Jumat, 22 Desember 2017

KITA HANYA PENGELOLA, BUKAN PEMILIK


Roma 11:35-36
35 Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
36 Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Kita harus dalam kesadaran segenap hidup kita adalah milik Tuhan.
Umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus masuk kepada wilayah hidup “tidak memiliki diri sendiri”.
Kebenaran ini terdapat dalam berbagai bagian dalam Alkitab (Lukas 14:33; 1 Korintus 6:19-20; 2 Korintus 5:14-15).
Kalau kita hanya memberi sebagian kecil dari seluruh yang ada pada kita kepada Tuhan”, kita tidak akan pernah menemukan kehidupan yang “sepenuhnya” diserahkan kepada Tuhan. Sebab dengan sikap dan gaya hidup seperti ini, kita akan terjerumus pada pembagian kavling, di mana ada kavling yang disebut kavlingnya Tuhan dan kavling kita.
Di sini, jemaat Tuhan terdidik menjadi bukan saja pencuri, tetapi juga “pemberontak” di hadapan Tuhan.
Sejatinya, kita sudah tidak memiliki kavling lagi.
Bagi anak-anak Tuhan memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan berapa besarnya, berupa apa pun, bukanlah berdasarkan keinginannya sendiri, tetapi harus dilandasi kasih dan komando Roh Kudus. Kasih lebih mulia (luhur) dari hukum Taurat (1 Korintus 13:3 dan Roma 12:8).
Bagi umat Perjanjian Baru, segenap hidupnya adalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan bagi kepentingan Tuhan (Roma 1:1-2).

Kita harus dalam suatu kesadaran bahwa kita adalah kasir Tuhan yang dipercayakan mengelola milik-Nya. We are not the owner, but we are just a manager (Kita bukan pemilik, tapi hanya pengelola). Jadi, kita harus bersedia menyerahkan apa pun dan berapa pun yang Tuhan kehendaki untuk diserahkan. Dalam lingkungan anak-anak Tuhan, pengertian persembahan harus dipahami dengan tepat.
Persembahan bukanlah memberi, tetapi mengembalikan. Kebenaran ini dapat kita peroleh melalui pernyataan Paulus dalam surat 1 Korintus 6:19-20, bahwa kita bukan milik kita sendiri. Kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar, yaitu dengan darah-Nya.
Kita sama sekali tidak berhak atas diri kita.
Apa pun yang kita miliki sampai hari ini semuanya adalah milik Tuhan dan harus dipergunakan untuk kepentingan dan kehendak Tuhan.
Seharusnya Gereja harus mengajar umat bukan memberi bagi Tuhan tetapi mengembalikan milik Tuhan.
Umat harus dalam kesadaran bahwa seluruh yang ada padanya, baik uang, harta, rumah, kendaraan, rumah tangga, bisnis, pekerjaan dan lain-lain semua adalah milik Tuhan dan harus dikelola sesuai dengan komando atau pimpinan Tuhan. Sebab Tuhanlah yang berhak atas seluruhnya, sedangkan kita hanya pengelola yang dipercayakan Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Dengan demikian kita semakin mengerti ungkapan Firman Allah yang mengatakan : "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.

AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar