Galatia 3:13-14
13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
14 Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Hari-hari ini banyak orang yang hidupnya didalam lingkungan Kekristenan masih banyak terjadi pemahaman yang salah mengenai "kutuk".
Kita sudah sering mendengar dan melihat tidak sedikit pembicara Kristen yang mengklaim dirinya seorang wakil Tuhan yang dapat mengadakan pelayanan pelepasan kutuk-kutuk. Berbagai macam kutuk disebut seperti kutuk kemiskinan, kutuk tidak laku kawin atau lajang, kutuk mandul, kutuk kebodohan, kutuk tidak memiliki rumah (kutuk pengembaraan), kutuk kegagalan (selalu gagal dalam bisnis dan karir), dan lain sebagainya.
Para pembicara tersebut memperkenalkan diri sebagai hamba Tuhan yang memiliki kuasa khusus untuk melepaskan mereka yang terbelenggu karena kutuk tersebut dengan nama Yesus.
Orang-orang Indonesia yang mistis, sangat tertarik hal-hal semacam itu. Mereka datang berbondong-bondong ke gereja untuk mengalami kelepasan dari segala kutuk-kutuk tersebut.
Sebenarnya, para pembicara tersebut belum memahami pengertian kutuk. Pengertian kutuk yang dimiliki banyak orang Kristen adalah pengertian kutuk yang mengandung unsur mistis, yaitu sesuatu yang bertalian dengan hal-hal yang bersifat supranatural. Hal ini tentu merupakan pengaruh dari agama-agama dan berbagai kepercayaan di luar Alkitab. Padahal kutuk tidak selalu bersifat mistis. Justru, kutuk menurut versi Alkitab mestinya lebih cenderung tidak bersifat mistik, tetapi lebih bersifat natural.
Berkat yang dijanjikan Allah kepada Abraham adalah melalui garis keturunannyalah Kristus lahir untuk menjadi penebus dosa seluruh umat manusia agar manusia dikembalikan mengenal kebenaran yang sejati, hidup dalam kasih dan kekudusan yang tidak bercacat dan tidak bercela, hidup sebagai anak-anak Allah yang taat kepada Bapa.
Manusia pada zaman anugerah hanya diperhadapkan kepada dua kemungkinan, yaitu menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus sehingga selamat berarti tidak terkutuk atau menolak karya keselamatan dalam Yesus Kristus sehingga tertolak dari hadirat Allah selama-lamanya, yang berarti terkutuk. Pada dasarnya, kutuk pada zaman sebelum zaman anugerah adalah ketidaknyamanan hidup secara jasmani di bumi ini. Tetapi sesudah zaman anugerah, kutuk hanya dikaitkan dengan keselamatan kekal jiwa manusia. Bila seorang diperkenan masuk dunia yang akan datang berarti bebas dari kutuk, tetapi jika tidak diperkenan masuk dunia yang akan datang berarti kutuk.
Kutuk tidak bertalian langsung dengan berkat jasmani atau keadaan lahiriah seperti pada zaman Perjanjian Lama.
Masalah-masalah dalam kehidupan ini seperti misalnya kemiskinan, sakit penyakit, tidak mempunyai pasangan hidup, tidak mempunyai anak, dan lain sebagainya, tidak boleh diperhitungkan sebagai kutuk.
Dalam kehidupan umat Perjanjian Baru, keadaan atau kondisi kehidupan yang secara jasmani negatif seperti yang tersebut di atas bisa dipakai Tuhan untuk menyempurnakan orang percaya.
Kutuk dosa Adam dan dosa individu telah ditanggung oleh Tuhan Yesus diatas kayu salib. Namun hal itu bukan berarti kutuk atas bumi dan hal-hal yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan jasmani otomatis dicabut.
Manusia masih tetap hidup dalam berbagai kesulitan di bumi ini. Tetapi, kesulitan hidup itu bukan lagi diperhitungkan sebagai kutuk. Dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru, justru kesulitan hidup dipakai Tuhan untuk mendidik kita supaya kita melepaskan segala keterikatan dengan percintaan akan dunia dan kemudian hidup mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, ini artinya kesulitan/masalah kehidupan bisa menjadi berkat, sebab Tuhan menggunakan berbagai kesulitan tersebut untuk menyempurnakan kehidupan iman orang percaya agar serupa dengan Yesus (Roma 8:28-29).
Kesulitan hidup merupakan bagian dari proses keselamatan, di mana manusia dikembalikan kepada rancangan Allah semula atau tujuan awal Allah menciptakan manusia.
Dengan janji keselamatan dalam Yesus Kristus, maka persoalan-persoalan jasmani atau masalah-masalah fisik tidak lagi menjadi masalah. Pengharapan terhadap Kerajaan Surga yang akan datang mengatasi segala masalah, artinya segala masalah menjadi kecil atau tidak berarti dibandingkan dengan pengharapan dunia yang akan datang, yaitu dunia yang sempurna di langit baru dan bumi yang baru. Selama masih hidup di dunia, orang percaya pasti menerima pemeliharaan Allah yang sempurna. Tuhan Yesus menyatakan bahwa Bapa yang di Sorga tahu bahwa kita membutuhkan semua pemenuhan kebutuhan jasmani (Matius 6:32).
Orang-orang yang mengharapkan dunia menjadi seperti Firdaus, selalu berusaha sebisa-bisanya untuk mengumpulkan harta dibumi dengan tanpa batas untuk dinikmati sebagai kebahagiaan, kenyamanan dan kepuasan jiwanya.
Orang percaya tidak boleh memiliki gaya hidup yang demikian sebab percintaan akan dunia adalah pemusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Orang percaya yang sejati menganggap dunia ini sebagai tempat persinggahan sementara untuk menjadi tempat latihan menjadi anak-anak Allah yang berkenan yang taat secara mutlak melakukan kehendak Bapa secara sempurna, hidup bagi Dia guna persiapan masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang kekal untuk selama-lamanya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar