Selasa, 30 Januari 2018

MENGHADAP PENGHAKIMAN ALLAH YANG SEMAKIN MENDEKAT



Roma 1:18-23
18 Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
19 Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka.
20 Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.
22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.
23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Dari yang dikemukakan dalam Roma 1:18-23 jelas sekali kebenaran yang menunjukkan bahwa Tuhan sangat memerhatikan perilaku atau perbuatan seseorang; siapa pun orang itu apakah umat pilihan (bangsa Israel dan orang percaya) atau bangsa-bangsa lain. Dalam hal tersebut Tuhan tidak memandang muka. Roma 1:18 mengatakan: murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Kata “kelaliman manusia” menunjukkan tidak ada perbedaan. Perlu kita perhatikan kalimat “kelaliman manusia”, bukan kelaliman orang kafir atau orang tertentu, tetapi semua manusia; bahwa semua manusia mendapat perlakukan yang sama, tentu termasuk di dalamnya orang beragama. Kalau seseorang melakukan kefasikan dan kelaliman, maka murka menimpa mereka; Tuhan tidak memandang muka.

Dalam hal ini status sebagai umat pilihan, dan keberimanan kepada Tuhan Yesus bukanlah jaminan dapat terhindar dari penghakiman Tuhan. Semua perbuatan manusia akan diperhadapkan kepada pengadilan Allah, termasuk perbuatan orang-orang Kristen (2 Korintus 5:10). Hal ini patut diperhatikan karena ada orang-orang Kristen yang berpikir bahwa dirinya akan bebas dari penghakiman sebab mereka merasa bahwa dirinya sudah percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka berpikir bahwa orang percaya tanpa pengadilan akan masuk surga. Hal itu didasarkan pada pengertian yang salah terhadap konsep solagratia (hanya oleh anugerah). Mereka keliru menfasirkan konsep “keselamatan bukan karena perbuatan baik, tetapi karena anugerah”. Mereka berasumsi bahwa anugerah menghilangkan pengadilan atas orang yang menerima anugerah. Mereka berpikir, bahwa oleh karena Tuhan Yesus telah mati di kayu salib, maka semua masalah dosa telah selesai; tidak ada perhitungan lagi.

Banyak orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran Injil. Mereka percaya dan merasa bahwa dengan mudah atau secara otomatis orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah selamat dan pasti masuk surga. Mereka tidak memahami apakah yang dimaksud dengan percaya itu dan mereka tidak mengerti bahwa orang percaya harus dimuridkan untuk memiliki kehidupan seperti Tuhan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Menurut mereka yang berpandangan keliru tersebut, perbuatan atau perilaku individu tidak diperhatikan oleh Allah, sebab keselamatan terjadi bukan karena perbuatan baik. Betapa salahnya bangunan berpikir ini. Pengajaran ini benar-benar menyesatkan dan merusak bangunan iman orang percaya.
Harus dipahami bahwa Paulus sendiri berjuang untuk berkenan di hadapan Allah, karena dirinya harus menghadap takhta pengadilan Allah (2 Kor. 5:9-10). Dalam kitab Roma Paulus mengatakan: Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah (Rm. 14:12). Perhatikan kata “kita” dalam ayat ini yang menunjuk semua orang percaya, termasuk Paulus sendiri.

Pengadilan Allah berlaku bagi siapa pun, sebab faktanya memang terdapat orang-orang yang mengetahui tentang Allah tetapi mereka tidak memuliakan Allah, dan hidup mereka menjadi sia-sia karena tidak melakukan kehendak-Nya, sehingga hati mereka yang bodoh menjadi gelap (Rm. 1:19-21). Bukankah fenomena riil tersebut kita jumpai dalam kehidupan banyak orang, termasuk orang-orang Kristen? Dalam kehidupan setiap hari sering kita menjumpai kenyataan orang non-Kristen lebih jujur, lebih mengasihi sesama dan berperilaku lebih baik dibanding orang Kristen sendiri. Apakah orang Kristen “yang tidak berbuat kebaikan” tersebut masuk surga karena merasa memiliki iman kepada Tuhan Yesus, sedangkan orang di luar Kristen masuk neraka karena tidak terhisap sebagai orang beriman kepada Tuhan Yesus? Harus diingat, pengadilan Allah berorientasi pada perbuatan, bukan iman. Iman bukanlah perbuatan baik menurut hukum, tetapi perbuatan baik yang berstandar kesucian Allah sendiri.

Itulah sebabnya maka orang percaya harus mengalami pemuridan yang diasuh sendiri oleh Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Inilah proses pendewasaan di mana orang percaya dikehendaki untuk mencapai target sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus. Dengan kehidupan yang sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus tersebut orang percaya tidak takut menghadapi penghakiman Allah. Di sini orang percaya bukan saja yakin bisa masuk surga, tetapi mengerti dan tahu pasti masuk surga. Keselamatan menjadi milik yang pasti, bukan sekadar keyakinan dalam nalar yang dibangun dari doktrin, jika kita memiliki perjalanan hidup dengan Tuhan guna mencapai kesucian-Nya secara nyata atau konkret. Orang percaya yang benar yakin bahwa penghakiman Tuhan bukan sesuatu yang membahayakan dan menakutkan lagi. Hal ini bukan didasarkan pada pengertian secara nalar, tetapi kehidupan setiap hari yang berkenan di hadapan-Nya.

Yakobus 2:12
Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar