spesifik. Dengan demikian, yang bertanggung jawab dalam pelayanan atau hidup dalam misi Bapa bukan hanya para rohaniwan.
Ketika Tuhan Yesus mengajak Matius pemungut cukai untuk mengikut Dia, Matius harus meninggalkan rumah cukainya (Markus 2:13-17), tetapi dalam Lukas 19:1-10, Zakheus yang menerima tawaran mengikut Yesus tidak harus meninggalkan rumah cukainya, ia tetap menjadi pemungut cukai. Tentu praktik-praktik fasik atau segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran Tuhan dalam pekerjaannya harus ditanggalkan. Di sisi lain ketika orang gila di Gadara hendak mengikut Yesus menjadi seperti murid-murid yang lain, Tuhan Yesus melarangnya. Mengapa? Sebab setiap orang memiliki tempat yang berbeda untuk melayani dan mempermuliakan Tuhan (Lukas 8:39).
Itulah sebabnya suatu pekerjaan dikategorikan sebagai pekerjaan duniawi atau rohani bukan tergantung jenis pekerjaan tersebut tetapi motivasi dan tendensi pekerjaan itu diselenggarakan.
Jadi, ladang Tuhan itu bukan hanya menyangkut pekerjaan-pekerjaan yang berada di lingkungan gereja tetapi segala sesuatu yang mendukung pelebaran Kerajaan Allah atau bernuansa misi Bapa adalah ladang Tuhan. Dengan demikian, setiap orang percaya dengan yakin melakukan pekerjaan masing-masing sebagai karyawan swasta, pegawai negeri, dokter, kontraktor, suster, dan lain-lain untuk kemuliaan Allah. Adapun seorang yang disebut penginjil yang menjadi utusan Injil dapat dikategorikan sebagai panggilan khusus.
Bagi kita yang mendapat beban pelayanan di gereja harus fokus di pelayanan ini dan mengembangkannya secara maksimal.
Jika setiap orang percaya memahami rencana Allah yang agung ini dan keterlibatannya dalam pelayanan, maka tidak pernah ada usaha manipulatif dalam pelayanan seperti menjual nama Yesus demi meraih keuntungan pribadi.
Hal menemukan panggilan khusus Allah dalam kehidupan ini harus benar-benar dipahami oleh semua orang percaya. Sehingga setiap orang percaya tanpa pamrih, dengan motivasi yang benar mengasihi Tuhan dan menemukan tempatnya untuk mengabdi kepada Tuhan, dan benar-benar melayani Tuhan sampai akhir hidupnya. Dengan demikian seseorang dapat melayani dari hati Tuhan.
Roma 12:11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Amin.
Kamis, 28 Desember 2017
HIDUP SECARA LUAR BIASA DALAM KELAKUKAN
Matius 5:45-48
45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?
48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya harus seperti Bapa, maksudnya dalam konteks harus melakukan kebaikan bagi semua orang, yaitu kepada orang baik maupun orang jahat, kepada orang benar maupun orang yang tidak benar (Matius 5:45-48). Di ayat-ayat sebelumnya Tuhan Yesus menunjukkan pula perbedaan antara hukum yang dipahami orang beragama pada umumnya dan hukum yang harus dipahami dan dilakukan orang percaya. Dalam perikop ini Tuhan Yesus mengemukakan beberapa hal, antara lain mengenai pembunuhan, kemarahan, tuduhan kafir terhadap saudara lain, sikap terhadap orang yang memusuhi, sumpah dan lain sebagainya. Tuhan Yesus menekankan agar dalam segala hal dan kepada semua orang, orang percaya harus bersikap seperti Bapa. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menasihati agar kita sempurna seperti Bapa (Matius 5:48).
Allah Bapa adalah satu-satunya Pribadi yang mempunyai segala kuasa, kemuliaan dan Kerajaan, tetapi dalam menyelenggarakan pemerintahan-Nya, Bapa menyerahkannya kepada Tuhan, yaitu Tuhan Yesus (Daniel 7:13-14
13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
14 Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah).
Tuhan Yesus adalah kepala pemerintahan jagad raya ini, Dia-lah Allah yang menciptakan langit dan bumi dan mengelola isi kehidupan dibumi ini (Yohanes 1:1-3), pemerintahan-Nya yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1)
Tuhan Yesus menaungi semua manusia dari suku manapun, bangsa manapun, golongan dan agama manapun.
Walaupun banyak manusia, bahkan sebagian besar manusia tidak mengenal Dia dan tidak mengakui pemerintahan-Nya, tetapi Dia tetap kepala pemerintahan kehidupan ini, Allah Yang Berkuasa, Bapa Yang Kekal dan Raja Damai (Yesaya 9:5).
Sebagai anak-anak Theos (Allah) yang juga adalah Bapa, kita harus juga bersikap sama seperti Bapa terhadap semua orang.
Memang pertama perhatian kita kepada saudara seiman, selanjutnya juga kepada semua orang. Kasih kita kepada semua orang tidak boleh dibatasi pada suku, golongan dan agama. Kepada semua orang kita harus bersikap bijaksana dan penuh kasih.
Semua orang di sini tentu yang pertama anggota keluarga kita, yaitu orang tua, pasangan hidup, anak-anak, keluarga besar, tetapi juga kepada pegawai-pegawai kita, kolega bisnis, tetangga dan semua orang yang kita jumpai. Dalam hal ini, kita diajar untuk menjadikan semua manusia adalah sesama kita tanpa membeda-bedakan.
Harus diingat bahwa suatu saat dalam Kerajaan Bapa kita dan Tuhan kita Yesus Kristus, kita akan memerintah semua bangsa (Wahyu 2:26 ; Wahyu 22:5) Karena itu mengasihi semua orang harus dimulai dari sekarang.
Dengan demikian, orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa.
Luar biasa bukan dalam penampilan lahiriah, harta, gelar, pangkat, kedudukan dan lain sebagainya; tetapi orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan.
Dalam Matius 5:20, Tuhan Yesus berkata: Maka Aku berkata kepadamu : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Ahli Taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh agama yang dipandang sebagai orang saleh yang melebihi masyarakat.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya harus lebih benar dari mereka.
Ini berarti orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakukan hidup baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Tingkat keluarbiasaannya adalah kehidupan moral yang melebihi tokoh-tokoh agama pada umumnya, lebih tepatnya kita dipanggil oleh Tuhan menjadi orang percaya yang memiliki pikiran Kristus dalam seluruh tindakannya, segala sesuatu yang dilakukan harus selalu dikaitkan dengan Tuhan apakah Tuhan disenangkan atau malah sebaliknya.
Inilah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus memberi tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah dan itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1).
Amin
Selasa, 26 Desember 2017
BUAH KEHIDUPAN YANG DIKEHENDAKI TUHAN
Yohanes 15:1-7
(1)"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
(2)Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
(3)Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
(4)Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
(5)Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
(6)Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
(7)Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Buah yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus untuk kita hasilkan bukan sekedar bisa membawa orang ke gereja dan menjadi anggota gereja tersebut, tetapi benar-benar membuat orang lain terpengaruhi dan tergiring untuk memiliki karakter Tuhan Yesus. Sebab inilah isi dan tujuan pelayanan yaitu bagaimana membawa orang menjadi manusia Kristus yang bernurani seperti Tuhan sendiri. Jika pelayanan gereja tidak demikian berarti gereja menipu dan menyesatkan jemaat. Untuk bisa mengubah jemaat menjadi manusia Kristus tersebut, gereja haruslah mengajarkan kebenaran Firman Tuhan yang murni seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri.
Selanjutnya gereja juga harus memiliki pelayan-pelayan jemaat yang berstandar kesalehan Tuhan Yesus sehingga hidup mereka benar-benar dapat diteladani oleh umat. Tidak ada kotbah yang lebih keras suaranya dari perbuatan pengkhotbah itu sendiri. Ketika umat melihat kehidupan para aktivis gereja, maka mereka akan tergarami.
Dengan demikian jiwa-jiwa bisa datang ke gereja bukan hanya karena satu sosok manusia yang dikagumi dan dikultuskan tetapi melihat dan merasakan kehidupan para aktivisnya yang menularkan kehidupan Kristus.
Proyek keselamatan ini bukan hanya tugas gereja dan para aktivis dan rohaniwannya, tetapi merupakan tugas semua orang percaya, sebab semua orang percaya harus berbuah.
Ini adalah proyek Bapa yang harus terselenggara dalam kehidupan setiap individu. Orang yang menolak berbuah berarti menolak keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus.
Kita adalah carang-carang liar yang dicangkokkan ke satu batang pohon. Kalau carang asli yaitu bangsa Israel bisa dikerat dan dibuang, apalagi carang liar. Itulah sebabnya Firman Tuhan mengatakan: “Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, Ia juga tidak akan menyayangkan kamu.
Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.” Pernyataan Paulus dalam Roma 11:21-22 ini sejajar dengan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 15:1-2, “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah”. Dalam hal ini jelaslah bahwa setiap orang percaya harus berbuah, jika tidak maka resikonya dipotong.
Ironi sekali, hari hari ini banyak orang Kristen tidak merasa harus terpanggil hidup untuk menghasilkan buah, sehingga ia dalam posisi tidak berbuah sama sekali. Mereka tidak mampu menularkan kehidupan Tuhan Yesus bagi orang lain, mereka tidak merasa tertuntut sama sekali untuk berubah mengenakan gaya hidup Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang. Lebih menyedihkan lagi mereka hanya merasa berhak menuntut Tuhan agar memberkati mereka. Tetapi mereka tidak mengerti panggilan untuk berbuah. Inilah orang Kristen mandul yang tidak pernah menderita bersama-sama dengan Tuhan.
Untuk proyek penyelamatan dengan standar ini (mengubah manusia menjadi manusia Kristus), harganya sangat mahal, yaitu segenap hidup. Hal ini berarti seseorang harus rela kehilangan segala kesenangan hidup dan menjadikan Tuhan sebagai kesenangan satu-satunya. Menjadikan Tuhan kesenangan satu-satunya berarti selalu berusaha untuk bisa menyenangkan hati Tuhan. Kehidupan seperti ini pasti memancarkan kehidupan Ilahi yang tertular bagi orang lain. Pada akhirnya setiap orang percaya harus memuridkan orang lain dan terus membimbing sampai kepada kesempurnaan didalam Kristus.
Kalau tugas ini dilakukan dengan baik maka anak Tuhan tersebut akan semakin terpacu untuk menjadi sempurna.
Dengan menuntun orang kepada kebenaran, tanpa kita sadari hal itu juga memicu dirinya sendiri untuk hidup dalam kebenaran seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Yohanes 15:16
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
Amin.
RBTB mengucapkan selamat Natal bagi Saudara-saudara yang kekasih dikeluarga RBTB, kiranya segala sesuatu yang kita lakukan selalu dalam kebersamaan dengan Tuhan dan ditujukan bagi kemuliaan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita semuanya.
Sabtu, 23 Desember 2017
PEMAHAMAN TENTANG "KUTUK" SECARA BENAR
Galatia 3:13-14
13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
14 Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Hari-hari ini banyak orang yang hidupnya didalam lingkungan Kekristenan masih banyak terjadi pemahaman yang salah mengenai "kutuk".
Kita sudah sering mendengar dan melihat tidak sedikit pembicara Kristen yang mengklaim dirinya seorang wakil Tuhan yang dapat mengadakan pelayanan pelepasan kutuk-kutuk. Berbagai macam kutuk disebut seperti kutuk kemiskinan, kutuk tidak laku kawin atau lajang, kutuk mandul, kutuk kebodohan, kutuk tidak memiliki rumah (kutuk pengembaraan), kutuk kegagalan (selalu gagal dalam bisnis dan karir), dan lain sebagainya.
Para pembicara tersebut memperkenalkan diri sebagai hamba Tuhan yang memiliki kuasa khusus untuk melepaskan mereka yang terbelenggu karena kutuk tersebut dengan nama Yesus.
Orang-orang Indonesia yang mistis, sangat tertarik hal-hal semacam itu. Mereka datang berbondong-bondong ke gereja untuk mengalami kelepasan dari segala kutuk-kutuk tersebut.
Sebenarnya, para pembicara tersebut belum memahami pengertian kutuk. Pengertian kutuk yang dimiliki banyak orang Kristen adalah pengertian kutuk yang mengandung unsur mistis, yaitu sesuatu yang bertalian dengan hal-hal yang bersifat supranatural. Hal ini tentu merupakan pengaruh dari agama-agama dan berbagai kepercayaan di luar Alkitab. Padahal kutuk tidak selalu bersifat mistis. Justru, kutuk menurut versi Alkitab mestinya lebih cenderung tidak bersifat mistik, tetapi lebih bersifat natural.
Berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham adalah melalui garis keturunannyalah Kristus lahir untuk menjadi penebus dosa seluruh umat manusia agar manusia dikembalikan mengenal kebenaran yang sejati, hidup dalam kasih dan kekudusan yang tidak bercacat dan tidak bercela, hidup sebagai anak-anak Allah yang taat kepada Bapa.
Manusia pada zaman anugerah hanya diperhadapkan kepada dua kemungkinan, yaitu menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus sehingga selamat berarti tidak terkutuk atau menolak karya keselamatan dalam Yesus Kristus sehingga tertolak dari hadirat Allah selama-lamanya, yang berarti terkutuk. Pada dasarnya, kutuk pada zaman sebelum zaman anugerah adalah ketidaknyamanan hidup secara jasmani di bumi ini. Tetapi sesudah zaman anugerah, kutuk hanya dikaitkan dengan keselamatan kekal jiwa manusia. Bila seorang diperkenan masuk dunia yang akan datang berarti bebas dari kutuk, tetapi jika tidak diperkenan masuk dunia yang akan datang berarti kutuk.
Kutuk tidak bertalian langsung dengan berkat jasmani atau keadaan lahiriah seperti pada zaman Perjanjian Lama.
Masalah-masalah dalam kehidupan ini seperti misalnya kemiskinan, sakit penyakit, tidak mempunyai pasangan hidup, tidak mempunyai anak, dan lain sebagainya, tidak boleh diperhitungkan sebagai kutuk.
Dalam kehidupan umat Perjanjian Baru, keadaan atau kondisi kehidupan yang secara jasmani negatif seperti yang tersebut di atas bisa dipakai Tuhan untuk menyempurnakan orang percaya.
Kutuk dosa Adam dan dosa individu telah ditanggung oleh Tuhan Yesus diatas kayu salib. Namun hal itu bukan berarti kutuk atas bumi dan hal-hal yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan jasmani otomatis dicabut.
Manusia masih tetap hidup dalam berbagai kesulitan di bumi ini. Tetapi, kesulitan hidup itu bukan lagi diperhitungkan sebagai kutuk. Dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru, justru kesulitan hidup dipakai Tuhan untuk mendidik kita supaya kita melepaskan segala keterikatan dengan percintaan akan dunia dan kemudian hidup mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, ini artinya kesulitan/masalah kehidupan bisa menjadi berkat, sebab Tuhan menggunakan berbagai kesulitan tersebut untuk menyempurnakan kehidupan iman orang percaya agar serupa dengan Yesus (Roma 8:28-29).
Kesulitan hidup merupakan bagian dari proses keselamatan, di mana manusia dikembalikan kepada rancangan Allah semula atau tujuan awal Allah menciptakan manusia.
Dengan janji keselamatan dalam Yesus Kristus, maka persoalan-persoalan jasmani atau masalah-masalah fisik tidak lagi menjadi masalah. Pengharapan terhadap Kerajaan Surga yang akan datang mengatasi segala masalah, artinya segala masalah menjadi kecil atau tidak berarti dibandingkan dengan pengharapan dunia yang akan datang, yaitu dunia yang sempurna di langit baru dan bumi yang baru. Selama masih hidup di dunia, orang percaya pasti menerima pemeliharaan Allah yang sempurna. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Bapa yang di Sorga tahu bahwa kita membutuhkan semua pemenuhan kebutuhan jasmani (Matius 6:32).
Orang-orang yang mengharapkan dunia menjadi seperti Firdaus, selalu berusaha sebisa-bisanya untuk mengumpulkan harta dibumi dengan tanpa batas untuk dinikmati sebagai kebahagiaan, kenyamanan dan kepuasan jiwanya.
Orang percaya tidak boleh memiliki gaya hidup yang demikian sebab percintaan akan dunia adalah pemusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Orang percaya yang sejati menganggap dunia ini sebagai tempat persinggahan sementara untuk menjadi tempat latihan menjadi anak-anak Allah yang berkenan yang taat secara mutlak melakukan kehendak Bapa secara sempurna, hidup bagi Dia guna persiapan masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang kekal untuk selama-lamanya.
Amin.
Jumat, 22 Desember 2017
KITA HANYA PENGELOLA, BUKAN PEMILIK
Roma 11:35-36
35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Kita harus dalam kesadaran segenap hidup kita adalah milik Tuhan.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus masuk kepada wilayah hidup “tidak memiliki diri sendiri”.
Kebenaran ini terdapat dalam berbagai bagian dalam Alkitab (Lukas 14:33; 1 Korintus 6:19-20; 2 Korintus 5:14-15).
Kalau kita hanya memberi sebagian kecil dari seluruh yang ada pada kita kepada Tuhan”, kita tidak akan pernah menemukan kehidupan yang “sepenuhnya” diserahkan kepada Tuhan. Sebab dengan sikap dan gaya hidup seperti ini, kita akan terjerumus pada pembagian kavling, di mana ada kavling yang disebut kavlingnya Tuhan dan kavling kita.
Di sini, jemaat Tuhan terdidik menjadi bukan saja pencuri, tetapi juga “pemberontak” di hadapan Tuhan.
Sejatinya, kita sudah tidak memiliki kavling lagi.
Bagi anak-anak Tuhan memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan berapa besarnya, berupa apa pun, bukanlah berdasarkan keinginannya sendiri, tetapi harus dilandasi kasih dan komando Roh Kudus. Kasih lebih mulia (luhur) dari hukum Taurat (1 Korintus 13:3 dan Roma 12:8).
Bagi umat Perjanjian Baru, segenap hidupnya adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan bagi kepentingan Tuhan (Roma 1:1-2).
Kita harus dalam suatu kesadaran bahwa kita adalah kasir Tuhan yang dipercayakan mengelola milik-Nya. We are not the owner, but we are just a manager (Kita bukan pemilik, tapi hanya pengelola). Jadi, kita harus bersedia menyerahkan apa pun dan berapa pun yang Tuhan kehendaki untuk diserahkan. Dalam lingkungan anak-anak Tuhan, pengertian persembahan harus dipahami dengan tepat.
Persembahan bukanlah memberi, tetapi mengembalikan. Kebenaran ini dapat kita peroleh melalui pernyataan Paulus dalam surat 1 Korintus 6:19-20, bahwa kita bukan milik kita sendiri. Kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar, yaitu dengan darah-Nya.
Kita sama sekali tidak berhak atas diri kita.
Apa pun yang kita miliki sampai hari ini semuanya adalah milik Tuhan dan harus dipergunakan untuk kepentingan dan kehendak Tuhan.
Seharusnya Gereja harus mengajar umat bukan memberi bagi Tuhan tetapi mengembalikan milik Tuhan.
Umat harus dalam kesadaran bahwa seluruh yang ada padanya, baik uang, harta, rumah, kendaraan, rumah tangga, bisnis, pekerjaan dan lain-lain semua adalah milik Tuhan dan harus dikelola sesuai dengan komando atau pimpinan Tuhan. Sebab Tuhanlah yang berhak atas seluruhnya, sedangkan kita hanya pengelola yang dipercayakan Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Dengan demikian kita semakin mengerti ungkapan Firman Allah yang mengatakan : "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
AMIN.
Senin, 18 Desember 2017
HIDUP BAGI KEPENTINGAN TUHAN
2 Korintus 5:14-15
14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
Percaya kepada Tuhan Yesus bukan berarti dapat menggunakan Tuhan untuk kepentingan kita, tetapi hidup untuk kepentingan-Nya. Konsekuensi menerima Yesus sebagai Kurios (Tuhan) berarti hidup kita disita untuk mengabdi kepada-Nya. Kebenaran ini hanya dapat dipahami dan dikenakan untuk orang yang sudah dikuasai kasih Kristus dan menyadari bahwa Kristus telah mati bagi mereka dan membeli mereka dengan harga yang sudah lunas dibayar (1 Korintus 6:19-20).
Harus disadari sedalam-dalamnya bahwa Kristus mati bukan bagi keuntungan-Nya tetapi demi kita. Tanpa kematian-Nya, kita dikurung dalam kekuasaan iblis dan digiring ke dalam kegelapan abadi. Ia datang untuk membebaskan kita. Penebusan itu mengakibatkan kita menjadi milik Allah secara penuh. Pemilikan Allah ini harus disadari supaya kita “tahu diri” untuk tidak lagi hidup untuk kepentingan pribadi namun untuk kepentingan Tuhan yang telah menebus kita.
Kalau kita tidak menyadari hal ini, kita tidak pernah menerima keselamatan menjadi milik yang pasti sebab kita tidak mengakui kepemilikan Kristus atas diri kita.
Hidup ini harus ada yang memiliki.
Orang yang menyadari bahwa ia ada dalam pemilikan Kristus maka ciri utamanya adalah ia selalu ada dalam penurutan yang mutlak kepada kehendak Allah setiap saat didalam hidupnya dan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan Yesus lakukan (Yohanes 14:12).
Jadi, “diselamatkan” berarti dikuasai menjadi milik Tuhan untuk kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kepentingan Tuhan atas hidup kita, kita dapat dikembalikan kerancangan-Nya menjadi anak-anak Allah yang dapat mengenakan kodrat Ilahi berjalan didalam kekudusan-Nya, menjadi saksi-Nya dan menularkan/mengajarkan cara hidup Injil Kristus kepada semua orang.
Tidak mengerti hal ini berarti juga kita tidak mengerti prinsip keselamatan.
Orang yang diselamatkan harus mempersembahkan hidupnya sepenuh bagi Tuhan.
Dalam Roma 12:1-2 Paulus menjelaskan arti ibadah, yaitu mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, kudus dan yang berkenan. Ini artinya membudidayakan tubuh untuk kepentingan kehidupan sesuai dengan maksud Tuhan dan tidak menggunakan tubuh dalam bentuk perbuatan yang melanggar Firman Tuhan. Ini merupakan kewajiban agar anak-anak Tuhan meningkatkan kualitas kemampuan kerja dalam membudidayakan semua potensi yang ada di dalam dirinya untuk kemuliaan Tuhan (Yohanes 6:27) dan belajar kebenaran Alkitab untuk mengerti bagaimana menggunakan tubuh sesuai dengan Firman Tuhan.
Pernahkan kita benar-benar berperkara dengan Tuhan, yaitu apakah kita sungguh-sungguh kita telah termasuk manusia yang berdiri di pihak Tuhan atau tidak?
Apakah kita sungguh-sungguh telah mengabdi kepada Tuhan atau tidak?
Menjadi orang percaya, menjadi anak-anak-Nya bukan hanya untuk menerima fasilitas berkat-Nya, tetapi juga memberkati pekerjaan-Nya. Kita dipanggil untuk menderita bersama-sama dengan Dia (Filipi 1:29).
Paulus adalah sosok manusia yang benar-benar termasuk kelompok orang yang mengabdi kepada Tuhan.
Paulus bukan hanya sosok yang berjuang hidup bagi kepentingan Tuhan dalam memberitakan Injil Kristus namun ia juga pelaku firman yang melatih tubuhnya dan berusaha berkenan kepada Allah dalam seluruh perilakunya.
Inilah yang Tuhan kehendaki, agar kita memiliki pergumulan yang sama dengan Paulus. Kehidupan seperti itulah yang dikatakan sebagai “berpadanan dengan Injil” (Filipi 1:27). Injil yang merasuki seseorang akan menjadikan orang itu “pejuang bagi Kristus”. Kita belum dirasuki jiwa injil yang benar bila belum tampil sebagai “pejuang Kristus”.
Injil itu seperti ragi. Ragi itu pasti mengubah. Perubahan tersebut sampai tingkat radikal. Inilah yang diharapkan dan dikehendaki Tuhan bahwa kebenaran Tuhan menjadikan kita pejuang-pejuang Injil, pejuang kebenaran, pejuang bagi Kristus dalam menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya.
Bila tidak demikian, berarti Injil yang diterima salah. Tidak ada orang yang menerima Injil yang benar yang tidak menjadi pejuang bagi Kristus.
Tuhan Yesus berkata : barang siapa tidak mengumpulkan bersama Yesus, ia mencerai-beraikan (Lukas 11:23).
Merupakan keharusan untuk membantu (melayani) Tuhan bagi kepentingan-Nya. Dalam hal ini orang Kristen yang dewasa berpendirian bahwa ia tidak berhak menuntut Tuhan tetapi Tuhanlah yang berhak menuntutnya sebab hidupnya telah dibeli untuk hidup bagi kepentingan-Nya.
Orang Kristen yang dewasa tidak hanya melibatkan Tuhan dalam masalahnya, tetapi melibatkan dirinya dalam masalah pekerjaan Tuhan. Harus disadari bahwa setiap orang yang telah ditebus, maka hidupnya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk hidup bagi Dia yang sudah mati bagi dia, yaitu hidup bagi Yesus.
Tuhan Yesus menuntut ketegasan kita, kepada siapa kita bersekutu dan untuk siapa kita hidup. Dunia adalah sebuah realitas yang harus dihadapi dengan serius. Kita tidak boleh plin-plan, karena sangat berbahaya.
Banyak orang Kristen yang tidak hidup serius. Mereka seperti orang yang sedang tidur. Mereka dibuat iblis kehilangan arah hidup Kekristenan yang benar.
Oleh sebab itu kita harus selalu berjaga-jaga dan giat dalam bekerja bagi kepentingan Tuhan dengan segenap hati, hal ini adalah harga mati bagi orang percaya yang hidupnya ada didalam kepemilikan Kristus.
Filipi 1:29
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,
Amin.
Kamis, 14 Desember 2017
MENYADARI SEMUA MILIK-NYA
1 Korintus 10:26
Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."
Jika kita menghayati bahwa kita hidup hanya menumpang di bumi, maka kita bersedia membangun pola hidup mengasihi dan berbagi kepada sesama.
Hidup Kekristenan harus dilandaskan dengan kasih Tuhan, sebab tanpa kasih yang tulus, pemberian kita tidak berarti apa-apa dihadapan Tuhan.
Alkitab menunjukkan bahwa sekalipun kita bisa memberikan seluruh harta kita, bila tanpa kasih adalah sia-sia (1Korintus 13:3).
Kekristenan memiliki filosofi atau kebenaran yang luar biasa.
Tidak bisa dipadankan atau disejajarkan dengan filosofi dunia atau agama-agama di dunia.
Harus sungguh-sungguh dipersoalkan apa landasan kita melakukan suatu perbuatan, sudahkah dilandaskan kepada kasih Tuhan.
Landasan kita melakukan segala sesuatu adalah kasih yang murni.
Kasih di sini maksudnya adalah bahwa semua yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, sebab Allah kasih adanya (1 Yohanes 4:8).
Semua tindakan di luar komando Tuhan bukanlah kasih. Sebab diluar komando atau pimpinan Tuhan tentu kita akan melakukannya berlandaskan kehendak daging kita.
Berbicara tentang kasih bukan sekadar bagaimana berbagi dengan orang lain, tetapi apakah yang kita lakukan sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak.
Pemberian sesuai dengan pimpinan Tuhan tentu akan berbuah kebaikan bagi yang menerimanya, sebaliknya tanpa komando Tuhan bisa jadi pemberian itu merusak orang tersebut semisal contoh kita memberi kepada orang yang ternyata masih memiliki mental malas dan suka berjudi tentu pemberian tersebut tambah merusak orang tersebut.
Olehnya segala sesuatu kita harus landaskan sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan kita Yesus Kristus.
Kasih kepada Tuhan ditandai dengan hal ini yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan atau selera-Nya.
Kasih kepada Tuhan haruslah kasih yang melebihi kasih kepada siapa pun dan apa pun (Lukas 14:26; Matius 22:37-40). Dengan mengasihi Tuhan cara demikian, maka akan membuat kita mengasihi sesama kita juga akan berlandaskan kasih yang benar dan murni. Kasih kepada Tuhan akan membawa dampak bukan saja bagi perasaan Tuhan yang dibahagiakan, tetapi membawa dampak bagi diri sendiri dan orang di sekitarnya, yaitu berbagi dengan kasih sebagai gaya hidupnya.
Dalam hal ini rela membagi hidup bagi pekerjaan Tuhan tanpa batas.
Kalau kita percaya bahwa ada Allah yang menciptakan segala sesuatu, termasuk menciptakan kehidupan, itu berarti bahwa hidup yang kita miliki ini adalah milik-Nya, bukan milik kita sendiri.
Sejarah lusifer yang jatuh menjadi pelajaran mahal bagi kita.
Sosok ini hendak mengambil takhta yang seharusnya dimiliki oleh Sang Pencipta. Modus seperti ini juga dilakukan oleh banyak orang hari ini.
Banyak orang mengambil takhta yang seharusnya dimiliki oleh Tuhan dan membangun takhtanya sendiri.
Takhta itu namanya “aku mau atau aku hendak”.
Seharusnya jika kita mengaku kita adalah milik Tuhan Yesus maka yang benar adalah berprinsip “jika Tuhan menghendaki”, dan bukan lagi “aku mau”, tetapi apa yang “Bapa mau”.
Orang yang menghayati bahwa ia seorang yang menumpang di bumi, maka ia akan rela mengakui dan menerima bahwa semua yang ada padanya di bumi adalah milik Tuhan. Kesadaran kita bahwa semua harta kita adalah milik Tuhan akan menciptakan kepribadian yang kuat.
Pribadi yang tidak mudah khawatir dan cemas menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan ini.
Kesadaran bahwa harta kita adalah milik Tuhan akan mendorong kita bersungguh-sungguh mempersembahkan hidup bagi kepentingan Tuhan dan Kerajaan-Nya (Filipi 1:21).
Hal ini akan memantapkan penghayatan kita bahwa kita adalah “kasir atau bendahara” Tuhan dan Tuhan adalah pemiliknya dan kita bertindak sesuai dengan perintah dan instruksi Tuhan.
Kebenaran ini akan membawa orang percaya berhati-hati dalam penggunaan harta milik-Nya.
Harta yang kita miliki adalah barang pinjaman yang harus dipertanggung jawabkan kepada Sang Pemilik.
Sebagai seorang pengelola yang dipercayai mengelola milik Tuhan, hendaknya kita mengelolanya dengan sepenuh pengabdian dan sukacita, sebab upah yang menanti kita bukanlah hasil jerih payah kita dalam kerja di dunia itu semata-mata, tetapi mahkota abadi yang disediakan bagi setiap orang yang telah mengabdi kepada-Nya.
Orang percaya dengan konsep ini pasti akan berbagi dengan orang lain sesuai dengan pikiran perasaan Tuhan.
Inilah dunia baru yang dimiliki orang percaya yang normal di mata Allah.
Ini adalah gaya hidup sebagai anak tebusan.
Seseorang yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus harus berani menyatakan bahwa dirinya bukan miliknya sendiri, tetapi sepenuhnya dimiliki oleh Tuhan Yesus yang menebusnya (1Korintus 6:19-20).
Dan kalau hidup ini menjadi milik-Nya berarti segenap hidup harus dipersembahkan bagi Dia yang diwujudkan dengan berbagi kepada sesama dengan motif kasih yang murni.
Inilah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sebagai gaya hidup-Nya.
Dia berkata: ”sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28).
Amin.
Rabu, 13 Desember 2017
TAJAM MENGERTI KEHENDAK TUHAN
Wahyu 16:15
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya."
Agar jangan sampai kelihatan telanjang dan kelihatan kemaluannya dalam arti tidak hidup dalam kehendak Tuhan dengan benar karena tidak hidup dalam pimpinan-Nya, maka kita harus selalu mempertajam roh kita untuk mengerti kehendak Tuhan untuk dikenakan dan menempatkan diri kita untuk selalu ada didalam perkenanan-Nya.
Pada tahap-tahap awal belajar melakukan kehendak Tuhan atau menyukakan hati Bapa, seseorang harus selalu menaruh kepekaan terhadap segala sesuatu yang dilakukannya, yaitu apakah hal yang dilakukan itu bisa mendukakan hati Bapa atau tidak?.
Kalau seseorang berkata kepada Tuhan: “Selidiki aku ya Tuhan”, itu artinya ia bersedia mengoreksi diri dengan seksama setiap hari dihadapan Tuhan.
Seseorang yang serius ingin menyenangkan hati Tuhan disetiap langkah hidupnya adalah orang orang yang selalu dapat mengenali keadaan dirinya dihadapan Tuhan, ia akan mempersoalkannya dengan ketat setiap hari dengan Tuhan untuk selalu meminta Tuhan mengoreksi kesucian sikap hati, pikiran, perkataan dan tindakannya guna meminta Tuhan memimpin untuk lebih dalam lagi mengenal dan mengenakan kebenaran-Nya.
Ini adalah satu-satunya persiapan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan Yesus.
Di Kerajaan Tuhan Yesus Kristus nanti tidak boleh ada tindakan yang melukai hati-Nya sama sekali.
Seharusnya warna kehidupan seperti ini sudah dilatihkan atau diterapkan sejak kita masih hidup di bumi ini.
Dunia ini adalah bagian dari Kerajaan Allah.
Orang percaya harus selalu berpikir dan sadar bahwa dirinya sudah ada di dalam pemerintahan Allah sejak dibumi ini.
Tidak ada daerah netral di mana seseorang boleh berbuat suka-suka sendiri.
Oleh karenanya dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan pola hidup: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Setiap orang yang berusaha untuk hidup berkenan di hadapan Tuhan akan mengalami “sakit”nya ketika harus melakukan keinginan Bapa dimana ia harus membunuh berbagai kesenangan dunia yang sudah terlanjur menyatu dalam dagingnya.
Inilah yang dimaksud proses melepaskan segala milik untuk dimuridkan oleh Tuhan (Lukas 14:33).
Melepaskan segala milik sejajar melepaskan kesenangan hidup yang berasal dari dunia yang sudah menyatu dengan dirinya.
Kesenangan ini bisa berupa seseorang atau sesuatu, kekayaan, kehormatan, kedudukan yang bukan bagiannya, kesombongan, ketidakjujuran, egois, mementingan diri sendiri, kenikmatan makan minum tanpa batas, pesta-pesta, seks bebas, suatu hobi mengoleksi tanpa batas untuk nilai diri seperti perhiasan, ponsel keluaran baru, model pakaian dan lain sebagainya.
Pada umumnya, manusia yang masih memiliki kesenangan-kesenangan hidup seperti ini, dan untuk melepaskan kesenangannya ini seperti mencabut nyawanya sendiri, sungguh sangat menyakitkan.
Hal inilah yang membuat seseorang menahan diri untuk mempersembahkan yang terbaik dengan segenap hati dan segenap hidupnya bagi Tuhan secara total atau secara benar.
Kehidupan sebagai anak-anak Tuhan adalah kehidupan yang memang bertolak belakang menurut dunia, yaitu kehidupan yang tidak memiliki kesenangan selain menyukakan hati Tuhan Yesus.
Bisa dimengerti kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa untuk bisa diselamatkan seseorang seperti berjuang masuk jalan sempit (Lukas 13:24).
Seseorang tidak akan pernah mengalami dan memiliki keselamatan kalau belum bersedia kehilangan “nyawanya” yaitu kesenangannya.
Kalau seseorang memiliki jangkauan pandang hidup yang benar, maka ia akan rela kehilangan apa pun demi tercapainya tujuan yang dinilai Tuhan berkenan dihadapan-Nya.
Hal ini jauh lebih berarti dari apa pun yang ada di bumi ini.
Oleh sebab itu yang harus terus diubah adalah jangkauan pandang seorang anak Tuhan mengenai arti penting untuk terus mempertajam kepekaannya mengerti lebih dalam kehendak Tuhan untuk dikenakan didalam hidup ini.
Untuk itu pikirannya harus terus diisi dengan kebenaran Firman Tuhan yang murni yang mengarahkan pandangannya kepada hal-hal yang lebih mempunyai nilai kekal.
Harus terus disadarkan bahwa dunia bukan rumah kita.
Hidup di dunia hanyalah pengembaraan atau menumpang untuk sementara waktu guna diubahkan, dibentuk, dimurnikan dan dikembalikan kedalam rancangan Tuhan menjadi manusia yang berkodrat Ilahi, manusia yang selalu dapat mengambil bagian didalam kekudusan-Nya (2 Petrus 1:4 ; Ibrani 12:10).
Melalui berbagai sarana Tuhan mau mendidik anak-anak-Nya untuk masuk kedalam rancangan-Nya.
Sarana tersebut salah satunya adalah mamon atau harta kekayaan.
Perlu selalu kita sadari betul apa pun yang kita miliki di bumi ini bukanlah milik kita, tetapi milik Tuhan yang harus selalu dikelola dalam pimpinan dan arahan komando Tuhan.
Sedangkan harta kita yang sesungguhnya adalah nanti di dunia yang akan datang (Lukas 16:12) yaitu dikerajaan Bapa kita di sorga.
Jika harta dunia yang bersifat semu ini mau dikuasai penuh juga oleh kita dan tidak dipergunakan bagi kepentingan Tuhan dan kerajaan-Nya, maka harta tersebut berubah menjadi mamon yang tidak jujur artinya digunakan oleh iblis untuk membelenggu dan memperbudak kita sehingga kita kembali diikat dan ada dalam pemilikan atau penguasaan kuasa kegelapan.
Harta dunia harus digunakan sepenuhnya untuk kepentingan Kerajaan Sorga.
Dalam hal ini kita semakin mengerti perkataan Tuhan Yesus yang menyatakan : "Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi" (Lukas 16:9 ).
Dengan pikiran yang diisi kebenaran ini maka mata hati jangkauan pandang seseorang akan difokuskan ke fokus yang benar.
Untuk mempertajam fokus kita untuk lebih mengerti kehendak Tuhan maka selain harus disertai dengan perjumpaan secara pribadi guna berinteraksi dengan Tuhan memohon pimpinan-Nya, tentu kita juga harus selalu dipandu dan diisi oleh kebenaran Firman-Nya untuk dikenakan setiap hari.
Dengan demikian suasana Kerajaan Sorga semakin dapat kita rasakan setiap hari sejak dibumi ini.
Semakin mengerti kebenaran dan merasakan hadirat-Nya setiap hari, maka mata hati kita semakin tajam menemukan maksud Tuhan dalam kehidupan ini. Ketajamannya juga mempengaruhi jangkauan pandang ke depan, yaitu mengarah dengan tepat kepada janji Tuhan seperti yang dikatakan Paulus: Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat (Filipi 3:20).
Olehnya kehidupan kita ini harus kita persembahkan sepenuh-penuhnya untuk melakukan kehendak Bapa kita Tuhan Yesus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Melakukan kehendak Bapa sama artinya dengan hidup dalam tuntunan Roh Kudus dimana segala sesuatu yang dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan kita Yesus Kristus.
Amin
Senin, 11 Desember 2017
MENJADI ALAT KERAJAAN ALLAH
Kisah Para Rasul 9:15
Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
Ananias segera menjalankan perintah Tuhan Yesus untuk menemui Saulus, Pada mulanya ia berkeberatan untuk pergi menemui Saulus, tetapi, setelah keberatan itu ditanggapi, ia merasa lega, dan tidak berbantah lagi.
Ananias sadar bahwa ia adalah alat ditangan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya.
Tidak sedikit orang yang menolak kesempatan untuk melayani Tuhan.
Ada yang merasa tidak punya waktu, merasa lelah, merasa tidak mampu atau merasa hidupnya terlalu kotor.
Ananias sempat ragu menerima tugas dari Tuhan untuk menumpangkan tangannya ke atas Saulus, karena ia tahu betapa jahatnya Saulus (Kisah Para Rasul 9:13).
Tetapi setelah mendengarkan maksud Tuhan atas diri Saulus, Ananias taat. Saulus yang hidup sebelumnya jahat, telah dipilih Tuhan untuk memberitakan nama-Nya dan berani menderita bagi-Nya.
Setiap kita yang sudah dipilih oleh Tuhan Yesus berarti memberi diri hidup sebagai alat kerajaan-Nya.
Dalam hal ini seseorang harus memutuskan apakah ia dengan rela memberi dirinya menjadi alat Kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya atau alat kerajaan kegelapan (Lukas 11:23).
Sejak kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia, manusia diperhadapkan kepada pilihan : apakah ia berdiri di pihak Tuhan atau berdiri di pihak musuh-Nya.
Ini memang sebuah pilihan yang memang tidak mudah, sebab pada umumnya orang tidak siap meninggalkan cara hidup manusia lama dengan segala kesenangannya (Lukas 14:33) kemudian memberi diri untuk mengikut Tuhan Yesus sebagai alat kerajaan-Nya.
Tuhan Yesus adalah teladan kita, sosok Pribadi Yang Maha Agung yang rela mempersembahkan hidup-Nya secara ekstream mengasihi hidup manusia, menebusnya dengan nyawa dan darah-Nya yang mahal diatas kayu salib.
Tuhan Yesus mengosongkan diri, dalam segala hal disamakan dengan manusia untuk menunjukkan bahwa Dia dalam keadaan tubuh manusia yang fana bisa memiliki dan memilih taat melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hal tersebut bisa membuktikan bahwa oknum iblis yaitu lusifer telah bersalah karena ia tidak memiliki ketaatan seperti yang ditampilkan oleh Tuhan Yesus dalam tubuh sebagai manusia.
Sebagai pengikut Tuhan Yesus, kita dipanggil untuk ada berdiri di pihak Tuhan dengan menundukkan diri secara penuh, menyediakan diri sebagai alat kerajaan-Nya.
Hal ini harus ditandai dengan bersedia melepaskan segala milik yang dianggap penting dan berharga sebagai kesenangan hidup kemudian mengikuti kehendak Tuhan guna mengenakan kehidupan yang baru yaitu kehidupan seperti Tuhan Yesus, sebab tanpa hal ini maka seseorang tidak dapat menjadi murid Tuhan dan apa lagi memuridkan (Lukas 14:33).
Setiap anak Tuhan dipanggil mengalahkan perbuatan iblis dengan cara menggelar ketaatan yang absolut taat kepada kehendak Tuhan, menjadi saksi bagi Kristus dengan memberi diri sebagai alat kerajaan-Nya guna menampilkan kehidupan Tuhan Yesus ditengah-tengah dunia ini.
Untuk menjadi alat Kerajaan Allah dibutuhkan kedewasaan rohani yang terus diasah oleh kebenaran Firman Tuhan dan didikan Bapa melalui setiap peristiwa hidup.
Untuk itu Tuhan sangat berkepentingan memproses, mendewasakan orang-orang yang mengasihi Dia untuk bisa menjadi alat Kerajaan-Nya.
Setelah melalui proses pendewasaan akhirnya seseorang akan bersedia menyerahkan diri menjadi alat Kerajaan Allah menggelar hidupnya bagi rencana Allah dan kehendak-Nya.
Inilah laskar-laskar Kristus atau gladiator Tuhan yang mempertaruhkan segenap hidup untuk membinasakan pekerjaan iblis.
Dengan demikian seseorang baru dikatakan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Pemilik kehidupan ini (Yohanes 1:11-12),
Orang yang dikatakan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima-Nya sebagai Pemilik kehidupan adalah orang yang bersedia menyerahkan hidupnya bagi rencana Bapa dan melaksanakan segala kepentingan-Nya, menjadi alat bagi kemuliaan-Nya.
Itulah sebabnya dalam Doa Bapa Kami tertuang kalimat: Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga.
Kalimat doa ini menunjukkan bahwa orang percaya memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan pemerintahan Allah didalam ketertundukan penuh menjadi alat bagi kemuliaan dan kerajaan-Nya.
Setiap anak Tuhan pada akhirnya dituntut kesediaannya menyerahkan diri menjadi alat bagi Kerajaan Allah, hidup untuk menyatakan kebenaran-Nya ditengah-tengah dunia, memberitakan Injil kepada setiap manusia supaya mengenal Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat dan hidup didalam pemerintahan-Nya, hidup sesuai seturut kehendak-Nya.
Yohanes 12:25-26
25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Amin.
Sabtu, 09 Desember 2017
JANGAN MENUKAR HAK KESULUNGAN
Ibrani 12:15-17
15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Sesungguhnya dapat mengenal Injil dan menjadi umat pilihan adalah anugerah yang tiada tara. Sebab kepada kita, Tuhan memberikan apa yang dikatakan dalam kitab Roma sebagai karunia sulung roh atau yang sama dengan hak kesulungan. Terkait dengan hal di atas, penulis surat Ibrani menasihati jemaat untuk tidak menukar hak kesulungan dengan semangkuk makanan.
Bisa dimengerti kalau dalam tulisan Paulus di Roma 8, jemaat diteguhkan hatinya untuk tetap setia, tidak menukar hak kesulungan mereka dengan hal apapun. Bahkan, sekalipun mereka harus mengalami aniaya dan kehilangan segala sesuatu, mereka harus tetap setia.
Hak kesulungan artinya hak yang dimiliki orang percaya dimana di dalamnya terdapat kuasa (Yun. exousia) supaya bisa berkeberadaan sebagai anak-anak Allah yaitu, berkodrat ilahi. Di dalam kuasa tersebut dimungkinkan seseorang menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Hal ini sama artinya dengan dikembalikannya manusia ke rancangan Allah semula. Sayang sekali, Yudas Iskariot lebih memilih dunia daripada hak kesulungan yang dimilikinya.
Kalau seandainya Yudas mengikuti Firman yang disampaikan oleh Yesus, bahwa seseorang harus meninggalkan segala sesuatu agar layak menjadi murid-Nya (Lukas 14:33), maka ia tidak akan menjual Yesus. Yudas menukar kesempatan yang begitu berharga dengan tiga puluh keping perak yang tidak ada artinya sama sekali.
Terkait dengan hal ini, Paulus menyatakan: Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita (Roma 8:23). Kita sebagai orang percaya yang dikatakan Paulus “telah menerima karunia sulung roh”. Karunia sulung roh dalam teks aslinya adalah ten amarkhen tou pneumatos (τὴν ἀπαρχὴν τοῦ πνεύματος). Secara harafiah, kata ini bisa berarti buah sulung atau buah pertama roh. Hal ini menunjuk kepada hak istimewa orang percaya untuk menjadi anak-anak Allah yang sah, yang ada dalam lingkungan keluarga Kerajaan dan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Karunia sulung roh sama dengan hak kesulungan. Orang yang menghayati hak kesulungannya, pasti merindukan untuk dapat dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Kerinduan seperti itu hanya ada pada kehidupan anak-anak Allah yang berkualitas baik seperti Paulus. Sangat langka orang Kristen yang sampai pada level ini. Tetapi ini adalah kehidupan orang percaya yang benar, yang hatinya telah dipindahkan dari dunia ke dalam Kerajaan Surga.
Hidupnya hanya untuk mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, tujuan hidupnya hanya dipersembahkan melakukan segala seauatu yang dikehendaki oleh Tuhan dalam pimpinan Roh Kudus dan tidak lagi hidup bagi diri sendiri.
Seharusnya kita semua mencapai pada level ini.
Mengamati penjelasan di atas, maka kita dapat menerima tuntunan bahwa untuk mengalami realisasi janji Tuhan, yaitu dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus seseorang harus rela benar-benar tidak merasa memiliki apa pun. Inilah yang disebut sebagai melepaskan diri dari segala ikatan dunia. Perjalanan hidup di bumi bagi orang percaya hanya untuk memenuhi panggilan sebagai orang yang memiliki karunia sulung roh agar menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Tidak semua orang memiliki kesempatan dan potensi untuk ini.
Kita sebagai umat pilihan dengan potensi ini hendak tidak menyia-nyiakannya.
Hidup kita haruslah hanya memiliki satu agenda, yaitu bagaimana menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Kalau fokus hidup orang percaya tidak ditujukan kepada hal ini, maka berarti ia mengkhianati Tuhan Yesus, seperti Yudas yang menjual Yesus atau juga berarti menukar Yesus dengan materi. Hal ini sama dengan menukar hak kesulungan dengan kenikmatan dunia.
Jangan sia-sia kan waktu yang diberikan Tuhan dalam 70-80 Tahun umur hidup kita ini, kita harus mengisinya dengan menyambut anugerah Tuhan yang begitu besar mengaruniakan hak kesulungan untuk kita terus bertumbuh menjadi anak-anak Allah yang berkeadaan serupa seperti Tuhan kita Yesus Kristus (Roma 8:29).
Amin.
Jumat, 08 Desember 2017
MEMBANGUN KESEDERHANAAN SEPERTI YESUS
Titus 2:1-8
1 Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat:
2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan.
1 Timotius 2:9-10, 15
9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal,
10 tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
15 Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan.
Salah satu senjata untuk dapat menaklukkan semangat atau gairah zaman ini adalah bersedia hidup dalam kesederhanaan. Hidup dalam kesederhanaan bukan berarti tidak memakai perhiasan, pakaian, dan fasilitas lain yang baik. Kita harus bisa membedakan antara berpenampilan baik untuk menjadi berkat, dengan berpenampilan untuk memperoleh penilaian dari sesama demi harga diri atau nilai diri. Dalam hal ini kita harus bisa memahami pengertian kepatutan. Kepatutan dalam berpakaian, berkendaraan, memiliki rumah, menggunakan perhiasan, dan lain sebagainya, harus didasarkan pada kesediaan diri untuk menjadi berkat. Agar hidup kita memancarkan Pribadi Kristus. Kalau seseorang sudah terikat dengan barang branded, maka sulitlah baginya untuk memahami pengertian kepatutan. Gaya hidup ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan membanggakan. Biasanya orang seperti ini mencari nilai diri dari barang yang dimiliki dan dikenakan. Betapa miskinnya mental orang Kristen seperti ini, sebab mestinya yang berharga adalah manusia batiniahnya, bukan lahiriahnya (2 Korintus 4:16; 2 Petrus 3:4).
Para Rasul-Rasul diantaranya Rasul Paulus telah menangkap spirit kesederhanaan Tuhan Yesus, meneladani-Nya serta mengajarkannya kepada murid-murid Tuhan lainnya.
Sesungguhnya, kesederhanaan dimulai dari sikap hati, yaitu sikap hati tidak mencari hormat atau penilaian manusia. Orang yang memiliki sikap hati yang sederhana tidak pernah merasa dirinya berharga dengan fasilitas yang menempel di tubuhnya, kendaraan, rumah, mobil, dan segala hal yang ada padanya. Walaupun manusia di sekitarnya menghormati dirinya, tetapi ia tidak merasa bahwa hal itu merupakan nilai lebih dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian? Sebab ia tidak mencari dan mengharapkan hormat dari manusia, tetapi dari Allah. Tuhan Yesus menyatakan, bagaimana seseorang bisa percaya kalau masih mencari hormat satu dengan yang lain ? (Yohanes 5:44).
Jadi, satu hal yang sangat prinsip, bahwa kita tidak boleh mencari dan mengharapkan hormat dari manusia.
Teladan satu-satunya mengenai kesederhanaan adalah Tuhan Yesus Kristus. Ketika Ia meninggalkan kemuliaan-Nya, tidak ada yang disisakan untuk memperoleh kehormatan. Ia mengosongkan Diri, termasuk hak untuk diperlakukan wajar. Ia bukan saja tidak diperlakukan sebagai Penguasa Tinggi, bahkan ia tidak diperlakukan sebagai manusia biasa. Kesederhanaan Tuhan Yesus itulah kemuliaan-Nya. Ciri yang paling nyata dari orang yang memiliki sikap sederhana adalah “tidak memiliki keinginan kecuali Tuhan dan Kerajaan-Nya”.
Orang yang membangun nilai diri berdasarkan barang yang dikenakan dan dimiliki, membawa dirinya kepada keadaan “letih, lesu, dan berbeban berat”. Kalau Tuhan menawarkan kelegaan itu berarti perhentian (Yun. anapauso). Perhentian di sini artinya, perhentian dari pengembaraan jiwa yang mengingini banyak hal. Perhentian di sini artinya juga jiwa dilabuhkan pada Tuhan, bukan kepada yang lain. Dalam pernyataan-Nya, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia rendah hati dan lemah lembut (Matius 11:28-29).
Rendah hati dan lemah lembut adalah jiwa atau nafas dari spirit (gairah) kesederhanaan. Tanpa kerendahan hati dan kelemahlembutan seperti yang dikenakan oleh Tuhan Yesus, seseorang tidak akan memiliki kesederhanaan yang diinginkan oleh Bapa di surga.
Kalau kita meneropong kehidupan Tuhan Yesus, Ia adalah Pribadi yang tidak memiliki keinginan kecuali “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yohanes 4:34). Pola hidup seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus ini adalah pola hidup sederhana yang tidak rumit, tetapi agung tiada taranya.
Kita harus menyadari bahwa segala keinginan manusia akan berakhir sia-sia. Apa pun yang kita ingini yang bukan berasal dari Allah, suatu hari nanti akan berakhir dan lenyap, tiada bekas dalam kebinasaan. Oleh sebab itu kita tidak boleh dikuasai oleh suatu keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Biasanya keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah adalah keinginan manusia itu sendiri. Hal ini membuat manusia menjadi tuhan bagi diri sendiri, bila berkeadaan kuat (kaya dan memiliki kuasa duniawi), ia juga menjadi tuhan bagi sesamanya. Tetapi mereka tidak menyadari hal ini, sebab mereka berpikir bahwa memiliki keinginan adalah suatu kewajaran hidup. Keinginan-keinginan yang berasal dari diri manusia itu sendiri pasti menggeser keinginan untuk melakukan kehendak Tuhan.
Kita harus mengerti bahwa singkatnya hidup di dunia ini adalah kesempatan untuk dapat mengubah kodrat diri. Dari kodrat manusia menjadi kodrat ilahi. Di sinilah sebenarnya letak nilai diri kita sebagai anak-anak Allah. Manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang memiliki kesadaran mengenai nilai diri. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan nilai diri yang sangat luar biasa, sebab manusia diciptakan serupa dengan Allah. Di sinilah letak kemuliaannya. Dengan demikian inti nilai diri manusia terletak pada keberadaannya yang serupa dengan Allah, bukan pada pakaian, perhiasan, mobil, rumah, dan lain sebagainya seperti yang ada di pikiran banyak orang.
Seperti yang dikemukakan, bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kesadaran terhadap nilai diri. Secara naluri manusia bergerak, menjalankan kehidupannya untuk menemukan dan memiliki nilai diri. Tetapi oleh karena tidak mengenal kebenaran, maka manusia menjadi sesat. Nilai diri yang dikejar sebenarnya bukanlah nilai diri yang benar. Kebutaan pengertian atau kebodohan manusia mengakibatkan manusia tidak menyadari kemiskinannya tersebut, sehingga tidak berusaha menemukan kembali nilai dirinya yang telah jauh dari standar rancangan Allah semula. Manusia mengalihkan perhatiannya kepada banyak hal yang tidak mengembalikan dirinya kepada nilai diri yang sesungguhnya.
Dalam hal tersebut, manusia berusaha membangun nilai diri dengan pendidikan tinggi, pangkat, penampilan, fasilitas yang dimilikinya (rumah, mobil, perhiasan, dan lain sebagainya), teman hidup atau jodoh, keturunan, dan lain sebagainya. Tetapi mereka tidak memperolehnya, sebaliknya malah semakin merusak nilai diri. Hal ini sangat mengerikan. Tetapi banyak orang tidak menyadarinya, karena tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Kuasa kegelapan berusaha membutakan mata pengertian mereka, sehingga mereka semakin buta terhadap kebenaran dan menjadi bodoh. Kuasa kegelapan berhasil membelenggu banyak manusia dalam penjara kebutaan atau kebodohan ini, sehingga menggiring mereka ke dalam kegelapan abadi.
Ciri dari orang yang dibutakan tersebut adalah membanggakan perkara materi yang dimilikinya, sebab baginya itulah yang menentukan nilai dirinya. Ia akan memanfaatkan apa pun termasuk Tuhan untuk kepentingan ini. Ironisnya, gereja penuh dengan manusia yang masih dalam gaya hidup ini. Untuk hal tersebut, seharusnya kebenaran Injil yang diajarkan kepada jemaat dapat membuka mata pengertian mereka terhadap hal nilai diri ini. Kalau gereja tidak berbicara lantang, maka banyak orang Kristen yang akan binasa. Gereja harus menjadi tempat di mana mata pengertian seseorang dibukakan untuk menyadarkan kemiskinannya. Oleh sebab itu, orang percaya tidak boleh menghargai materi seakan-akan itu yang memberi nilai atas kehidupan mereka.
Banyak orang yang pikirannya disesatkan oleh pengertian bahwa nilai diri manusia ditentukan oleh kekayaan, gelar pendidikan, keturunan, dan lain sebagainya. Padahal, semua yang dianggap dapat memberi nilai diri tersebut adalah sia-sia belaka. Hal ini akan disadari ketika seseorang harus melepaskannya atau ketika seseorang masuk ke dalam kekekalan. Ternyata apa yang selama ini dianggap sebagai nilai diri hanyalah “fantasi di pikiran saja”, di pikirannya sendiri, dan di pikiran banyak orang. Manusia pada zaman ini tidak memedulikan hal ini. Mereka berjalan dalam kegelapan tanpa menyadari bahaya dahsyat di depan mata mereka. Selangkah mereka masuk ke dalam kematian, mereka sudah menyaksikan kekekalan tersebut.
Banyak orang Kristen yang menolak untuk berjuang guna mengenakan kodrat Ilahi. Perjuangan mereka hanyalah perjuangan untuk memiliki harta dunia dan menikmati hiburan dunia dengan segala kesenangannya. Perjuangan mereka juga hanya untuk menjadi seseorang seperti yang diidolakannya. Mengidolakan manusia sukses yang berlimpah harta, karenanya mereka bekerja keras untuk mencapainya. Mereka mengidolakan orang bergelar tinggi yang terhormat, karenanya mereka memburu ilmu pengetahuan guna menemukan citra dirinya. Mereka mengidolakan orang berpangkat, karenanya berkiprah di gelanggang politik dan lingkungan aparat dan lain sebagainya.
Karena objek perburuannya bukan Tuhan, maka mereka membelakangi Tuhan, atau tidak memperlakukan Tuhan secara patut. Sebagai orang percaya yang mengenal kebenaran, kita harus memahami bahwa nilai diri kita adalah menjadi anak-anak Allah yang berkodrat Ilahi. Hanya satu idola kita, yaitu menjadi seperti Yesus. Satu-satunya perjuangan kita adalah menjadi seperti Dia yang memiliki kesederhanaan yang sempurna.
Sebagai umat pilihan yang mengerti kebenaran, kita juga harus berani membunuh hasrat untuk mencari dan membangun nilai diri dari barang-barang dunia ini. Untuk itu kita harus dengan murni dan jujur membunuh keinginannya sendiri yang bertentangan dengan keinginan Tuhan. Keinginan Tuhan pasti bertendensi memuliakan Bapa di surga, bukan memuliakan diri sendiri. Membunuh keinginan sendiri berarti tidak mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan bagi dirinya sendiri.
Baginya, segala kepentingan adalah kepentingan Tuhan. Baginya, yang penting perasaan Tuhan dipuaskan, pekerjaan Tuhan dijalankan agar rencana-Nya digenapi. Inilah pelayanan yang sungguh-sungguh bagi Tuhan. Dengan demikian kita dapat menantang semangat zaman yang semakin jahat diakhir zaman ini.
Amin.
Kamis, 07 Desember 2017
BERANI MENJADI SEMPURNA
Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Kata sempurna sebenarnya bisa memiliki banyak pengertian, antara lain: utuh, lengkap atau tidak kurang, berkeadaan tidak bercacat dan tidak bercela, telah selesai, tuntas, teratur, bekerja secara benar, sampai tujuan atau mencapai yang ditargetkan, dan baik sekali.
Di dalam Alkitab pun kita harus memperhatikan konteks ayat secara ketat di mana terdapat kata sempurna. Kita harus teliti dalam memahami kata sempurna sesuai konteksnya. Sebab ketika kata itu muncul di dalam suatu teks, ia memiliki konteks yang khusus.
Satu hal yang harus ditekankan, bahwa kesempurnaan mutlak hanya pada Allah.
Dalam Matius 5:48 kesempurnaan yang dibicarakan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan cara hidup orang percaya dihadapan Bapa Di Surga. Banyak sekali ayat Alkitab yang berbicara mengenai hal tersebut, khususnya dalam Perjanjian Baru.
Pertama-tama kita harus menghindari sikap negatif terhadap pengajaran mengenai kesempurnaan yang dikaitkan dengan manusia. Sikap negatif di sini maksudnya adalah tidak menerima pengajaran bahwa manusia bisa menjadi sempurna.
Harus diingat, bahwa faktanya dalam Alkitab kita menemukan perintah untuk sempurna atau yang seunsur dengan kata itu dan kita harus hidup di dalamnya.
Tuhan Yesus sendiri memberi mandat supaya orang percaya harus sempurna seperti Bapa di Surga yang adalah empunya kesempurnaan.
Ini artinya Tuhan memberikan kita potensi untuk dapat mencapai dan melakukannya demi untuk melakukan kehendak Bapa dan memuaskan hati-Nya.
Oleh sebab itu kita juga tidak boleh bersikap skeptis.
Skeptis artinya kurang percaya atau tidak yakin bisa melakukannya.
Sikap skeptis ini jika dikaitkan dengan pengajaran, berarti bersikap ragu-ragu untuk memercayainya. Skeptis terkait dengan kemungkinan dapat sempurna artinya tidak yakin, ragu-ragu, dan memandang terlalu sulit untuk dapat mencapai kesempurnaan.
Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa kita harus sempurna, artinya bahwa kita bisa mencapai kesempurnaan cara hidup anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Bapa. Harus dimengerti bahwa kesempurnaan masing-masing individu berbeda.
Harus disadari bahwa setiap orang percaya mendapat panggilan untuk mencapai kesempurnaan tersebut.
Untuk itu, perhatian orang percaya tidak boleh terbelah sehingga mengganggu perjalanan untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa. Dalam kesaksiannya Paulus menyatakan: Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus (Filipi 3:12).
Orang percaya ditangkap Tuhan supaya akhirnya ia juga menangkap apa yang dikehendak-Nya, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai. Kita harus sungguh-sungguh berjuang dan memiliki tekad yang kuat untuk berkeadaan sempurna seperti yang Bapa kehendaki. Sebab orang percaya yang mau sungguh-sungguh berjuang hendak sempurna saja nyaris tidak bisa meraihnya, apalagi yang tidak sungguh-sungguh berjuang.
Jika Paulus menyaksikan bahwa “bukan seolah-olah dirinya telah memperoleh hal itu atau telah sempurna”, menunjukkan adanya fakta kesempurnaan dan bahwa kesempurnaan adalah proyeksi hidupnya dan ia sedang menggumulinya. Itulah sebabnya di bagian lain dalam Alkitab ia mengemukakan bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah. Berkenan kepada Allah adalah kata lain dari kesempurnaan. Dalam suratnya, Paulus juga menasihati orang percaya untuk mengerti kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Allah atau sempurna seperti Allah Bapa, Roh Kudus dimateraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus adalah kuasa Allah yang tidak terbatas, yang dapat menuntun orang percaya kepada kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Kesempurnaan adalah sikap atau tindakan yang sesuai dengan keinginan atau kehendak Allah. Jika seseorang dapat mencapai standar itu, maka itu adalah kesempurnaan; artinya mencapai tujuan, lengkap, dan utuh. Dalam hal ini, masing-masing orang memiliki porsi yang berbeda sebab setiap orang memikul atau memuat kehendak Allah yang khusus dan yang berbeda dengan yang lain. Jadi masing-masing individu memiliki kesempurnaannya sendiri di mata Allah.
Karena hal ini, maka penghakiman hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri.
Jadi, kalau nampaknya perbuatan seseorang baik dan tidak melanggar norma umum dimata manusia namun tindakannya tersebut tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka itu bukan kesempurnaan.
Kesempurnaan bersifat teosentris atau untuk kemuliaan Allah dan untuk kepentingan Allah semata-mata.
Di tengah dunia yang memandang kesempurnaan secara negatif dan skeptis, kita harus percaya bahwa kesempurnaan dapat kita capai sesuai dengan porsi kita masing-masing. Kita harus optimis, Tuhan yang memberi kemampuan untuk mencapainya demi kemuliaan nama-Nya. Kesempurnaan kita capai bukan untuk kesombongan diri, tetapi kerinduan menyenangkan hati Tuhan. Dengan sikap dan usaha ini kita menantang zaman yang semakin jahat ini.
2 Korintus 13:11
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!
Kesempurnaan bersifat teosentris atau untuk kemuliaan Allah dan untuk kepentingan Allah semata-mata.
Di tengah dunia yang memandang kesempurnaan secara negatif dan skeptis, kita harus percaya bahwa kesempurnaan dapat kita capai sesuai dengan porsi kita masing-masing. Kita harus optimis, Tuhan yang memberi kemampuan untuk mencapainya demi kemuliaan nama-Nya. Kesempurnaan kita capai bukan untuk kesombongan diri, tetapi kerinduan menyenangkan hati Tuhan. Dengan sikap dan usaha ini kita menantang zaman yang semakin jahat ini.
2 Korintus 13:11
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!
Amin.
Selasa, 05 Desember 2017
MEMANDANG RENCANA BAPA
Matius 6:31-33
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Kita sudah mendapat gambaran yang jelas bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan keadaan segambar dengan Allah.
Artinya manusia dapat berpikir, bertindak dan melakukan segala hal sesuai dengan isi hati Tuhan dan perasaan Tuhan. Dalam hal ini manusia mampu berkenan dihadapan Tuhan, walaupun tanpa diberi peraturan, hukum dan syariat.
Kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa melenyapkan kemampuan ini.
Oleh kematian Tuhan Yesus di kayu salib, Tuhan merebut kita dari tangan kuasa kegelapan.
Ia memberikan Injil-Nya dan Roh Kudus-Nya untuk menuntun, memuridkan dan mendewasakan, agar umat pilihan dapat dikembalikan kepada kemampuan semula itu.
Inilah maksud anugerah keselamatan itu diberikan, bagi umat yang mau menyambut anugerah-Nya dengan respon yang benar membawa hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus, yang hidupnya mau dituntun oleh Roh Kudus maka mereka akan dikembalikan kepada rencana besar Bapa sehingga mereka kembali menjadi ciptaan yang baru yang mengerti kehendak Bapa, melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa.
Oleh sebab itu jangan sia-siakan anugerah dan kesempatan ini. Jangan menjadi orang Kristen yang hanya mengenal liturgi gereja atau datang kebaktian, tetapi haruslah kita memandang rencana Bapa yang besar, yaitu mengembalikan manusia untuk segambar dengan Allah tersebut.
Bertumbuh dalam iman adalah proses pemulihan gambar Allah dalam diri orang percaya. Oleh sebab itu pikiran kita harus terus diisi oleh Firman Kristus setiap hari secara memadai, ini mutlak lebih penting dibandingkan segala sesuatu yang kita upayakan dalam hidup ini.
Inilah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan “mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya”.
Untuk berfokus pada hal ini, pikiran kita tidak boleh dipenuhi keinginan-keinginan duniawi, kekhawatiran dan ketakutan terhadap hal-hal menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani. Bekerja keras memaksimalkan potensi tetap menjadi bagian yang harus kita kerjakan, tetapi dengan fokus hidup yang benar melakukan segala sesuatu demi untuk kemuliaan Allah, kita tidak akan khawatir, sebab Bapa tahu dan mengerti apa yang kita butuhkan didalam hidup ini.
Semua yang kita lakukan dalam hidup ini haruslah menjadi sarana agar kita bisa memenuhi rencana besar Bapa; menjadi manusia yang memiliki moral berpikir dan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Bapa, memiliki manusia batiniah yang selalu seirama dengan moral kesucian Bapa.
Kesempatan untuk dikembalikan kepada rancangan Bapa semula adalah anugerah yang tiada tara. Anugerah ini tidak dapat terbeli dengan uang.
Hal yang dapat menghambat pertumbuhan iman kita untuk dapat masuk kedalam rencana besar Bapa adalah percintaan akan dunia, semangat zaman yang mengarahkan manusia menjadi materialisme, cinta uang, cinta harta dan lain sebagainya.
Kita harus waspada sebab iblis memakai hal tersebut untuk memberi selubung dan balok besar dimata kita agar kita tidak dapat lagi memandang rencana Bapa sebagai hal yang terpenting untuk di penuhi.
Anugerah Bapa agar kita dapat kembali menjadi ciptaan yang baru yang serupa dan segambar dengan diri-Nya tidak terbeli oleh waktu, sebab bila waktu berlalu, hilanglah kesempatan.
Inilah yang dimaksud oleh Rasul Paulus dengan pernyataandalam suratnya untuk jemaat di Efesus : "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan" (Efesus 5:15-17).
Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan, manfaatkanlah waktu kita untuk menerima penggarapan dari Tuhan melalui Roh Kudus. Sampai suatu hari nanti kita didapati Tuhan memiliki kehidupan pribadi seperti yang diinginkan-Nya, dan Bapa bisa menyatakan bahwa kita adalah anak-anak yang berkenan kepada-Nya.
Bila kita memandang rencana Bapa, ketika kita mulai membuka mata pada setiap pagi hari, marilah kita tetapkan hati untuk berubah, yaitu bertumbuh menjadi pribadi yang mampu mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus.
Ini tidak boleh dikalahkan oleh kesibukan dan segala masalah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita harus selalu berpikir bahwa kesempatan untuk berubah akan segera lenyap, dan kita akan kehilangannya untuk selamanya.
Dengan demikian kita tidak lagi menyia-nyiakan waktu yang ada untuk terus bertumbuh menjadi anak-anak Allah yang selalu dapat mengenakan pikiran, perasaan dan karakter Kristus, peka dan mengerti akan kehendak Bapa untuk kita penuhi sebagai pengabdian diri kita kepada Bapa kita di surga.
Amin.
Senin, 04 Desember 2017
MENJADI PRIBADI YANG DAPAT DIMILIKI OLEH TUHAN
Galatia 5:24
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Orang yang memiliki dan dimiliki Tuhan, tidak lagi mempersoalkan keadaaan kenyamanan hidupnya di bumi ini.
Yang penting baginya ia hidup berkenan di hadapan Tuhan dan terus ada didalam persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan.
Sebenarnya kehidupan orang percaya di bumi ini hanyalah kesempatan untuk membuktikan apakah dirinya mengasihi Tuhan dan bisa dianggap setia oleh Tuhan di hadapan-Nya.
Dan Tuhan memang merindukan orang-orang yang bisa didapati setia dan dapat dimiliki oleh Tuhan secara utuh.
Betapa indahnya kalau kita bisa menjadi kekasih yang dirindukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Perlu dicatat di sini bahwa seseorang tidak akan dimiliki Tuhan selama masih merasa memiliki sesuatu berharga lebih dari pada Tuhan atau membiarkan diri dimiliki oleh yang lain.
Dalam hal ini ia masih membiarkan dirinya dimiliki oleh keinginan daging dan kehendak diri sendiri yang dikuasai oleh hawa nafsu dan kesenangan hidupnya sendiri.
Sesungguhnya hanya Tuhan Yesus yang boleh memiliki diri kita tanpa batas.
Kita harus sadar bahwa kita adalah orang yang berhutang dengan Tuhan yang telah menebus kita dari penghukuman kekal.
Pertanyaannya hutang apa yang harus kita bayar kepada Tuhan?
Paulus menjelaskan, kita harus membayar hutang tersebut dengan hidup menurut Roh bukan lagi hidup menurut daging.
Disinilah letak tujuan Tuhan memberikan keselamatan itu bagi kita agar kita dapat dikembalikan kepada rancangan Tuhan yang semula yaitu menjadi pribadi yang bisa menuruti kehendak Tuhan dengan taat dan dapat dimiliki oleh Tuhan secara penuh.
Dan hal inilah yang dapat menyenangkan hati Tuhan dan kita kembali dapat memiliki dan dimiliki oleh Tuhan.
Roma 8:12-13
12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Hidup menurut Roh adalah hidup dalam penurutan kehendak Tuhan secara mutlak tidak lagi hidup bagi diri sendiri dan menuruti hawa nafsu daging.
Hidup kita adalah hidup bagi Tuhan dan hidup bagi kepentingan-Nya.
Kalau Tuhan menghendaki sesuatu dari diri kita atau segenap hidup ini diambil oleh Tuhan maka tidak seorang pun yang berhak mencegah, bahkan diri kita sendiri. Kita harus merasa bahagia jika Tuhan menunjuk dan membutuhkan sesuatu dari hidup diri kita ini untuk bisa melayani-Nya, sebab ini merupakan anugrah yang mahal dan kehormatan yang terbesar yang tidak ternilai harganya.
Orang-orang yang mengambil keputusan menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaannya akan bekerja giat untuk melayani Tuhan dengan sukacita.
Ia memandang kepentingan pekerjaan Tuhan sebagai kepentingan utama bahkan lebih dari segala kepentingan yang lain seperti kepentingan keluarga yang mungkin bisa ditunda tentu yang tanpa mengurangi kasih sayang dan perhatian terhadap mereka dan lain sebagainya.
Dengan demikian penghargaannya terhadap dunia ini berubah total.
Ia akan merasa memiliki Tuhan Yesus didalam hidupnya itu sudah cukup.
Seseorang yang memiliki Tuhan Yesus tentu ia akan menjadi pribadi yang terus berusaha agar dapat melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Orang yang menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan tidak akan menjadi serakah.
Disinilah letaknya ia semakin dapat dimiliki oleh Tuhan dan dipakai menjadi alat kebanggaan Tuhan untuk kepentingan kerajaan-Nya.
Tuhan Yesus telah membeli orang percaya dengan harga yang lunas dibayar (1 Korintus 6:19-20) hal ini menunjuk segenap hidup orang yang telah ditebus dimiliki oleh Tuhan. Tuhan Yesus berhak memiliki hati dan segenap hidup orang percaya sebab segenap hidup orang percaya telah dimiliki-Nya secara penuh oleh pengorbanan-Nya di kayu salib.
Oleh sebab itu kalau seseorang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima penebusan-Nya, maka ia harus merelakan hatinya dan segenap hidupnya dimiliki oleh Tuhan secara penuh.
Jika tidak, berarti ia menolak penebusan tersebut yang juga berarti menolak keselamatan dari Tuhan Yesus.
Orang percaya harus memahami pengertian menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Menjadi orang Kristen bukan berarti hanya sekedar sudah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan rajin ikut beribadah ke gereja.
Namun yang benar adalah lebih dari itu, orang percaya harus memiliki persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan setiap hari bahkan setiap detik dihidupnya.
Selalu terhubung dengan Tuhan setiap detik sehingga apa yang ia lakukan adalah hal yang harus berkenan dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Inilah yang disebut hidup yang dipimpin oleh Roh Allah (Roma 8:14).
(Roma 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah).
Bila tidak sampai level tersebut berarti keselamatan yang dimilikinya belumlah lengkap dan dirinya belumlah layak bisa dikatakan sebagai Anak Allah yang berkenan dihadapan Tuhan sebab ayat ini sebenarnya sudah secara langsung menunjuk persyaratan bagaimana menjadi Anak Allah yang sah dan diperkenan oleh Tuhan.
Hidup dipimpin oleh Roh Allah berarti yang mengendalikan hidupnya adalah Roh Allah yang memerintahkan seseorang tersebut untuk hidup dalam penurutan kehendak Tuhan bukan lagi kehendak diri sendiri yang penuh dengan hawa nafsu daging.
Jika orang percaya belum memiliki hati yang demikian yang satu selera, satu cita-cita dan satu tujuan yang sama dengan Tuhan maka ia belum memiliki hubungan persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan.
Ketika seseorang menyerahkan hatinya kepada Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya, memuaskan hati-Nya dan menjadi satu selera, cita-cita dan satu tujuan dengan Tuhan, disini barulah ia bisa dikatakan bahwa hidupnya memiliki dan ada dalam persekutuan yang berkenan dihadapan Tuhan dan dapat memiliki dan dimiliki oleh Tuhan Yesus seutuhnya.
Berbahagialah orang yang hidupnya dapat memiliki dan dimiliki oleh Tuhan Yesus, tentu orang seperti ini memiliki hubungan yang harmoni dengan Tuhan yang selalu memperdulikan pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan terhadap dirinya untuk dilakukan, memperagakan hidup apa yang benar, berkenan dihadapan Tuhan.
Tentu ia akan diperkenan untuk turut masuk kedalam rencana Tuhan yang besar dan indah sampai kepada hidup kekal bersama-sama dengan Tuhan Yesus didalam kerajaan-Nya
Roma 14:8
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
Amin.
Minggu, 03 Desember 2017
MUTLAK HARUS DILAHIRKAN KEMBALI
Yohanes 3:5-6
5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Tuhan menegaskan bahwa seseorang yang tidak bersedia dengan sungguh-sungguh dilahirkan baru oleh Tuhan dalam air dan roh maka ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.
Proses kelahiran baru seseorang yang menjadi pengikut Tuhan Yesus bukanlah proses otomatis yang berlangsung secara instan, tetapi sebuah proses panjang yang melibatkan Roh Kudus dan respon penurutan manusia itu sendiri terhadap pimpinan Roh Kudus setiap waktu.
Karenanya Tuhan Yesus berkata, bahwa kita harus dilahirkan oleh air dan roh.
Dalam pengajaran mengenai Kelahiran Baru, kita tertumbuk pada masalah dilahirkan dari air dan oleh roh.
Maksud penjelasan Tuhan Yesus sebenarnya adalah bahwa dilahirkan dari air menunjuk pada komitmen seseorang untuk meninggalkan cara hidup manusia lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, selanjutnya belajar memasuki kehidupan baru yang Tuhan ajarkan.
Air menunjuk kepada Baptisan air.
Tentu baptisan yang dimaksud Tuhan bukan dari aspek tehnisnya tetapi maknanya, yaitu kesediaan dikuburkan dan hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:4). Dikuburkan disini bukan hanya berarti rela meninggalkan kehidupan moral yang salah, tetapi bersedia meninggalkan seluruh kehidupan yang lama dengan segala filosofinya yaitu kesediaan untuk meninggalkan cara hidup manusia duniawi dengan segala hawa nafsunya.
Dilahirkan oleh Roh berarti menerima penggarapan Roh Kudus untuk bisa mengenakan pakaian Ilahi. Dalam hal ini Roh Kudus bekerja keras untuk bisa melahirkan kita. Untuk itu kita juga harus meresponi kehendak Tuhan secara serius. Respon yang serius ditunjukkan dengan sikap hidup, bukan sekedar hasrat mau menjadi anak Tuhan yang baik. Sikap hidup tersebut adalah usaha untuk mendengar kebenaran Firman Tuhan, sebab iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus. Dari pengertian terhadap kebenaran, selanjutnya harus ada kesediaan untuk meninggalkan cara berpikir dan filosofi hidup yang telah kita warisi dari nenek moyang. Proses ini harus berlangsung secara berkesinambungan.
Inilah pertobatan yang sejati.
Perlu diketahui bahwa pertobatan menurut Perjanjian Baru untuk orang percaya dengan pertobatan menurut Perjanjian Lama untuk bangsa Israel tidaklah sama.
Bagi orang-orang Israel di Perjanjian Lama, pertobatan pada umumnya menyangkut dua aspek antara lain:
Pertama, perubahan tingkah laku atau perbuatan.
Pertobatan seperti ini dimana kehidupan umat yang telah meninggalkan Taurat, hidup dalam tingkah laku yang tidak menuruti hukum Taurat kembali kepada kehidupan sesuai dengan hukum Taurat. Pertobatan ini adalah pertobatan perubahan secara moral umum.
Kedua, kesediaan meninggalkan praktek sinkretisme (mencampurkan atau menggabungkan beberapa agama atau keyakinan).
Ini adalah pertobatan kehidupan umat Israel yang meninggalkan ibadah kepada Yahwe, kembali beribadah kepada Yahwe.
Pada jaman dahulu bangsa Israel sering tergoda menyembah kepada allah-allah yang disembah bangsa-bangsa kafir, seperti baal, dagon, asyera, asitoret, milkom, molokh dan banyak dewa lain. Pertobatan di dalam Perjanjian Lama berarti meninggalkan penyembahan kepada dewa-dewa tersebut, kemudian kembali melakukan ibadah kepada Yahwe di kemah suci atau di bait Allah.
Konsep pertobatan bangsa Israel pada jaman Perjanjian Lama ternyata juga terdapat pada banyak agama di dunia. Pertobatan semacam ini masih bisa digolongkan pertobatan menurut konsep umum.
Bedanya untuk bangsa Israel, pertobatan mereka memiliki keistimewaan, sebab mereka memiliki Allah Yahwe dan Taurat yang tidak dimiliki bangsa lain.
Pada intinya, pertobatan menurut konsep umum adalah meninggalkan perbuatan yang melanggar norma yang diberlakukan dan beribadah kepada allah atau dewa yang diyakini sebagai allah atau dewa yang benar.
Sering pula dikatakan sebagai suatu pertobatan, ketika seorang yang memeluk suatu agama berpindah ke suatu agama lain yang diyakini benar. Sebaliknya, kelompok orang yang menganut agama yang ditinggalkan tersebut akan menganggap anggota mereka yang berpindah agama sebagai murtad. Pertobatan secara umum terjadi atas seorang atau sebuah komunitas setelah mereka mendengar suatu peringatan dan ancaman hukuman. Pertobatan jenis ini adalah pertobatan yang tidak membutuhkan pencerahan pikiran oleh kebenaran Firman Tuhan, yang penting ada kesadaran moral atau didorong takutnya terhadap ancaman yang akan dijatuhkan, seperti penduduk Niniwe dalam kitab Yunus.
Pada umumnya orang melakukan pertobatan supaya kehidupan selama didunia ia dijauhkan dari segala kesulitan kehidupan seperti dijauhkan dari penyakit dan kemiskinan secara ekonomi, kemudian hidupnya semakin sejahtera didalam kelimpahan secara jasmani.
Jika pertobatan hanyalah sekedar tindakan berbalik kepada Tuhan supaya Tuhan memulihkan ekonominya, menyembuhkan penyakitnya atau memberi pertolongan dari problem hidup yang lain. Maka, pertobatan seperti ini adalah pertobatan palsu.
Pada kenyatannya, pertobatan seperti inilah yang ditawarkan kepada banyak orang hari ini, mereka menjadikan Tuhan Yesus sekedar alat untuk menjawab kebutuhan jasmani mereka.
Sesungguhnya pertobatan yang benar adalah seseorang harus melalui tahap dilahirkan kembali oleh Tuhan melalui air dan roh.
Kelahiran baru menjadikan orang percaya sebagai ciptaan baru dengan hati baru (2 Korintus 5:17; Efesus 2:10).
Kelahiran baru menuntut seseorang untuk mengarahkan fokusnya hanya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kalau sebelum lahir baru focus hidupnya tertuju kepada dunia ini dengan segala kesenangannya, sekarang tertuju kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Orang yang sudah mengalami Kelahiran Baru akan menyukai hidup didalam kebenaran Tuhan.
Kebenaran Tuhan inilah yang membuat hidup dalam terang.
Segala unsur di luar kebenaran Tuhan akan nampak nyata bagi orang yang mengenal kebenaran.
Dengan penjelasan lain, orang yang mengalami Kelahiran Baru akan bertumbuh dalam kebenaran sehingga ia menemukan segala kepalsuan hidup ini yang harus ditanggalkan dalam hidupnya. Kepalsuan hidup adalah perhatian manusia kepada hal-hal duniawi, segala hal yang fana; keterikatan dan ketergantungan manusia terhadap dunia ini dengan segala kesenangannya. Dengan demikian, seseorang yang mengalami Kelahiran Baru akan memiliki pemahaman dan filosofi yang baru tentang kehidupan dan lebih mementingkan perkara-perkara rohani yang didalamnya memuat segala kehendak Tuhan untuk dilakukan.
Seorang yang benar-benar telah mengalami Kelahiran Baru sikap hidupnya nampak yaitu sikapnya terhadap dunia ini. Buah hidupnya nyata bahwa ia tidak terikat dengan perkara-perkara duniawi.
Ini adalah ukuran standarnya.
Paulus berkata: “Ikutilah teladanku dan teladan orang-orang yang hidup sama seperti kami” (Filipi 3:17).
Paulus tahu bahwa akan ada orang-orang yang memiliki irama hidup seperti dirinya, sebab orang yang diubah hidupnya pasti memiliki irama hidup seperti dirinya. Baginya, ia tidak memperhatikan apa yang kelihatan tetapi apa yang tidak kelihatan, sebab yang kelihatan adalah sementara tetapi yang tidak kelihatan kekal (2 Korintus 4:18).
Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi (Yohanes 3:12). Nikodemus yang mewakili Agama pada umumnya masih berbicara sekitar perkara hidup hari ini, tetapi Tuhan Yesus mengajarkan segala perkara mengenai kerajaan Sorga.
Inilah bedanya orang yang sudah benar-benar mengalami Kelahiran Baru dan orang-orang yang belum mengalami Kelahiran Baru.
Orang yang sudah dilahirkan baru akan berbicara hal-hal sorgawi dan mengarahkan fokus hidupnya hanya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya, mengubahkan hidup banyak orang lewat kesaksian sikap hidupnya yang menampilkan hidup didalam kebenaran Tuhan serta dengan setia menyelesaikan dengan tuntas tugas pelayanannya kepada Tuhan selama hidup dibumi ini dengan menjaga hidup kudus, tak bercacat cela dan tak bernoda dalam menantikan kedatangan Tuhan Yesus.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)