Selasa, 13 Februari 2018
MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL
1 Tesalonika 5:15-18
15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
16 Bersukacitalah senantiasa.
17 Tetaplah berdoa.
18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Seorang remaja sedang asyik berjalan-jalan di kota. Remaja ini sangat terkejut dan ketakutan ketika ada seorang laki-laki berwajah sangar yang merampoknya dan merampas dompet beserta isinya.
Lalu, apa yang dilakukannya? Apakah ia marah dan memaki-maki perampok sambil mengejarnya? Atau, pergi ke kantor polisi sambil tergopoh-gopoh untuk melaporkan kejadian itu?
TERNYATA remaja itu berdiri merenung sejenak di pinggir jalan, ia mulai tetap berusaha untuk tetap terhubung dengan hati dan perasaan Tuhan dalam menghadapi kejadian tersebut. Akhirnya ia mengambil keputusan didalam hatinya untuk tetap bersyukur kepada Tuhan sebab ia berhasil mengendalikan emosinya, pikirannya untuk tetap kudus tidak membenci, bahkan ia merelakan dan mengampuni serta mendoakan bagi orang yang telah berbuat jahat kepadanya. Setelah itu, ia tiada hentinya bersyukur kepada Tuhan karena perampok itu hanya mengambil dompetnya dan bukan nyawanya. Ia sangat bersyukur karena ia masih memiliki nyawanya sebagai harta yang paling berharga untuk melayani Tuhan dibandingkan uang yang ada di dompetnya atau harta di dunia ini. Remaja itu kemudian berjalan pulang. Dalam perjalanan pulang, ia tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena ternyata ia masih menyimpan beberapa ratus ribu uangnya di bank. Sambil merenungkan peristiwa yang baru saja dialaminya, ia mengucap syukur karena dialah yang dirampok dan bukan dia perampoknya. Ia bersyukur karena Tuhan senantiasa menjaganya sehingga ia tetap berada di jalan-Nya dan jauh dari dosa.
Saudaraku...
Segala kejadian hidup yang terjadi didalam kehidupan kita ada pesan/bahasa Tuhan yang harus kita tangkap untuk semakin kita belajar bertumbuh dewasa mengenal apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.
Marilah kita tiada henti-hentinya selalu bersyukur atas berkat yang Tuhan berikan, baik dalam suka maupun duka, sebab hal inilah yang dikehendaki oleh Allah dalam Kristus Yesus dan percayalah Dia selalu memberikan yang terbaik kepada setiap orang yang mengasihi-Nya, sebab Tuhan selalu menyediakan berkat kekal bagi kita untuk dibawa didalam kerajaan-Nya kelak.
Amin.
Senin, 12 Februari 2018
"BANYAK YANG DI PANGGIL, SEDIKIT YANG TERPILIH"
Matius 22:14
Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Artinya, banyak yang dipanggil untuk mendengar Injil, tetapi tidak semua meresponinya dengan benar untuk hidup berpadanan dengan Injil Kristus, tidak mau melakukan sepenuhnya panggilan untuk melakukan kehendak Tuhan sehingga mereka tidak menjadi orang-orang yang terpilih dan akhirnya binasa.
Tanpa respons untuk tunduk dan menerima sepenuhnya ajakan untuk hidup sesuai dengan isi pemberitaan Injil Kristus maka seseorang tidak akan bisa diubah menjadi orang-orang pilihan yang menggelar hidup seperti Kristus telah hidup.
Dan ini artinya mereka sedang menyia-nyiakan anugerah dan kasih karunia dari Tuhan yang begitu besar dan menolak keselamatan yang disediakan oleh Tuhan.
Akhirnya kita menyadari untuk hidup menjadi manusia pilihan yang hidup dalam kedaulatan Allah seseorang juga harus meresponi ajakan Tuhan untuk melakukan perintah-Nya karena Tuhan menginginkan kita melakukan dengan hati yang rela mengasihi Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya.
Respons yang benar terhadap panggilan Tuhan adalah menerima Injil perkataan Tuhan dan melakukan-Nya. Seseorang yang mau menerima Tuhan Yesus, tetapi tidak meresponi perkataan-Nya dan melakukannya didalam hidupnya sesungguh ia belumlah dikatakan menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Raja didalam hidupnya. Sesungguhnya sikap hidup seperti ia masih memiliki kerajaan diri sendiri yang tidak diserahkan kepada Tuhan sebagai penguasa hidup secara absolut. Sikap hidup seperti ini juga telah ditunjukkan oleh lusifer yang yang tidak mau tunduk kepada kedaulatan Allah.
Orang percaya yang menerima perkataan-Nya berarti mau mempelajari Firman-Nya dan terus-menerus berusaha melakukannya. Inilah yang membuat seseorang menjadi manusia unggul, yaitu termasuk kumpulan “sedikit yang dipilih” tadi.
Respons yang benar terhadap panggilan Tuhan adalah
mempelajari Firman-Nya dan melakukannya.
Penyesatan yang terjadi dewasa ini adalah seseorang merasa bahwa ia sudah lahir baru, hal ini membuat orang tersebut tidak perlu berusaha berjuang untuk mengalaminya. Mereka lebih sibuk mendandani manusia lahiriahnya (ini adalah hasrat dari manusia kedagingan) dari pada mendandani manusia Ilahinya yang dikehendaki Tuhan. Mereka merasa sudah nyaman dan aman menjadi orang Kristen yang terdaftar dalam suatu keanggotaan gereja tertentu, tetapi mereka tidak mempersoalkan apakah namanya sudah tercatat dalam kitab kehidupan Anak Domba, artinya tercatat sebagai anggota keluarga Allah. Kepada mereka tidak diingatkan bahwa kalau mereka masih sibuk mendandani manusia lahiriahnya (dengan berbagai fasilitas materi) itu berarti gejala bahwa mereka belum menjadi keluarga Allah. Mereka belum mengerti panggilan hidup dan tanggung jawab untuk hidup menjadi serupa dengan Yesus, mempersiapkan pakaian kebesaran keluarga Allah (mendandani manusia batiniah) untuk memenuhi dan menggenapkan rencana Allah.
Tuhan Yesus memperingatkan kita untuk memperhatikan hal ini melalui sebuah perumpamaan seorang raja yang mengadakan pesta (Matius 22).
Ia mengundang semua orang untuk datang dalam pesta yang telah dipersiapkan. Ketika pesta berlangsung ada seorang tamu yang tidak mengenakan pakaian pesta. Raja itu menyuruh mengusir tamu tersebut dan membuangnya ke dalam kegelapan abadi. Kemudian Tuhan mengakhiri perumpamaan tersebut dengan pernyataan bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih. Dalam hal ini jelas sekali bahwa keterpilihan seseorang juga ditentukan oleh respon terhadap anugerah yang diberikan. Inilah anugerah yang bertanggung jawab.
Pakaian pesta menunjukkan kelayakan untuk menjadi anggota keluarga Allah. Kelayakan disini hanya bisa didapatkan jika anak anak Tuhan mau meresponi panggilannya sebagai anak anak kerajaan yang melakukan kehendak Bapa disorga di segenap wilayah hidupnya.
Hal ini harus diperjuangkan oleh setiap orang percaya dengan sangat serius, lebih dari memperjuangkan hal-hal lain dalam kehidupan ini. Kalau seseorang memperjuangkan sesuatu lebih dari perjuangannya mempersiapkan pakaian kebesaran sebagai anggota keluarga Allah Bapa, hal itu menunjukkan bahwa ia tidak menghargai kesempatan untuk menjadi anggota keluarga Allah Bapa. Ia memandang dunia ini lebih penting dan berharga. Inilah orang-orang yang dikatakan oleh Firman Tuhan sebagai pejinah (teks Yunani : moikalis) artinya orang-orang yang tidak setia. Ia bukannya menjadi keluarga Allah Bapa tetapi musuh-Nya.
Seseorang yang hanya meninggikan pencapaian duniawi seperti memiliki mobil mewah, rumah bagus, aset harta kekayaan yang melimpah ruah sehingga tidak memperdulikan keadaan pencapaian manusia batiniahnya dihadapan Tuhan, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang telah berbuat cabul dengan dunia Ini, hati mereka semata-mata hanya tertuju kepada perkara-perkara dunia dan merendahkan perkara-perkara diatas, mereka adalah orang-orang yang mengasihi dunia sama seperti iblis yang menjadi musuh Allah yang akan dibinasakan oleh Allah di dalam api kekal (Yokubus 4:4).
Jadi meresponi perkataan Tuhan kita Yesus Kristus mengenai sedikit sekali yang akan terpilih/sangat sedikit yang bisa masuk kedalam kerajaan Tuhan Yesus, ini menunjukan kita tidak boleh main main dengan panggilan Tuhan yang memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian/sikap hidup seperti yang Tuhan Yesus kenakan yaitu menjadi anak anak yang hidup hanya untuk taat melakukan kehendak Bapa yaitu menjadi serupa dengan Tuhan kita Yesus Kristus dalam moral kesucian dan kelakuan hidup.
Berjalan dengan Tuhan, berarti kita menjaga dan belajar untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.
Matius 7:21
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Amin.
Minggu, 11 Februari 2018
DIPERHAMBA OLEH KESENANGAN DUNIA
1 Korintus 6:12
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Dunia kita yang semakin materilistis ini juga semakin konsumeristis. Manusia semakin haus barang-barang dan segala fasilitas untuk dapat dijadikan sebagai kebahagiaannya. Perkembangan pola hidup manusia, khususnya di kota-kota besar, dari konsumeristis terbatas sampai konsumeristis tanpa batas.
Salah satu tren jahat yang menghinggapi manusia, yang tidak disadari oleh banyak orang termasuk orang Kristen, adalah kebanggaan memakai barang branded.
Kata lain dari kebanggaan di sini adalah kesombongan.
Orang meninggikan diri dengan kendaraan, pakaian, arloji, tas, sepatu dan barang lainnya yang memiliki merk “bergengsi” karena harganya.
Seakan-akan dengan mengenakan barang-barang yang bermerk tersebut (branded), maka nilai dirinya menjadi tinggi.
Mereka telah terjebak pada kerancuan antara price dan value.
Karena barang-barang tersebut secara nilai uang bernilai tinggi, maka barang tersebut dianggap sebagai bervalue tinggi, sehingga yang mengenakannya juga bertambah dalam value.
Betapa bodohnya manusia yang berkeadaan seperti ini.
Tetapi faktanya hampir semua manusia telah terjebak dan terjerat dalam pola dan gaya hidup ini.
Mereka hidup dalam kesombongan dari hari ke hari dan terus semakin menikmati kesombongan tersebut. Tidak heran kalau ada orang-orang yang hidupnya hanya mau memburu barang-barang branded.
Mereka semakin jauh dari Tuhan dan menjadikan dirinya musuh Allah.
Malangnya mereka tidak menyadari hal tersebut.
Selain hal menggunakan barang branded menjadi kebanggaan, tetapi juga kecanduan. Kecanduan adalah kata lain dari keterikatan.
Seseorang tidak merasa bahagia kalau tidak mengenakan barang-barang branded.
Orang-orang seperti ini tidak mungkin dapat menjadikan Tuhan sebagai sukacitanya. Betapa jauhnya dari pengakuan Pemazmur yang adalah sejatinya menjadi standar warna jiwa umat Tuhan, bahwa kita seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, bahwa Tuhan adalah kebahagiaan kita, bahwa hanya Tuhan yang kita ingini dan lain sebagainya.
Barang-barang branded bisa menjadi candu yang membuat seseorang tidak lagi mengingini Tuhan. Faktanya memang banyak orang berurusan dengan Tuhan bukan karena membutuhkan pribadi Tuhan , tetapi membutuhkan kekuatan-Nya untuk meraih dunia atau barang-barang yang dipandang dapat mengangkat martabat dan harga dirinya.
Kalau dipertanyakan: apakah salah mengenakan barang branded? Maka jawabnya terdapat dalam Firman Tuhan yang mengatakan: Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Mengenakan barang-barang branded bukan sesuatu yang salah, tetapi kalau barang-barang tersebut menjadi ikatan, maka hal tersebut sudah melanggar prinsip kekudusan Tuhan. Kita harus terikat dengan Tuhan, bukan terikat dengan sesuatu yang lain. Keterikatan terhadap barang-barang dunia adalah dosa keberhalaan. Inilah berhala modern yang mengikat kehidupan banyak orang. Dengan berkeadaan terikat oleh barang-barang branded maka berarti seseorang tidak mengikatkan diri dengan Tuhan. Inilah orang-orang yang berzinah meninggalkan Tuhan.
Dengan gaya hidup di atas, maka manusia meninggikan nilai-nilai duniawi dan merendahkan nilai-nilai rohani.
Tidak mungkin seorang yang menghargai secara tidak benar barang-barang duniawi bisa menghargai nilai-nilai rohani.
Dari hal ini kuasa dunia menggiring manusia kepada penyembahan terhadap iblis.
Dalam Lukas 4:5-8 dikisahkan mengenai pencobaan Tuhan Yesus.
Iblis menawarkan keindahan dunia, kalau Yesus mau menyembahnya, maka dunia diberikan kepada Yesus.
Tuhan Yesus menolak, sebab manusia harus menyembah kepada Tuhan Allah dan hanya kepada Allah saja manusia harus berbakti.
Pernyataan Tuhan Yesus ini sudah mengandung kesimpulan bahwa kalau manusia mengingini harta atau barang dunia sebagai kebahagiaan, nilai diri bahkan menjadi tujuan di hidupnya ini berarti ia sedang menyembah kepada iblis.
Orang yang menjadikan harta atau barang dunia sebagai value kehidupan akan menjadi orang yang haus akan uang.
Tidak bisa tidak hal ini akan mengkondisikan seseorang pada cinta akan uang.
Padahal cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka (1 Timotius 6:10).
Bagi kita yang mau mengikut Tuhan Yesus sebagai murid-Nya maka harus bersedia melakukan hal yang sama seperti yang Dia lakukan. Kita harus bersedia meninggalkan kesenangan dunia dan selanjutnya hanya fokus kepada tujuan dan rencana Tuhan atas hidup kita demi pengabdian diri kita kepada kepentingan-Nya.
Meninggalkan kesenangan dunia dapat dibagi dalam dua bagian:
Pertama, meninggalkan kepuasan daging yang tidak sesuai dengan kesucian Tuhan yaitu makan minum dan seks yang tidak benar, serta kebencian atau sikap tidak mengasihi sesama.
Kedua, dosa dalam jiwa, yaitu hasrat memiliki harta dunia untuk memperoleh kesenangan, kebanggaan yang melahirkan keangkuhan hidup.
Hal ini diringkas dalam surat Yohanes (1 Yohanes 2:15-17), sebagai keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang seperti ini tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Surga, Sebab kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu. Mereka tidak mungkin dapat mengasihi Bapa, firman Tuhan tegas mengatakan kita tidak bisa mengabdi kepada dua Tuan.
Ini artinya seseorang harus memilih mengabdikan dirinya kepada Tuhan sepenuhnya atau tidak sama sekali.
Jadi sikap orang percaya dalam melakukan segala sesuatu tidak lagi untuk ditujukan untuk kepentingan pemuasan diri sendiri tetapi mereka melakukannya demi dapat menjadi pribadi yang efektif dipakai oleh Tuhan sebagai alat peraga-Nya demi untuk menggenapi rencana dan kehendak-Nya atas dunia ini.
Amin.
Sabtu, 10 Februari 2018
MENANGGALKAN KEINGINAN/KEHENDAK DIRI SENDIRI
1 Yohanes 2:15-17
15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Hari-hari ini banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa ia sedang mengembangkan berbagai keinginan dan cita-cita hidup yang berasal dari dalam dirinya, yang pada dasarnya merupakan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.
Mereka mencari formula doa yang didengar dan dikabulkan oleh Tuhan, agar hasratnya dipenuhi; mereka melakukan apa saja yang merupakan investasi agar Tuhan mengembalikannya dalam bentuk harta berlipat kali ganda.
Ini sangat menyedihkan, sebab Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa keinginan-keinginan tersebut bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia yang sedang lenyap dengan keinginannya.
Keinginan-keinginan tersebut akan membutakan mata pengertian orang, sehingga tak bisa hidup dalam pimpinan Roh Allah.
Tuhan ingin kita menanggalkan keinginan-keinginan dari diri kita sendiri, dan menggantikannya dengan kehendak Allah. Semakin kita berusaha mengenal-Nya melalui kebenaran Firman-Nya, semakin dalam kita mengerti pimpinan Roh Allah dalam hidup kita.
Apabila kita dipimpin oleh Roh Allah, kita adalah anak-anak Allah (Roma 8:14).
Tetapi Alkitab mengatakan bahwa tidak mudah kita disahkan sebagai anak-anak Allah (Huios) karena untuk menjadi anak-anak Allah yang sah (Huios) harus melewati tahapan dididik dan digarap oleh Tuhan melalui Roh Kudus dan segala peristiwa didalam hidupnya (Ibrani 12:6-8) agar terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Ketika ia didalam hidupnya memberikan respon yang benar dan taat dalam penggarapan didikan Tuhan agar ia terus mengenakan kodrat ilahi dan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya maka Tuhan akan terus memberikan kuasa atau hak istimewa-Nya kepadanya supaya dimampukan menjadi anak-anak Allah yang berkenan dihadapan-Nya.
Memang kita diberi hak istimewa (ἐξουσία, eksusía) supaya bisa menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12–13), tetapi apabila kita tidak memanfaatkan hak-hak istimewa tersebut, kita tidak pernah disebut anak-anak Allah.
Hak-hak istimewa itu adalah pendampingan Roh Kudus, Firman Tuhan, penggarapan Tuhan dalam segala peristiwa kehidupan, dan jaminan pemeliharaan Tuhan yang sempurna.
Mengasihi dunia dan mengembangkan keinginan-keinginan duniawi merupakan tindakan yang menyia-nyiakan hak istimewa dari Tuhan. Dunia mengajak manusia membangun Firdaus di bumi ini, tetapi Tuhan menyediakan Firdaus di langit dan bumi baru didalam kerajaan-Nya.
Orang yang mengumbar keinginan duniawi tidak mungkin menjadi sahabat Allah apalagi bisa masuk kedalam perhentian dilangit baru bumi baru yang Tuhan hanya sediakan bagi mereka menggelar kehidupan yang berkenan dihadapan-Nya.
Jadi jelas bahwa orang yang tidak mau menanggalkan keinginan dunianya bukanlah umat kerajaan Sorga, melainkan umat kerajaan dunia yang dipersiapkan iblis untuk tinggal bersamanya dalam kegelapan abadi.
Kalau kita tidak memutuskan untuk segera keluar dari cara hidup yang salah itu, sampai mati pun kita tidak akan pernah memahami bagaimana hidup dipimpin oleh Roh Allah, sebab Roh Allahlah yang memimpin kita untuk bisa melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi marilah kita matikan keinginan dari diri kita khususnya keinginan yang bertentangan dengan selera dan kekudusan Tuhan, kemudian menyediakan diri kita untuk dipimpin oleh Roh-Nya melalui pemahaman kebenaran Firman-Nya yang murni. Maka kita pun akan semakin mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2).
Menanggalkan keinginan duniawi adalah merupakan suatu keharusan supaya kita dapat hidup dalam pimpinan Roh Allah yang menuntun kita menjadi anak-anak Bapa, mempelai-mempelai Tuhan Yesus yang berkenan dihadapan-Nya.
Amin.
Jumat, 09 Februari 2018
PENGERTIAN MENERIMA YESUS SEBAGAI TUHAN
Kolose 2:6-8
6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Kalimat "hendaklah hidupmu tetap" dalam teks bahasa Yunani adalah "peripateite (περιπατεῖτε)" yang artinya "berjalan mengikuti".
Ini berarti orang-orang yang bersedia menerima Yesus sebagai Tuhan berarti hidupnya harus mengikuti jejak Tuhan Yesus, mengikuti seluruh teladan hidup-Nya dalam melakukan kehendak Bapa dan semakin menjadi serupa dengan Dia dalam seluruh kebenaran kelakuan hidup.
Untuk pada akhirnya kita dapat menjadi teladan dalam kelakuan hidup bagi orang disekitar kita, kita terlebih dahulu harus memahami kalimat yang mengatakan “bahwa tidak seorang pun dibenarkan karena melakukan hukum Taurat" (Roma 3:20).
Sebenarnya kalimat ini Paulus hendak menunjuk kepada bangsa Israel yang mengenal hukum Taurat, sebab mereka berpikir bahwa dengan melakukan hukum Taurat mereka dapat berkenan di hadapan Tuhan. Dengan melakukan hukum Taurat mereka merasa dilayakkan, bukan saja menjadi umat Allah di bumi, tetapi juga memiliki kehidupan yang akan datang, padahal Taurat tidak dapat menyelamatkan.
Perbuatan sebaik apa pun, tanpa pengorbanan Anak Tunggal Allah Bapa, semua sia-sia. Tetapi hal ini bukan berarti meniadakan Taurat atau setuju kalau Taurat dibuang. Tuhan Yesus menyatakan: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga (Matius 5:17-19).
Tuhan Yesus menyatakan: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Justru kedatangan Tuhan untuk menggenapi Taurat. Menggenapi artinya melengkapi pengertian mengenai hukum itu agar sempurna dan melakukan hukum-hukum dengan sempurna pula. Kalau selama ini belum ada yang dapat memahami Taurat sesuai dengan jiwa, nafas, dan esensinya, Tuhan Yesus menjelaskannya.
Kata menggenapi (Matius 5:17) dalam teks aslinya adalah pleroo (πληρόω); yang selain berarti menggenapi, kata itu juga bermakna “pengajaran-Nya datang dengan benar” dan juga berarti menyelesaikan atau melengkapi. Kata menggenapi juga berarti Tuhan Yesus melakukan hukum Taurat di dalam hidupnya dengan sempurna.
Kalau selama itu belum pernah ada manusia yang dapat melakukan Taurat dengan sempurna, Yesus adalah manusia pertama yang telah berhasil melakukannya dengan sempurna.
Taurat yang berhasil dilakukan oleh Tuhan Yesus bukanlah Taurat seperti ukuran Taurat bangsa Yahudi, tetapi inti Taurat secara sempurna, yaitu melakukan kehendak Allah Bapa sebagai sumber tatanan dan hukum. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).
Dengan keberhasilan Tuhan Yesus melakukan hukum Taurat secara sempurna, yaitu melakukan kehendak Bapa, maka Tuhan menjadi pokok keselamatan (Yun. Aitios) bagi orang yang percaya kepada-Nya.
Pokok keselamatan bisa berarti penggubah atau penyusun. Sebelumnya, tidak ada yang mampu untuk itu. Orang-orang yang percaya dan menyatakan diri mengikut Tuhan Yesus harus mengikuti jejak-Nya; hidup seperti Dia hidup. Itulah sebabnya hidup keagamaan (Yun. Dikaiosune, kebenaran) orang percaya harus melebihi ahli-ahli Taurat dan orang Farisi (Matius 5:20). Hal ini hanya terjadi bagi semua orang yang taat kepada Tuhan Yesus (Ibrani 5:7-9). Kalau ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melakukan kehendak Allah yang diwakili oleh hukum-hukum-Nya, tetapi orang percaya bukan hanya melakukan hukum-Nya (tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah dan lain sebagainya) tetapi semua kehendak Allah Bapa yang memerintah kita dalam tuntunan Roh Kudus harus kita taati (contoh ketika Roh Kudus menegor kita untuk tidak menjadi sombong, iri hati, tidak mencintai dunia, tidak mencari kehormatan dimata manusia dan harta kekayaan untuk pemuasan hawa nafsu dan lain-lain).
Inilah yang disebut seseorang melakukan kehendak Bapa.
Seseorang dikatakan percaya kepada Tuhan Yesus kalau mengikuti jejak-Nya, yaitu melakukan kehendak Bapa. Tanpa kesediaan mengikuti jejak-Nya, berarti seseorang tidak bisa dikatakan percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini berarti ia tidak mengalami dan memiliki keselamatan. Dalam hal ini, beriman adalah tindakan atau perbuatan seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika mengenakan tubuh manusia di bumi dua ribu tahun yang lalu. Beriman sama dengan melakukan kehendak Bapa seperti yang Tuhan Yesus lakukan (Yohanes 4:34).
Hal ini juga sama seperti Abraham yang selalu melakukan apa saja yang Tuhan Allah kehendaki untuk dilakukan. Iman seperti inilah yang dibenarkan. Hal ini sinkron dengan apa yang dikemukakan oleh Yakobus 2:17-24. Penjelasan Yakobus mengenai iman bukan saja kesediaan dengan pikiran mengakui adanya Allah, tetapi memiliki relasi yang harmoni dengan Allah dan melakukan tindakan atau perbuatan seperti yang Dia kehendaki. Dalam hal ini jelas sekali bahwa tulisan Yakobus tidak bertentangan dengan tulisan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma.
Dengan demikian orang-orang yang bersedia menerima Yesus sebagai Tuhan berarti hidupnya harus menerima seluruh konsekuensi mengikuti jejak Tuhan Yesus, mengikuti seluruh teladan hidup-Nya dalam melakukan kehendak Bapa dan semakin menjadi serupa dengan Dia dalam seluruh kebenaran kelakuan hidup.
Amin.
Kamis, 08 Februari 2018
MASIH MEMILIKI DIRI SENDIRI
1 Korintus 6:19-20
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Sangat mudah bagi seseorang untuk mengaku sebagai milik Kristus, tetapi apakah benar dirinya benar-benar milik Kristus? Banyak orang Kristen mengaku milik Kristus, tetapi sebenarnya mereka masih memiliki dirinya sendiri. Ketika ada dalam bahaya dan masalah besar, mereka mengaku milik Kristus sebab berharap dapat memperoleh pertolongan dan campur tangan Tuhan.
Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, ketika tidak ada dalam bahaya atau tidak memiliki masalah berat, mereka memiliki dirinya sendiri. Tentu ini sikap yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Tetapi banyak orang tidak menyadarinya.
Mereka memandang Tuhan sebagai alat, bukan tujuan. Sesungguhnya ini sikap orang yang tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan, yang seharusnya hanya kepada-Nya mereka mengabdi dan hidup.
Bilamana seseorang memiliki dirinya sendiri? Seseorang memiliki dirinya sendiri ketika ia dengan tindakan sesuka hatinya sendiri menggunakan pikiran dan anggota tubuhnya demi kesenangannya.
Selain itu ia merasa berhak menggunakan apa pun yang diraih dan dimiliki tanpa dalam pimpinan atau komando Tuhan sebagai pemilik dari seluruh kehidupan (1 Korintus 6:19-20).
Selama seseorang masih terikat dengan dunia ini, yaitu membiarkan dirinya hanyut dengan keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, maka ia tidak dapat dimiliki oleh Tuhan (1 Yohanes 2:15). Orang yang menjadi milik Kristus Yesus adalah mereka yang telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Galatia 5:24).
Hal penyaliban daging dengan segala keinginannya harus berangkat dari diri sendiri.
Ini adalah fenomena natural, bukan adikrodati atau mistis.
Hal ini harus berlangsung setiap hari secara konkret melalui segala kejadian yang terjadi dalam hidup seseorang. Terkait dengan hal ini kita bisa lebih mengerti mengapa Tuhan Yesus menyatakan: orang yang mengikut Dia harus menyangkal diri dan memikul salibnya. Tentu yang disalibkan adalah segala keinginan dan hawa nafsunya (Galatia 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya).
Paulus dalam kesaksian hidupnya berkata: … Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus (Filipi 3:7-8).
Menjadi milik Kristus bukan sesuatu yang bisa terjadi atau berlangsung dengan mudah. Hal ini harus dibuktikan menyediakan diri untuk tidak menjadikan dunia sebagai tempat mengumpulkan harta di bumi tetapi semua yang di percayakan-Nya dan semua yang kita upayakan didalam hidup harus dipergunakan untuk kemuliaan Tuhan dan untuk kepentingan Tuhan serta memenuhi rencana-Nya.
Kolose 1:16
karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Amin.
Rabu, 07 Februari 2018
PENGERTIAN "MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA"
Matius 6:19-24
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
24 Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Dari perkataan Tuhan Yesus Kristus sendiri, Tuhan menghendaki dan memerintahkan agar kita harus mengumpulkan harta di sorga dan bukan dibumi.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga itu?
Menjawab pertanyaan apakah yang dimaksud dengan mengumpulkan harta di sorga, terebih dahulu kita harus memahami apakah yang dimaksud dengan harta di sorga itu. Harta di sorga bisa memiliki dua pengertian, dan keduanya bertalian.
Pertama, harta di sorga adalah Tuhan sendiri. Mengenai bagaimana keadaan di sorga nanti bukanlah hal yang penting, sebab yang terpenting bertemu dengan Tuhan muka dengan muka nanti. Tuhanlah kerinduan orang percaya. Penjelasan ini tidak lengkap tanpa penjelasan harta di sorga dari dimensi kedua.
Kedua, harta di sorga adalah nurani kita yang benar sesuai dengan nurani Tuhan. Dalam Matius 6:22-23 Tuhan Yesus berkata: Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Mata dalam teks ini adalah nurani. Kalau nurani seseorang “terang” atau sesuai dengan Tuhan, maka semua yang dilakukan pasti sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Kalau kebenaran sudah sampai pada nurani maka kebenaran batin telah dicapai, maka kesucian hidup yang sejati dicapai.
Kesucian Kristiani bukan hanya berarti tidak berbuat dosa tetapi tidak lagi memiliki keinginan untuk berbuat dosa karena hidupnya yang mau di pimpin oleh Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan yang Bapa kehendaki.
Orang-orang seperti ini dapatlah berjalan bersama dalam fellowship atau persekutuan yang harmoni dengan Tuhan Yesus.
Mereka akan dilayakkan menjadi mempelai Tuhan.
Anak Tuhan yang mengarahkan menjadi mempelai atau kekasih Tuhan lah yang dikategorikan telah menemukan Tuhan.
Tuhan sudah dimiliki sebagai harta abadi. Dengan demikian mengumpulkan harta di sorga berarti mengembangkan diri kita menjadi manusia yang memiliki gambar Kristus yang selalu dapat mengenakan kekudusan-Nya setiap saat, menjadi berkat dan pembawa terang Tuhan bagi sesama.
Orang-orang seperti ini pasti memberi waktu untuk mengambil bagian dalam pelayanan gerejani dan mendukung pekerjaan Tuhan dengan hartanya tanpa batas.
Inilah sesungguhnya perjalanan musafir pengikut Kristus yang sejati.
1 Petrus 3:3-4
3 Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,
4 tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
Amin
Selasa, 06 Februari 2018
MEMBERITAKAN INJIL YANG MURNI
Galatia 1:6-10
6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
Dalam Galatia 1:6-10 dikatakan bahwa kalau ada yang memberitakan Injil yang lain, baik malaikat mapun manusia, “terkutuklah dia”. Dengan pernyataan ini, menunjukkan betapa berbahayanya “Injil lain” tersebut. Injil yang lain inilah yang dapat mengakibatkan orang percaya meleset dari panggilan Allah. Berkaitan dengan hal ini Alkitab tegas memperingatkan: Jangan mengajarkan ajaran lain.
Bagaimana Injil yang benar itu? Injil yang benar tertulis kitab Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan Injil yang telah diberitakan oleh Paulus. Untuk memahami Injil yang diberitakan Paulus, perlulah mendalami surat-surat Paulus yang tertulis dalam Alkitab. Di dalamnya memuat apa yang Tuhan ajarkan kepada mereka, dan yang harus diteruskan kepada orang percaya di sepanjang abad. Jadi bila seorang pembicara salah mengartikan isi Alkitab, itu berarti ia memberitakan Injil yang lain. Injil yang benar adalah semua kebenaran yang termuat dalam Alkitab.
Bagaimana dapat memahami Injil yang benar kalau tidak memahami isi Alkitab? Memang sebelum ada kitab Perjanjian Baru, murid-murid Tuhan Yesus belajar langsung dari Tuhan. Tetapi setelah ada Alkitab orang percaya yang hendak mengenal Injil yang benar harus belajar dari Alkitab, khususnya ajaran Tuhan Yesus dalam Injil (kitab Perjanjian Baru). Tidak ada saluran lain yang diajarkan Tuhan selain Alkitab. Hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus dengan ucapan-Nya: “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepada-Mu”(Matius 28:18-20). Jadi bukan Tuhan Yesus sendiri secara langsung, murid-murid-Nyalah yang meneruskan pengajaran-Nya, dan pengajaran Tuhan tersusun dalam Alkitab ini.
Tuhan Yesus Kristus tatkala memberitakan Injil di bumi selama 3,5 tahun, adalah mengajar( Matius 4:23; 9:35; 26:55),(Lukas 19:47; 4). Sebagian besar waktu-Nya dipergunakan untuk mengajar.
Paulus pun dalam perjalanan pelayanannya memberitakan “Injil” dimana-mana dengan mengajar. Mengajarkan Injil artinya menjelaskan kebenaran Allah secara mendalam dan luas. Pengajaran Yesus memiliki jelajah yang luas dan dalam. Jadi misi Injili adalah pemberitaan Injil yang benar dengan mengajarkan sepenuh isi Alkitab kepada umat manusia.
Memberitakan Injil harus dipahami sebagai mengajarkan kebenaran Alkitab secara lengkap. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan Paulus dalam seluruh tulisannya dan kitab Ibrani. Dalam Ibrani 6:1-2, disebutkan tentang azas-azas pertama dan ajaran tentang Kristus, selanjutnya ada ajaran lanjutan. Oleh sebab itu, kalau mau mengerti ajaran Injil yang benar, orang percaya harus tekun belajar dengan sungguh-sungguh dan membutuhkan waktu panjang. Tentu belajar dari orang yang mengerti ajaran tentang Injil Yesus Kristus tersebut dengan benar. Selanjutnya ajaran yang benar akan membuahkan “roh” dalam arti semangat atau gairah (Spirit) hidup yang benar. Injil yang benar akan menciptakan manusia rohani yang hatinya ada di Sorga.
Injil artinya kabar baik. Baik yang bagaimana? Kalau baiknya diarahkan kepada hal-hal dunia, maka itu berarti penyesatan. Sebab hal-hal dunia atau fasilitas dunia juga bisa diberikan Iblis.
Kata “baik” berasal dari kata eu (Yunani), dan dalam hal ini adalah hal-hal yang menyangkut “kebenaran”, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Roma 14:17-18 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
(18)Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Jemaat harus dilepaskan dari Injil yang sesat (berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan jasmani semata-mata) dengan kuasa kebenaran Injil, yaitu kebenaran yang termuat dalam Alkitab secara benar. Inilah yang dimaksud bahwa Firman-Nya menguduskan.
Kenyataannya, hari ini jemaat lebih diarahkan kepada kepentingan fisik atau pemenuhan kebutuhan jasmani, dari pada batiniahnya yang harus terus menerus diperbaharui. Menjadi orang percaya berarti telah dibawa kepada habitat baru, yaitu habitat warga Kerajaan Sorga. Dalam hal ini orang percaya harus berani meninggalkan dunia dengan segala konsepnya. Gereja yang benar adalah gereja yang sungguh-sunguh membawa umat Tuhan kepada “perkara-perkara yang di atas”. Inilah yang membedakan orang percaya dengan bangsa Israel secara lahiriah. Bangsa Israel berorientasi kepada hal-hal dunia, makan minum, kawin mengawinkan, kesehatan, tanah Kanaan dan lain sebagainya, sehingga mengabaikan hal-hal rohani yang seharusnya menjadi perhatian utama.
Dengan uraian ini bukan berarti kita tidak membutuhkan pemenuhan kebutuhan jasmaniah. Orang percaya memang membutuhkannya, tetapi hal-hal tersebut bukanlah tujuan kehidupan. Belakangan ini masih dijumpai begitu banyak orang Kristen yang menjadikan hal-hal duniawi tersebut sebagai tujuan utama kehidupan. Mereka akan gagal menerima keselamatan.
Yohanes 17:17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Amin.
Minggu, 04 Februari 2018
PENGERTIAN PENGINJILAN YANG BENAR
Matius 28:18-20
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
TUHAN YESUS adalah penguasa baik di Sorga maupun di Bumi dan segala isinya dengan demikian sepantasnya IA menghendaki semua bangsa bangsa dibumi menjadi muridNYA.
Pemahaman penginjilan dizaman ini lebih banyak pengarah kepada bahwa ketika proses seseorang menjadi pengikut Kristus cukup hanya sekedar percaya dan mengaku menerima TUHAN YESUS sebagai TUHAN dan JURU SELAMAT maka sudah otomatis sudah menjadi pengikut Kristus dan diselamatkan dan penginjilan sudah dianggap berhasil, tentu ini pemahaman yang kurang tepat dan dangkal akibat dari pemahaman ini umat TUHAN terjebak ke dalam kegiatan kegiatan agamawi saja dan akhirnya mengikut TUHAN telah digantikan dengan rajin mengikuti kegiatan gereja, aktif dalam kegiatan persekutuan-persekutaun doa dan sebagainya sehingga lupa tugas pokok panggilan sebagai pengikut Kristus yang seutuhnya yaitu menjadi murid Kristus dan memuridkan hingga SEMPURNA seperti BAPA (Mat.5:48).
Mengapa harus sempurna? Karena BAPA yang disorga adalah sempurna. Apa yang dimaksud sempurna? Dalam teks Yunani kata sempurna menggunakan kata teleios yang berarti lengkap, dewasa secara mental, moral dan karakter, untuk itu harus ada pengajaran mengenai cara hidup yang TUHAN YESUS ajarkan tepatnya adalah lewat pemuridan. Tidak ada orang tua di muka bumi ini yang menyerahkan perusahaanya kepada anak yang tidak siap memimpin, oleh karena itu segala upaya dilakukan untuk mendewasakannya. Mulai dari makan, kesehatan dan pendidikannya pasti dipersiapkan dengan baik. Apalagi Bapa yang di sorga, kerajaan-NYA bukanlah negeri korup yang bisa disuap, segala sesuatunya sempurna, tentunya Ia menghendaki anak-anak-Nya pun sempurna dan TUHAN YESUS lah yang menjadi rujukan untuk diteladani.
Injil artinya kabar baik, namun dewasa ini ada banyak orang mangartikan penginjilan hanya sekedar memberitakan kabar baik bahwa TUHAN YESUS adalah TUHAN dan JURU SELAMAT yang benar barang siapa yang menerima dan percaya kepada TUHAN YESUS sebagai TUHAN dan JURU SELAMAT maka hidupnya akan selamat dan yang tidak percaya akan berada dibawah hukuman.
Penginjilan yang benar tidak berhenti kepada hanya memberitakan KETUHANAN YESUS YANG BENAR namun ada kutipan perintah TUHAN YESUS yang lain yang harus diperhatikan dan untuk dilakukan dalam penginjilan yaitu : "dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."
Hal inilah disebut dengan pemuridan.
Mengapa TUHAN YESUS tidak mengatakan "jadikan semua bangsa cukup hanya percaya dalam namaKU"
Namun yang TUHAN YESUS perintahkan adalah jadikan semua bangsa MURIDKU.
Ini berarti Penginjilan adalah memberitakan kabar keselamatan dari TUHAN YESUS dan mengajarkan tentang pengajaran mengenai cara hidup seperti yang TUHAN YESUS ajarkan, itulah penginjilan yang benar dan tepat.
Jadi penginjilan yang benar harus sampai kepada proses pemuridan dan pengajaran TUHAN YESUS.
Jadi kita bisa mengerti bahwa Injil adalah kabar baik jika kita sudah memahami dan mendalami isi pengajaran yang TUHAN YESUS ajarkan secara memadai. Sehingga kita akhirnya memahami apa itu dosa, apa itu keselamatan, apa itu kekekalan, apa itu nilai hidup, kasih dll dan pada akhirnya kita akan memahami bagaimana cara menghidupi keselamatan yang benar dari TUHAN YESUS.
Mengapa proses pemuridan ini menjadi perintah yang sangat penting dalam penginjilan karena proses pemuridan ini adalah bertujuan supaya hidup orang percaya/umat pilihan TUHAN dapat mengenal dan memiliki sifat atau karakter yang sama seperti yang terdapat dalam diri TUHAN YESUS, mereka harus dilahirkan kembali untuk mengenakan manusia baru didalam Kristus
Karena tanpa dilahirkan kembali maka mereka tidak akan melihat kerajaan ALLAH
Yohanes 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Apa yang harus dilahirkan
Yohanes 3:5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Air berbicara tentang kesedian menerima TUHAN YESUS sebagai TUHAN dan JURU SELAMAT sedangkan ROH berbicara tentang kesediaan untuk belajar dan diajar oleh TUHAN YESUS bagaimana cara hidup yang dihendaki oleh BAPA dan tentu orang tsb harus bersedia mematikan segala keinginan manusia lama yang penuh dengan keinginan daging, digantikan dengan melakukan kehendak BAPA melalui ROH KUDUS.
Tentu ini dengan maksud supaya anak anak TUHAN akan di ajar sampai masuk pada tahap sempurna seperti yang TUHAN YESUS inginkan yang dinyatakan oleh TUHAN YESUS sendiri kepada murid muridNYA : Matius 5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
Pemuridan disini bukan hanya pada tentang pengajaran TUHAN YESUS melalui pertemuan pertemuan ibadah namun yang diharapkan adalah anak anak TUHAN sendiri harus membangun hubungan pribadi yang erat dari hari ke hari melalui kehidupannya bersama dengan TUHAN YESUS, membangun pengalaman hidup bersama TUHAN, proses diubahkan menjadi pribadi yang semakin mengasihi TUHAN, bersedia melepaskan diri dari ikatan mencintai dunia dan memindahkan hatinya untuk mengasihi dan mencintai TUHAN sepenuhnya sehingga mereka mengerti bahwa injil yang mereka dengar bukan hanya sekedar untuk ditaruh didalam hati namun mereka harus bertekun mengerjakan keselamatan yang TUHAN sudah anugrahkan untuk selalu mereka jaga dengan baik.
Filipi 2:12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
Pertanyaannya apa pengertian mengerjakan keselamatan dan apa yang harus dilakukan dalam proses mengerjakan keselamatan.
Mari baca :
Filipi 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
Inilah dimaksud dengan mengerjakan keselamatan tersebut dimana kita setiap hari melakukan apa yang menjadi kehendak BAPA dan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak BAPA tentu sebagai anak anak TUHAN setiap hari harus memahami dan menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti yang TUHAN YESUS pikirkan.
Dengan demikian kita baru bisa melakukan apa yang menjadi kehendak BAPA dengan tepat. Dan ingatlah tanpa kita melakukan apa yang menjadi kehendak BAPA tentu kita tidak akan bisa masuk kedalam kerajaan NYA di sorga
Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Dan hal inilah yang harus diajarkan dalam proses memuridan dalam penginjilan dimana setiap anak anak TUHAN harus mengerti dan harus menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti TUHAN YESUS, mengajarkan kehidupan dan cara hidup yang TUHAN YESUS ajarkan sebab jika tidak demikian tentu kita akan gagal dalam melakukan kehendak BAPA, tentu ini berujung telah gagalnya menjalankan isi dari injil yang benar karena anak anak TUHAN yang hidupnya yang tidak mau dimuridkan.
Ingatlah sebenarnya inti dari penginjilan adalah dimana kita mempersiapkan jemaat menjadi mempelai mempelai bagi KRISTUS yang layak, yang hidupnya berkenan dan memiliki karakter KRISTUS yang sempurna seperti BAPA tentu hal ini diperoleh lewat proses pemuridan hidup setiap hari bersama sama dengan TUHAN YESUS.
Amin.
Sabtu, 03 Februari 2018
MEMPERCAYAI DAN MENANTIKAN JANJI TUHAN DENGAN SIKAP YANG BENAR
1 Petrus 5:4
Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.
Hal janji Tuhan yang akan menghadirkan Kerajaan-Nya sulit untuk dapat dijelaskan dengan kata-kata, sekaya apa pun perbendaharaan kata yang ada.
Hari ini memang kita belum melihat, tetapi orang percaya harus berani percaya pada apa yang Tuhan katakan atau janjikan. Kalau tidak berani percaya, kebinasaan akan menimpa.
Sama seperti orang-orang zaman Nuh tidak akan menduga bahwa ia mengalami bencana yang begitu dahsyat. Sementara Nuh dan keluarganya tidak menduga betapa nyamannya bahtera hasil kerja keras mereka selama bertahun-tahun. Sebagai perbandingan dapat dilihat kisah Lot. Calon menantu Lot tidak akan menduga bumi mereka dijungkirbalikkan Tuhan dan api belerang membakar kota mereka. Mereka menolak ajakan Lot keluar kota Sodom, mereka menganggap apa yang dikatakan Lot adalah olok-olok atau canda (Kej. 19:14. Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: “Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini.” Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja).
Di pihak lain, Lot keluar dari Sodom dan Gomora dan ia baru mengerti betapa beruntungnya keluar dari kota itu. Betapa beruntungnya hidup dalam keselamatan Tuhan karena memercayai Firman-Nya.
Gambaran yang jelas dapat ditemukan di Lukas 16:19-25. Peristiwa ini cermin dari kehidupan manusia. Banyak orang tidak sadar, betapa dahsyatnya kengerian api kekal, tetapi juga tidak menyadari betapa beruntungnya ada di pangkuan Abraham. Memercayai Tuhan juga berarti masuk ke dalam apa yang dijanjikan Tuhan di waktu mendatang. Masuk ke dalam apa yang Tuhan janjikan artinya mulai sekarang hidup diarahkan kepada kehidupan nanti. Inilah yang namanya berjalan dengan iman.
Air bah memang belum melanda bumi, tetapi keluarga Nuh sudah memasuki kehidupan yang Tuhan janjikan. Mereka sibuk membuat bahtera dengan mengorbankan segenap waktu dan hidup mereka. Jangkauan pandang ke depan mereka sangat kuat. Mereka meyakini adanya air bah itu dan satu-satunya penyelamatnya adalah mempercayai Tuhan dan taat melakukan Firman-Nya dimana Tuhan memerintahkan Nuh membuat bahtera sebagai media penyelamatan mereka untuk terbebas dari air bah.
Jangkauan pandang seperti keluarga Nuh itu juga ada pada kehidupan Abraham. Hal ini sungguh-sungguh sangat mengagumkan. Seluruh kehidupan Abraham adalah kehidupan untuk masa depan. Walaupun ia memiliki kesempatan kembali ke Urkasdim, tetapi ia tetap menjuruskan pandangannya ke negeri yang Tuhan janjikan. Bahkan ketika terjadi kelaparan di perjalanannya, ia lebih memilih ke Mesir daripada kembali ke Urkasdim. Ia pantang menoleh ke belakang. Inilah kehidupan yang Tuhan kehendaki. Inilah yang dimaksud Tuhan dengan “mengumpulkan harta di surga” (Mat. 6:19-24). Di bumi ngengat dan karat merusak, pencuri dapat mencuri serta membongkarnya. Harta surgawi kekal. Jangkauan pandang seperti ini yang harus juga kita miliki dan kita kenakan.
Dalam hal ini dapat ditemukan dua jenis manusia. Manusia yang hidup untuk hari ini dan manusia yang hidup untuk hari depan. Masa depan di sini bukan hanya masa depan hari tua seseorang, seperti yang dipahami oleh banyak orang. Tetapi masa depan di sini adalah masa depan di dunia yang akan datang.
1 Petrus 1:3-4 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
Sebenarnya yang sukar dan beratnya pelayanan pekerjaan Tuhan di tengah-tengah jemaat masa kini, yaitu bagaimana mengubah manusia hari ini menjadi manusia masa depan. Mengubah manusia duniawi menjadi manusia Kristus. Hendaknya kita tidak menjadi keras kepala seperti bangsa Israel yang menolak apa yang Tuhan katakan, bahwa di Kanaan mereka akan menjumpai tanah yang berlimpah susu dan madu. Bangsa Israel sudah terikat dengan Mesir. Sejajar dengan nasihat: Jangan meragukan bahwa di rumah Bapa banyak tempat tinggal.
Yohanes 14:1-3 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.
Bangsa Israel hanya melihat atmosfir Mesir, yang menurut mereka jauh lebih baik dari padang gurun. Tetapi mereka tidak memercayai tanah Kanaan yang permai di balik padang gurun. Banyak orang Kristen yang tidak memercayai kehidupan yang akan datang, yang tentu jauh lebih indah dari kehidupan hari ini. Hendaknya kita tidak takut harus memikul salib dan mengikut Yesus dengan setia, sebab penderitaan sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima nanti (Roma 8:18-25).
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dengan sungguh sungguh tidak akan menggelar hidupnya dengan sembarangan, apalagi merusak tubuh/hidup dengan pergaulan yang tidak benar, justru ia akan menggelar seluruh kehidupannya dengan memuliakan Tuhan Yesus dengan mempersembahkan tubuhnya, segenap hidupnya untuk memuliakan Tuhan, setia menantikan kedatangan Tuhan dengan menjaga sikap hidup yang tidak bercacat cela, dan terus mengarahkan hidupnya hanya untuk memenuhi rencana dan kehendak Tuhan didalam hidupnya.
Wahyu 3:11
Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.
Wahyu 3:21 Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
Amin
Kamis, 01 Februari 2018
HIDUP DI DALAM KASIH
Matius 5:14-16
14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
Adalah anak lelaki miskin yang kelaparan dan tak punya uang. Dia nekad mengetuk pintu sebuah rumah untuk minta makanan. Namun keberaniannya lenyap saat pintu dibuka oleh seorang gadis muda. Dia urung minta makanan, dan hanya minta segelas air.
Tapi sang gadis tahu, anak ini pasti lapar. Maka, ia membawakan segelas besar susu. “Berapa harga segelas susu ini?” tanya anak lelaki itu.
“Ibu mengajarkan kepada saya, jangan minta bayaran atas perbuatan baik kami,” jawab si gadis.
“Aku berterima kasih dari hati yang paling dalam… ” balas anak lelaki setelah menenggak habis susu tersebut.
Belasan tahun berlalu…
Gadis itu tumbuh menjadi wanita dewasa, tapi didiagnosa punya sakit kronis. Dokter di kota kecilnya angkat tangan. Gadis malang itu pun dibawa ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis.
Dokter Howard Kelly dipanggil untuk memeriksa. Saat mendengar nama kota asal wanita itu, terbersit pancaran aneh di mata sang dokter.
Bergegas ia turun dari kantornya menuju kamar wanita tersebut. Dia langsung mengenali wanita itu. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya wanita itu berhasil disembuhkan. Wanita itu pun menerima amplop tagihan Rumah Sakit. Wajahnya pucat ketakutan, karena dia tak akan mampu bayar, meski dicicil seumur hidup sekalipun. Dengan tangan gemetar, ia membuka amplop itu, dan menemukan catatan di pojok atas tagihan…
“Telah dibayar lunas dengan segelas susu …” Tertanda, dr. Howard Kelly.
(dr. Howard Kelly adalah anak kelaparan yang pernah ditolong wanita tersebut. Cerita disadur dr buku pengalaman dr. Howard dalam perjalanannya melalui Northern Pennsylvania, AS)
Saudaraku.....dalam Kisah nyata ini kita dapat menarik pelajaran kehidupan bahwa jangan ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan. Pada akhirnya, buah perbuatan akan selalu mengikuti kita.
Dengan demikian kita menampilkan bahwa hidup kita adalah anak-anak terang Kristus yang terangnya selalu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan kita yang mengasihi, mereka memuliakan Bapa kita yang di sorga."
Amin...
Rabu, 31 Januari 2018
PERJUANGAN UNTUK HIDUP KUDUS
Ibrani 10:29
Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?
Perubahan status dari “pemberontak” menjadi “anak” harus berlanjut sampai orang yang dikuduskan tersebut benar-benar berkeadaan kudus seperti Bapa. Inilah yang menempatkan kita sebagai anak-anak Allah yang sah. Itulah sebabnya 1 Petrus 1:17 mengingatkan, bahwa kalau kita memanggil Allah sebagai Bapa hendaknya kita hidup dalam ketakutan selama menumpang di dunia.
Ketakutan di sini adalah takut kepada Bapa karena menghormati dan mengasihi-Nya. Sebagai anak, kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, karena proyeksi keselamatan adalah serupa dengan Tuhan Yesus (Roma 8:28-29).
Model Anak yang menyukakan hati-Nya adalah Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kalau seseorang tidak mau diproses untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus dan bahkan tidak mengasihi sesama, maka ia bukanlah bagian dari anggota tubuh Kristus dan tidak layak menerima pengampunan-Nya.
Sebab pengampunan diberikan untuk proses perubahan sampai dilayakkan, dipermuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Dalam 1 Korintus 1:2 tertulis: “kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus”.
Perhatikan kalimat “dikuduskan dalam Kristus Yesus” dan “yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus”.
Di sini kita dapat menemukan ada dua dimensi. Dimensi pertama adalah “dikuduskan dalam nama Tuhan Yesus”, artinya Tuhan mengubah status kita sebagai orang percaya, dari pemberontak menjadi anak-Nya oleh karya salib-Nya.
Ini adalah pengudusan secara pasif.
Kedua, “dipanggil untuk menjadi orang kudus”, artinya kita harus berjuang memiliki karakter atau mencapai kekudusan seperti yang dikehendaki-Nya.
Ini adalah pengudusan secara aktif.
Memerhatikan dua aspek pengudusan (pasif dan aktif), maka kita temukan kesejajaran dengan pengudusan oleh darah Tuhan Yesus dan oleh Firman yang dikerjakan oleh Roh Kudus.
Pengudusan oleh darah Tuhan Yesus adalah pengudusan untuk mengubah status. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 4:12).
Dikuduskan dengan darah Tuhan Yesus tidak melibatkan peran manusia sama sekali.
Manusia hanya menerima anugerah tersebut. Pengudusan oleh darah Tuhan Yesus ini tidak otomatis menghilangkan kodrat dosa (Ing. sinful nature) atau mengubah watak dosa dalam kehidupan manusia. Kodrat dosa hanya dapat dihilangkan melalui proses pendewasaan oleh Firman dan pembentukan Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri umat pilihan.
Banyak orang Kristen puas hanya sampai pengudusan secara pasif. Pengudusan secara pasif dianggap sudah selesai atau sudah tuntas.
Biasanya mereka juga percaya bahwa sakramen sudah cukup menguduskan, padahal sakramen tidak bisa menguduskan kalau hanya dari segi teknisnya. Misalnya baptisan, yang menguduskan bukanlah air baptisan atau tindakan dibaptis itu sendiri, tetapi kesediaan meninggalkan manusia lama dan hidup dalam hidup yang baru, tentu melalui proses pembelajaran Firman Tuhan dan kehidupan setiap hari dalam segala peristiwa yang dialami.
Roma 1:7 mengisyaratkan bahwa dipanggil dan dijadikan orang kudus bukanlah proses sederhana yang terjadi oleh tindakan sepihak dari Allah, tetapi juga respon manusia dalam menerima pengudusan itu. Orang yang tidak mau selalu bertobat guna pembaharuan setiap hari adalah orang yang menolak pengudusan secara aktif oleh Roh Kudus dan Firman (Roma 2:5, Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan). Dalam hal ini, apakah seseorang menjadi orang kudus dan berkenan kepada Allah atau tidak, tergantung kepada masing-masing individu pula.
Allah tidak memaksa. Kalau seseorang mengeraskan hati tidak mau selalu bertobat, maka berarti ia tidak menerima anugerah pengudusan secara aktif.
Ini juga berarti ia membuang dan menginjak-injak darah korban Tuhan Yesus atau tidak menghargai pengorbanan-Nya. Dengan tindakan itu maka secara tidak langsung membuat pengudusan secara pasif menjadi sia-sia. Hal ini akan nampak ketika seseorang tidak mengalami pertumbuhan kepada kesempurnaan seperti Kristus, bahkan berbuat baik pun tidak dilakukan. Ironinya, banyak orang Kristen merasa sudah selamat dan merasa “sudah berkenan” di hadapan Tuhan hanya karena merasa sudah mempercayai karya salib Yesus, padahal keadaan diri mereka “tidak melakukan kehendak Bapa” (Matius 7:21-23).
Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri manusia lama (Galatia 2:20).
Meskipun mengalami kematian diri, kita tetap memiliki kehendak bebas, tetapi melalui penyangkalan diri terus-menerus, kita akan menyerahkan kehendak kita dan hak kita kepada Tuhan: hak dihormati, hak dihargai, hak memiliki diri sendiri, dan sebagainya.
Ini suatu keharusan, sebab bersedia dikuduskan juga berarti bersedia dipisahkan untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini.
Dengan pertumbuhan manusia baru yang mengikuti jejak hidup Tuhan Yesus, kita yang semakin dewasa rohani, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar. Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan secara benar, sebab hanya orang yang kuduslah yang dapat berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya.
Rela dipakai Tuhan berarti rela dikuduskan, rela dipisahkan dari dunia ini untuk dipakai oleh Tuhan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia yang cemar ini dengan menggelar hidup didalam kasih dan kebenaran, didalam kekudusan dan yang semakin serupa dengan gambar Kristus.
Amin.
Selasa, 30 Januari 2018
MENGHADAP PENGHAKIMAN ALLAH YANG SEMAKIN MENDEKAT
Roma 1:18-23
18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.
Dari yang dikemukakan dalam Roma 1:18-23 jelas sekali kebenaran yang menunjukkan bahwa Tuhan sangat memerhatikan perilaku atau perbuatan seseorang; siapa pun orang itu apakah umat pilihan (bangsa Israel dan orang percaya) atau bangsa-bangsa lain. Dalam hal tersebut Tuhan tidak memandang muka. Roma 1:18 mengatakan: murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Kata “kelaliman manusia” menunjukkan tidak ada perbedaan. Perlu kita perhatikan kalimat “kelaliman manusia”, bukan kelaliman orang kafir atau orang tertentu, tetapi semua manusia; bahwa semua manusia mendapat perlakukan yang sama, tentu termasuk di dalamnya orang beragama. Kalau seseorang melakukan kefasikan dan kelaliman, maka murka menimpa mereka; Tuhan tidak memandang muka.
Dalam hal ini status sebagai umat pilihan, dan keberimanan kepada Tuhan Yesus bukanlah jaminan dapat terhindar dari penghakiman Tuhan. Semua perbuatan manusia akan diperhadapkan kepada pengadilan Allah, termasuk perbuatan orang-orang Kristen (2 Korintus 5:10). Hal ini patut diperhatikan karena ada orang-orang Kristen yang berpikir bahwa dirinya akan bebas dari penghakiman sebab mereka merasa bahwa dirinya sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka berpikir bahwa orang percaya tanpa pengadilan akan masuk surga. Hal itu didasarkan pada pengertian yang salah terhadap konsep solagratia (hanya oleh anugerah). Mereka keliru menfasirkan konsep “keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena anugerah”. Mereka berasumsi bahwa anugerah menghilangkan pengadilan atas orang yang menerima anugerah. Mereka berpikir, bahwa oleh karena Tuhan Yesus telah mati di kayu salib, maka semua masalah dosa telah selesai; tidak ada perhitungan lagi.
Banyak orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran Injil. Mereka percaya dan merasa bahwa dengan mudah atau secara otomatis orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah selamat dan pasti masuk surga. Mereka tidak memahami apakah yang dimaksud dengan percaya itu dan mereka tidak mengerti bahwa orang percaya harus dimuridkan untuk memiliki kehidupan seperti Tuhan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Menurut mereka yang berpandangan keliru tersebut, perbuatan atau perilaku individu tidak diperhatikan oleh Allah, sebab keselamatan terjadi bukan karena perbuatan baik. Betapa salahnya bangunan berpikir ini. Pengajaran ini benar-benar menyesatkan dan merusak bangunan iman orang percaya.
Harus dipahami bahwa Paulus sendiri berjuang untuk berkenan di hadapan Allah, karena dirinya harus menghadap takhta pengadilan Allah (2 Kor. 5:9-10). Dalam kitab Roma Paulus mengatakan: Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Rm. 14:12). Perhatikan kata “kita” dalam ayat ini yang menunjuk semua orang percaya, termasuk Paulus sendiri.
Pengadilan Allah berlaku bagi siapa pun, sebab faktanya memang terdapat orang-orang yang mengetahui tentang Allah tetapi mereka tidak memuliakan Allah, dan hidup mereka menjadi sia-sia karena tidak melakukan kehendak-Nya, sehingga hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Rm. 1:19-21). Bukankah fenomena riil tersebut kita jumpai dalam kehidupan banyak orang, termasuk orang-orang Kristen? Dalam kehidupan setiap hari sering kita menjumpai kenyataan orang non-Kristen lebih jujur, lebih mengasihi sesama dan berperilaku lebih baik dibanding orang Kristen sendiri. Apakah orang Kristen “yang tidak berbuat kebaikan” tersebut masuk surga karena merasa memiliki iman kepada Tuhan Yesus, sedangkan orang di luar Kristen masuk neraka karena tidak terhisap sebagai orang beriman kepada Tuhan Yesus? Harus diingat, pengadilan Allah berorientasi pada perbuatan, bukan iman. Iman bukanlah perbuatan baik menurut hukum, tetapi perbuatan baik yang berstandar kesucian Allah sendiri.
Itulah sebabnya maka orang percaya harus mengalami pemuridan yang diasuh sendiri oleh Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Inilah proses pendewasaan di mana orang percaya dikehendaki untuk mencapai target sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dengan kehidupan yang sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus tersebut orang percaya tidak takut menghadapi penghakiman Allah. Di sini orang percaya bukan saja yakin bisa masuk surga, tetapi mengerti dan tahu pasti masuk surga. Keselamatan menjadi milik yang pasti, bukan sekadar keyakinan dalam nalar yang dibangun dari doktrin, jika kita memiliki perjalanan hidup dengan Tuhan guna mencapai kesucian-Nya secara nyata atau konkret. Orang percaya yang benar yakin bahwa penghakiman Tuhan bukan sesuatu yang membahayakan dan menakutkan lagi. Hal ini bukan didasarkan pada pengertian secara nalar, tetapi kehidupan setiap hari yang berkenan di hadapan-Nya.
Yakobus 2:12
Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.
Amin.
Senin, 29 Januari 2018
MENYADARI LORONG KEKEKALAN YANG SEMAKIN MENDEKAT
2 Petrus 3:10-11,14
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
14 Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.
Sebagai makhluk kekal, setiap manusia dihadapkan kepada 2 pilihan kekekalan, pilihan itu adalah kekal di neraka dengan penyiksaan fisik yang tiada henti atau kekekalan hidup bersama-sama dengan Tuhan Yesus dikerajaan-Nya yang penuh dengan keindahan.
Perjalanan untuk memilih kekekalan bersama dengan Tuhan Yesus ini sangatlah singkat, bisa jadi kesempatannya beberapa hari lagi, bisa jadi esok hari, atau mungkin beberapa jam lagi.
Lorong kekekalan ini tidak hanya berbicara kedatangan Tuhan Yesus yang kedua secara fisik namun perlu disadari ketika hari kematian menjemput maka seseorang sudah diperhadapkan kepada lorong kekekalan tersebut.
Oleh sebab itu manusia yang tidak mempertimbangkan hal ini adalah manusia yang bebal dan tidak berakal sehat.
Kesukaran-kesukaran hidup yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya hendak mengajak kita untuk berpaling kepada Tuhan dan mencari apa yang bernilai abadi.
Planet yang kita huni ini bukanlah dunia yang menjanjikan.
Kebakaran hutan, menipisnya lapisan ozon, gejala-gejala alam yang aneh dan menakutkan, makin berkurangnya sumber kekayaan alam, krisis-krisis hidup manusia (ekonomi, moral, politik, keamanan yang berkaitan dengan ancaman nuklir dan senjata perang pemusnah lain), dan berbagai ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia seperti berbagai penyakit yang muncul tanpa ada terapinya, ancaman asteroid yang bisa menabrak bumi, dan sebagainya.
Jika ada nubuatan dunia akan semakin baik maka itu tentu nubuatan yang palsu oleh nabi-nabi palsu yang hanya ingin mengenakkan telinga pendengarnya. Alkitab sudah jelas mengatakan bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar (2 Timotius 3:1 Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar).
Berbahagialah mereka yang dapat membaca tanda akhir zaman ini dan berpaling kepada Tuhan, mencari kehendak-Nya dan hidup didalam-Nya.
Jika kita termasuk pencari Tuhan, kita tergolong dalam kelompok yang sempat tertolong.
Banyak kelompok yang tidak sempat tertolong lagi, sebab pandangan hidup mereka tertuju kepada dunia ini semata-mata, memuaskan segala hawa nafsu dan keinginannya dengan tanpa batas dan tanpa memperhatikan kehendak Tuhan yang utama didalam hidupnya.
Mereka tidak percaya bahwa Tuhan Yesus akan datang sesegera mungkin (Wahyu 22:12 "Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya).
Mereka berpikir bahwa Tuhan Yesus datang barangkali 100 tahun lagi atau lebih sehingga mereka tidak mencari kehendak Tuhan didalam hidupnya secara benar untuk dilakukan.
Sebagaimana seseorang dapat mengenali cuaca dengan tanda-tanda yang ada, demikian pula seorang anak Tuhan harus dapat menemukan tanda-tanda zaman untuk mengerti saat-saat penting dunia. Tuhan akan sengaja menunjukkan tanda-tanda tersebut semakin jelas, supaya anak-anak-Nya dapat bersiap-siap. Dengan mengenali saat-saat penting tersebut, kita dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu (Matius 24:45–51).
Tanda-tanda zaman yang kita dapat baca ini akan menggerakkan kita melakukan tindakan yang penting yaitu menyelesaikan tugas kehidupan melakukan kehendak Tuhan Yesus dan membawa hidup semakin serupa dengan diri-Nya.
Kalau ternyata planet yang kita huni ini tidak menjanjikan kehidupan yang sejahtera, bahkan makin hari makin mencemaskan, maka kita didorong untuk mencari kehidupan yang Tuhan Yesus telah janjikan yaitu dilangit baru dan bumi yang baru kerajaan Tuhan Yesus di Sorga.
Di kerajaan Tuhan Yesuslah kita semua bisa melangsungkan suatu kehidupan yang indah dan kekal untuk selamanya.
Olehnya kehidupan hari ini kita dituntut oleh Tuhan untuk menyelenggarakan kehidupan yang memiliki nilai-nilai kekal.
Kehidupan seperti ini tidak dapat kita jumpai dalam agama dan ajaran mana pun, kecuali apa yang diajarkan Tuhan Yesus (Yohanes 15:1–4).
Itu sebabnya Tuhan Yesus berkali-kali menasehati agar kita mencari dan mengutamakan harta sorgawi yang memiliki nilai kekal (Matius 6:19–21).
Paulus pun berkata demikian (Kolose 3:1–4).
Yang harus kita lakukan di zaman akhir yang tanda-tandanya sudah semakin jelas ini adalah mempersiapkan diri, terus berjaga-jaga menyambut kedatangan Tuhan Yesus dengan menggelar hidup didalam kasih, kudus, tidak bercacat dan tak bernoda serta mengajarkan kehidupan terang Kristus ini kepada orang lain agar diri kita dan semua umat manusia yang hidupnya telah diterangi oleh Kristus dan menerima-Nya diperkenankan bertemu dengan Tuhan Yesus di awan-awan permai untuk menerima mahkota kehidupan kekal, hidup untuk selama-lamanya bersama dengan Dia didalam kerajaan-Nya (1Tesalonika 4:17).
Tuhan sengaja menunjukkan tanda-tanda zaman agar kita dapat bersiap-siap menyambut kedatangan-Nya yang datang seperti pencuri dan tidak akan terduga waktunya oleh siapapun juga.
Amin.
Jumat, 26 Januari 2018
SELALU UNTUK-MU
1 Korintus 8:6
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Untuk mencapai hubungan yang melekat dengan Tuhan Yesus seseorang harus dewasa rohani.
Seorang yang dewasa rohani hidupnya sudah tidak lagi berpusat pada diri sendiri (egosentris), tetapi harus “theosentris”.
Theosentris artinya hidupnya berpusat kepada Tuhan demi kesukaan hati-Nya.
Seseorang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus adalah seseorang yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU"
Orang-orang seperti ini tentu sudah mulai cakap menyalibkan daging dengan segala keinginannya.
Ia tidak bisa lagi menikmati dunia atau mencari hasrat hidup yang ditujukan untuk kepuasan diri sendiri.
Dunia dengan segala keindahannya sudah menjadi pudar di matanya.
Mereka menjadikan Tuhan sebagai harta kekayaan yang abadi satu-satunya yang menjadi tujuan hidup.
Hatinya sudah dipindahkan dalam Kerajaan Sorga dan menghayati dengan benar bahwa dunia ini bukan rumahnya. Mereka adalah orang-orang yang berurusan dengan Tuhan karena hendak mengabdi kepada-Nya.
Mereka adalah orang yang mendesak Tuhan untuk menemukan perintah atau komando-Nya dalam pekerjaan-Nya bagi kepentingan Kerajaan Sorga.
Baginya segenap hati, jiwa dan menumpahkan keringat dan darah adalah kehormatan sebagai anak atau pangeran Kerajaan Allah.
Pelayanannya kepada Tuhan tidak lagi dibatasi oleh ruangan dan waktu.
Segenap hidupnya adalah pelayanan bagi Tuhan.
Sampai taraf ini seseorang baru bisa dikatakan hidupnya berpusat hanya kepada Tuhan Yesus.
Untuk bisa menjadi dewasa didalam Tuhan tidaklah tergantung dari Tuhan sepenuhnya, tetapi juga tergantung dari masing-masing individu.
Tuhan telah menyediakan sarana untuk dewasa, tetapi apakah seseorang bertumbuh dewasa atau tidak tergantung kesediaan masing-masing individu tersebut digarap Roh Kudus.
Kedewasaan seseorang didalam Tuhan adalah proses pendewasaan dimana seseorang bisa benar-benar lahir baru menjadi manusia yang baru yang mengenakan kodrat ilahi yang selalu memperagakan teladan dari kehidupan Tuhan Yesus, mengikuti jejak-Nya yang selalu hidup melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Hidupnya hanya berfokus kepada hidup yang mengabdi kepada kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya.
Sampai disini barulah hidupnya bisa menjadi saksi-Nya, disinilah ia menemukan kehidupan yang memiliki nilai hidup yang berbeda dari cara hidup yang ia warisi dari nenek moyangnya.
Ia menjadi manusia yang tidak lagi sama dengan dunia ini dimana orang dunia pada umumnya selalu menggelar hidup berpusat kepada diri sendiri yang selalu berfilosofi hidup "selalu untukku".
Fokus hidupnya di lahirkan dan dibentuk kembali oleh Tuhan dimana hidup yang di kehendaki oleh Tuhan adalah hidup yang berpusat kepada Tuhan, hidup yang diperuntukan untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya, berangkat dari sini barulah ia mengerti terhadap filosofi hidup "selalu untuk-MU".
Orang-orang yang hidupnya berpusat kepada Tuhan Yesus kelak pasti akan memerintah bersama-sama dengan Tuhan Yesus, sebab yang memerintah dengan Tuhan Yesus adalah mereka yang bersedia menderita bersama-sama dengan Tuhan dalam penyangkalan diri, memikul salib setiap hari dan mengawal pekerjaan-Nya tanpa batas.
(Roma 8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia).
Orang-orang yang hidupnya selalu berpusat kepada Tuhan yang bersedia menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU" adalah orang-orang yang akan selalu disertai oleh Tuhan disetiap langkahnya, jika ia berkeluarga, melakukan bisnis dan pekerjaan lainnya tentu Tuhan juga rindu memberkati dan mencurahkan berkat baik berkat rohani maupun jasmani sebab Tuhan sedang memang mencari orang-orang mau dan bersedia menyertai dan mengawal pekerjaan Tuhan dengan tanpa batas yang tanpa memasukan kepentingan pribadi dan keinginan menikmati kepuasan hasrat duniawi.
Hendaknya kita jangan seperti Yudas iskariot yang gagal mengiring pekerjaan Tuhan karena ia telah memasukan kepentingan pribadi dan hasrat duniawi didalam pengiringannya kepada Tuhan.
Sejatinya kita sebagai anak-anak Tuhan haruslah menghidupi nilai kehidupan "selalu untuk-MU", berani menderita bersama dengan Tuhan Yesus dalam menyelesaikan tugas kehidupan yang di telah percayakan-Nya. Hidup mengikuti jejak-Nya selalu taat dan setia sampai akhir melakukan kehendak-Nya.
Hidup yang berpusat hanya bagi Dia dan kerajaan-Nya.
2 Korintus 5:15
Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
Amin.
Kamis, 25 Januari 2018
KEMARAHAN / DENDAM
Kebiasaan Si Tukang Kayu adalah MEMBIARKAN sebagian Peralatan Kerjanya Berserakan & Tidak Merapikannya.
Ketika Ular itu masuk kesana, secara kebetulan ia merayap di atas gergaji.. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut Ular terluka.. Ular beranggapan gergaji itu MENYERANGNYA.
Ia pun membalas dengan Mematuk Gergaji itu berkali-kali.
Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.. MARAH & PUTUS ASA.. Ular berusaha Mengerahkan Kemampuan terakhirnya untuk MENGALAHKAN MUSUHNYA.
Ia pun lalu Membelit Kuat gergaji itu.
Belitan yang Menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, Akhirnya ia pun MATI BINASA.
Saudaraku....
Kadangkala di saat MARAH.. KITA ingin MELUKAI ORANG. Setelah semua berlalu.. KITA baru Menyadari bahwa YANG TERLUKA SEBENARNYA adalah DIRI KITA SENDIRI.
Banyaknya PERKATAAN YANG TERUCAP & TINDAKAN YANG DILAKUKAN saat AMARAH Menguasai.. sebanyak itu pula KITA MELUKAI DIRI KITA SENDIRI.
TIDAK ADA Musuh yang TIDAK DAPAT di Taklukkan oleh CINTA KASIH.
TIDAK ADA Penyakit yang TIDAK DAPAT di SEMBUHKAN oleh KASIH SAYANG.
TIDAK ADA Permusuhan yang TIDAK DAPAT di MAAFKAN oleh KETULUSAN.
TIDAK ADA Kesulitan yang TIDAK DAPAT diPECAHKAN oleh KETEKUNAN.
TIDAK ADA Batu keras yang TIDAK DAPAT di PECAHKAN oleh KESABARAN.
Semua itu HARUSLAH berasal dari DIRI KITA.
Ketahuilah DENDAM, BENCI, CURIGA, PIKIRAN NEGATIF, apapun itu ia sebenarnya bagaikan ULAR YANG MEMBELIT GERGAJI yang telah Ribuan kali muncul dalam PIKIRAN KITA yang Menusuk & merusak manusia batiniah KITA Sendiri.
Oleh sebab itu marilah kita saling mengampuni dan saling mengasihi satu dengan yang lain sebab inilah hal yang paling terindah di hadapan Tuhan.
Amin....Amin....
Selasa, 23 Januari 2018
TIDAK MEMBERI KESEMPATAN KEPADA IBLIS
Efesus 4:27
dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Kemenangan terhadap iblis adalah ketika seseorang tidak memberi “kesempatan” kepada Iblis dalam hidupnya yaitu tidak memberikan ruang sedikitpun untuk iblis berpijak di dalam hati dan pikiran.
Kata “kesempatan” dalam Efesus 4:27 disini dalam teks aslinya adalah topon yang artinya "tempat berpijak"(foothold). Memberi kesempatan kepada iblis berarti membiarkan hati dan pikiran dihinggapi berbagai keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya sehingga menghalangi rencana Tuhan tergenapi dalam hidup.
Bangsa Israel yang melawan Musa dengan berniat hendak kembali menikmati Mesir adalah suatu tindakan menghalangi rencana Allah untuk membawa bangsa itu ke Kanaan. Sama dengan orang Kristen yang berniat menikmati dunia dan kesenangan dunia juga menghalangi rencana Tuhan membawa mereka kepada kemuliaan kerajaan-Nya. Hendaknya kita tidak menjadi seorang Kristen yang kalah perang sehingga gagal menerima keselamatan yang telah disediakan Tuhan, sama seperti istri Lot yang gagal menerima keselamatan yang disediakan Allah bagi keluarga Lot karena masih menoleh ke belakang karena hatinya masih terpaut dan terikat dengan harta kekayaan, hasil ternaknya dan lain-lain yang harus ditinggalkannya.
Kegagalan orang Kristen menerima keselamatan bukanlah sekenario Tuhan tetapi keputusan dengan sadar oleh masing-masing individu.
Dalam Lukas 4:6, diberitahukan kepada kita bahwa Tuhan Yesus tidak menolak ketika iblis menyatakan bahwa iblis memiliki kekuasaan atas materi, yaitu dunia. Ternyata Tuhan memang menyerahkannya untuk dikuasai iblis. Kata menyerahkan atau diserahkan dalam teks aslinya adalah paradedotai.
Dalam bahasa Ingris diterjemahkan “it has been delivered” (dilepaskan).
Dalam hal ini dapat dimengerti mengapa iblis dapat memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendakinya.
Jadi kekayaan dunia ini dapat menjadi semacam umpan yang menyenangkan untuk menjerat manusia supaya binasa. Cara inilah yang dipakai oleh iblis untuk mencoba menjerat Yesus, namun tawaran iblis ini dimentahkan atau ditolak mentah mentah oleh Tuhan Yesus dengan perkataan Firman Allah yang hidup, dalam hal ini Tuhan hendak memberikan contoh teladan bagaimana selayaknya pengikut pengikut-Nya harusnya tidak tertarik dengan kesenangan yang ada didunia ini.
Iblis membeli manusia dan menyita imannya dengan menggunakan harta dunia ini.
Manusia yang masuk dalam perangkap iblis lewat kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, maka ia dirusak karena mengingini hal tersebut.
Sehingga manusia tidak sadar bahwa ia ingin sudah menjadikan bumi menjadi tempat tujuan hidupnya dan bukan lagi Kerajaan Bapa di Sorga.
Kita harus sadar bahwa kita adalah musafir dalam dunia fana ini, dunia bukanlah rumah kita, tetapi dunia adalah benar-benar padang perantauan yang suatu hari harus kita tinggalkan.
Tuhan memilih orang percaya sebagai umat pilihan Tuhan semata-mata agar orang percaya mewarisi Kerajaan Tuhan Yesus yang akan datang, dan bukan kerajaan dari dunia ini.
Hal inilah yang sering kurang dipahami oleh banyak orang Kristen, bahkan banyak hamba-hamba Tuhan.
Banyak orang Kristen telah terlalu jauh mentolerir praktek hidup yang sebenarnya sangat duniawi menurut Tuhan.
Tidak sedikit kegiatan-kegiatan rohani ternyata digerakkan oleh semangat duniawi ini.
Semua kegiatan tersebut walau bungkusnya pelayanan tetapi di dalamnya banyak motivasi lain yang buruk supaya Tuhan memperkaya hidupnya dibumi. Dengan kondisi gereja seperti ini, banyak orang Kristen menjadi tawanan harta kekayaannya tanpa mereka sadari, ia menjadi pribadi yang memikirkan hartanya setiap hari, ia menjadi pribadi yang takut kehilangan harta yang sudah dihasilkan dari keringatnya sendiri, orang orang seperti ini sebenarnya telah berhasil ditawan oleh iblis karena mengingini dunia ini.
Dengan sikap seperti ini sebenarnya seseorang sedang mendua hati atau hendak mengabdi kepada dua tuan yaitu kepada dunia juga kepada Tuhan.
Tentu sikap seperti ini adalah sikap yang membangun permusuhan dengan Allah (Yokobus 4:4).
Dalam Yakobus 4:7-8 tertuang kalimat : Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!
Sebagai anak-anak kerajaan sorga yang di tugaskan melakukan kehendak Tuhan selama dibumi ini, kita harus tegas menolak semua tawaran iblis lewat kesenangan-kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, dan hanya memilih terikat kepada Tuhan.
Seperti Tuhan Yesus yang dengan tegas menolak semua tawaran iblis untuk menikmati kesenangan dunia maka seperti itulah pula kita dipanggil-Nya untuk mengikuti jejak-Nya, mengikuti seluruh teladan hidup-Nya (Lukas 4:6-8).
Untuk melawan tipu daya iblis kita harus mendekat kepada Allah, mendekat artinya membangun hubungan yang harmoni dengan Dia, mengenal Pribadi-Nya, mengenal firman-Nya, mengenal tujuan Ia menciptakan kita, mengenal seluruh kehendak-Nya dan melakukannya dengan taat dan setia.
Kita harus menjadi pribadi yang harus selalu berjalan sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan, memiliki cara pandang yang sama dimana Tuhan menghendaki kita hidup dalam kesucian yang tidak bercacat cela dari cara hidup, cara berpikir, sikap batin dan seluruh perilaku kita. Tidak ada lagi sikap yang mendua hati, hati dan pikiran harus dikuduskan dan hanya mengingini apa yang Tuhan ingini dan Tuhan berkenan atas hidup kita. Ini sikap ketertundukan yang benar kepada Allah sang pemilik kehidupan ini.
Dengan sikap yang mengabdi kepada satu Tuan saja yaitu kepada Tuhan Yesus Kristus maka segala berkat jasmani dan rohani harus dimaksimalkan untuk melayani dan memuliakan Tuhan, sebab keberadaan hidup orang percaya adalah hanya kepada Tuhan Allah saja mereka harus berbakti dan mengabdikan hidupnya.
Dengan demikian sebagai orang percaya kita menjadi orang orang yang hanya memilih Tuhan Yesus sebagai kekasih abadi dan hanya mengikatkan hati kita untuk mengasihi Tuhan secara permanen sehingga bebas dari berbagai macam bentuk berhala apapun.
Dengan demikian pula kita tidak akan ragu lagi mempersembahkan harta, uang, pikiran, tenaga dan seluruh wilayah hidup kita untuk kita pergunakan hanya bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Amin.
Senin, 22 Januari 2018
RESPON YANG BENAR MENGHADAPI MASALAH KEHIDUPAN
Yakobus 1:2-4
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Bila kita berpikir bahwa hidup ini dapat dijalani tanpa masalah, maka kita sendiri bermasalah, sebab memiliki pola berpikir yang salah.
Perlu dipahami bahwa hidup kita tidak mungkin tidak bermasalah, sebab dunia ini sudah jatuh dalam segala masalah. Dengan pemahaman ini bukan berarti kita mengharapkan hidup yang sulit. Kita harus berjuang menghadapinya dengan tekun, giat dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Orang Kristen yang dewasa tidak mudah meminta Tuhan agar mengangkat masalahnya, namun sebaliknya ia akan meminta pencerahan dari Tuhan untuk mengerti bagian mana dalam karakternya, perilaku hidupnya, bahkan sikap hati yang hendak diubah dan disempurnakan oleh Tuhan.
Dengan penuh tanggung jawab ia berusaha menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan semua potensi yang telah dikaruniakan Tuhan kepada dirinya dan tentunya dengan memohon pimpinan yang dari pada Tuhan.
Dengan menggumuli masalah hidup kita tersebut, Tuhan hendak mengajar kita untuk bertanggung jawab dan membentuk kita menjadi pribadi yang berintegritas tinggi.
Ingat, di surga nanti kita bukan hanya duduk-duduk santai, makan minum tidur saja.
Di sana kita akan bekerja melayani Tuhan sepanjang masa.
Oleh sebab itu yang diperkenankan melayani Tuhan adalah yang orang-orang yang berintegritas tinggi, tekun, giat, rajin berkerja dan produktif.
Jangan berpikir Tuhan dengan mudah mengubah hidup kita tanpa mengajak kita bergumul untuk bertanggung jawab dan meningkatkan integritas kita.
Bagaimana seseorang dapat belajar menjadi dewasa dan bertanggung jawab, kalau masalahnya selalu dengan serta-merta diselesaikan Tuhan dengan mudah dan ajaib? Orang yang tidak pernah mengalami konflik dan pergumulan tidak akan bertumbuh dewasa.
Ia tidak mengerti bagaimana hidup yang bertanggung jawab di dunia ini.
Pribadi-pribadi seperti ini bukanlah pribadi yang kokoh. Dengan demikian, kita tahu bahwa masalah yang Tuhan izinkan untuk kita alami bukanlah masalah lagi, tetapi pelajaran berharga yang membawa berkat abadi. Yakobus menunjukkan kepada kita, bahwa kita harus merasa bahagia, sekalipun kita menghadapi berbagai pencobaan dan masalah. Ini berarti berkat Tuhan bukan hanya sesuatu yang dirasa enak atau nyaman saja.
Kesulitan pun bisa merupakan berkat Tuhan, asal kita tahu bagaimana meresponinya.
Masalah-masalah yang menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani dan berbagai masalah yang menyangkut kehidupan fana bukanlah sesuatu yang boleh dianggap sangat penting. Sebab masalah yang terpenting dalam kehidupan orang percaya adalah masalah kekekalan, masalah bagaimana hidupnya dapat melakukan kehendak Bapa, menjadi pribadi seperti yang diingini-Nya sehingga ia dapat dikenal oleh Tuhan sebagai anak-anak yang taat mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar karena mengasihi Tuhan.
Tuhan sering mengijinkan kita ada di dalam berbagai masalah-masalah berat dengan maksud untuk menggarap kita agar kita berubah menjadi anak-anak Allah yang memperagakan kehidupan Tuhan Yesus.
Sebab tidak mungkin ada perubahan tanpa kejadian-kejadian dalam kehidupan.
Itulah sebabnya Allah bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Jadi, kalau kita menghadapi suatu persoalan yang berat, seharusnya bukan jalan keluar dari masalah itu yang kita cari, tetapi kita harus mencari untuk menemukan bagian mana dalam karakter kita yang hendak diubah oleh Tuhan. Kita harus menerima penggarapan Allah melalui berbagai persoalan hidup yang kita hadapi. Doa kita bukanlah bagaimana memperoleh jalan keluar dari berbagai persoalan yang kita hadapi, tetapi meminta pencerahan dari Tuhan untuk mengerti bagian mana dalam karakter kita yang hendak diubah oleh Tuhan.
Kalau kita menemukan bagian mana dalam karakter kita yang diubah Tuhan dan memberi diri diubah, maka persoalan akan selesai pada waktunya. Tentu kita juga harus bertanggung jawab atas setiap persoalan yang kita hadapi dalam hidup ini dan senantiasa memohon pimpinan Roh Kudus dalam segala hal yang kita kerjakan.
Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)