Kamis, 07 Desember 2017

BERANI MENJADI SEMPURNA



Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Kata sempurna sebenarnya bisa memiliki banyak pengertian, antara lain: utuh, lengkap atau tidak kurang, berkeadaan tidak bercacat dan tidak bercela, telah selesai, tuntas, teratur, bekerja secara benar, sampai tujuan atau mencapai yang ditargetkan, dan baik sekali.
Di dalam Alkitab pun kita harus memperhatikan konteks ayat secara ketat di mana terdapat kata sempurna. Kita harus teliti dalam memahami kata sempurna sesuai konteksnya. Sebab ketika kata itu muncul di dalam suatu teks, ia memiliki konteks yang khusus.
Satu hal yang harus ditekankan, bahwa kesempurnaan mutlak hanya pada Allah.
Dalam Matius 5:48 kesempurnaan yang dibicarakan Tuhan Yesus adalah kesempurnaan cara hidup orang percaya dihadapan Bapa Di Surga. Banyak sekali ayat Alkitab yang berbicara mengenai hal tersebut, khususnya dalam Perjanjian Baru.

Pertama-tama kita harus menghindari sikap negatif terhadap pengajaran mengenai kesempurnaan yang dikaitkan dengan manusia. Sikap negatif di sini maksudnya adalah tidak menerima pengajaran bahwa manusia bisa menjadi sempurna.
Harus diingat, bahwa faktanya dalam Alkitab kita menemukan perintah untuk sempurna atau yang seunsur dengan kata itu dan kita harus hidup di dalamnya.
Tuhan Yesus sendiri memberi mandat supaya orang percaya harus sempurna seperti Bapa di Surga yang adalah empunya kesempurnaan.
Ini artinya Tuhan memberikan kita potensi untuk dapat mencapai dan melakukannya demi untuk melakukan kehendak Bapa dan memuaskan hati-Nya.
Oleh sebab itu kita juga tidak boleh bersikap skeptis.
Skeptis artinya kurang percaya atau tidak yakin bisa melakukannya.
Sikap skeptis ini jika dikaitkan dengan pengajaran, berarti bersikap ragu-ragu untuk memercayainya. Skeptis terkait dengan kemungkinan dapat sempurna artinya tidak yakin, ragu-ragu, dan memandang terlalu sulit untuk dapat mencapai kesempurnaan.
Firman Tuhan jelas sekali mengatakan bahwa kita harus sempurna, artinya bahwa kita bisa mencapai kesempurnaan cara hidup anak-anak Allah yang berkenan dihadapan Bapa. Harus dimengerti bahwa kesempurnaan masing-masing individu berbeda.

Harus disadari bahwa setiap orang percaya mendapat panggilan untuk mencapai kesempurnaan tersebut.
Untuk itu, perhatian orang percaya tidak boleh terbelah sehingga mengganggu perjalanan untuk mencapai kesempurnaan seperti Bapa. Dalam kesaksiannya Paulus menyatakan: Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus (Filipi 3:12).
Orang percaya ditangkap Tuhan supaya akhirnya ia juga menangkap apa yang dikehendak-Nya, yaitu menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai. Kita harus sungguh-sungguh berjuang dan memiliki tekad yang kuat untuk berkeadaan sempurna seperti yang Bapa kehendaki. Sebab orang percaya yang mau sungguh-sungguh berjuang hendak sempurna saja nyaris tidak bisa meraihnya, apalagi yang tidak sungguh-sungguh berjuang.
Jika Paulus menyaksikan bahwa “bukan seolah-olah dirinya telah memperoleh hal itu atau telah sempurna”, menunjukkan adanya fakta kesempurnaan dan bahwa kesempurnaan adalah proyeksi hidupnya dan ia sedang menggumulinya. Itulah sebabnya di bagian lain dalam Alkitab ia mengemukakan bahwa ia berusaha untuk berkenan kepada Allah. Berkenan kepada Allah adalah kata lain dari kesempurnaan. Dalam suratnya, Paulus juga menasihati orang percaya untuk mengerti kehendak Allah, yaitu apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Allah atau sempurna seperti Allah Bapa, Roh Kudus dimateraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus adalah kuasa Allah yang tidak terbatas, yang dapat menuntun orang percaya kepada kesempurnaan seperti Bapa atau serupa dengan Yesus.
Kesempurnaan adalah sikap atau tindakan yang sesuai dengan keinginan atau kehendak Allah. Jika seseorang dapat mencapai standar itu, maka itu adalah kesempurnaan; artinya mencapai tujuan, lengkap, dan utuh. Dalam hal ini, masing-masing orang memiliki porsi yang berbeda sebab setiap orang memikul atau memuat kehendak Allah yang khusus dan yang berbeda dengan yang lain. Jadi masing-masing individu memiliki kesempurnaannya sendiri di mata Allah.

Karena hal ini, maka penghakiman hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri.
Jadi, kalau nampaknya perbuatan seseorang baik dan tidak melanggar norma umum dimata manusia namun tindakannya tersebut tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka itu bukan kesempurnaan.
Kesempurnaan bersifat teosentris atau untuk kemuliaan Allah dan untuk kepentingan Allah semata-mata.
Di tengah dunia yang memandang kesempurnaan secara negatif dan skeptis, kita harus percaya bahwa kesempurnaan dapat kita capai sesuai dengan porsi kita masing-masing. Kita harus optimis, Tuhan yang memberi kemampuan untuk mencapainya demi kemuliaan nama-Nya. Kesempurnaan kita capai bukan untuk kesombongan diri, tetapi kerinduan menyenangkan hati Tuhan. Dengan sikap dan usaha ini kita menantang zaman yang semakin jahat ini.

2 Korintus 13:11
Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah, usahakanlah dirimu supaya sempurna. Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar