Jumat, 17 Februari 2017
DI PANGGIL UNTUK HIDUP KUDUS
2 Timotius 2:20-21
(20)Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
(21)Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Bagi manusia, tidak ada yang lebih bernilai daripada jika manusia itu dipakai Tuhan untuk memenuhi rencana-Nya, sebab manusia memang diciptakan Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Seperti perabot yang dipakai untuk maksud yang mulia, orang yang dipakai Tuhan harus hidup dalam kesucian. Makin kudus dan bersih hidup seseorang, maka ia akan makin efektif dipakai oleh Tuhan.
Apa sebenarnya kekudusan itu? Dalam bahasa Ibrani, “kudus” ditulis (qâdash) yang artinya “dipisahkan dari yang lain untuk digunakan”. Dalam bahasa Yunani (hagios) yang artinya “berbeda dari yang lain”.
Dalam Kekristenan, kekudusan harus dipahami berbeda dengan konteks agama-agama pada umumnya. Kekudusan Kristen berawal dari penebusan oleh darah Yesus. Manusia yang berdosa diampuni, dan segala dosa yang pernah dilakukan diperhitungkan tidak pernah terjadi, sebab Tuhan Yesus memikul di kayu salib. Ini kekudusan secara pasif, yaitu kita menerima pengampunan dosa tanpa usaha kita sama sekali.
Selanjutnya, mereka yang sudah dikuduskan oleh darah Yesus diharapkan menjadi pribadi yang tidak berbuat dosa lagi. Dalam hal ini perlu kerja sama antara kita dengan Tuhan melalui Roh Kudus. Kita harus memiliki kesediaan untuk hidup tidak dikuasai dosa, sementara itu Tuhan menyediakan Firman (Yoh. 17:17) dan segala peristiwa yang terjadi dalam hidup kita untuk mendewasakan kita (Rm. 8:28). Inilah kekudusan secara aktif. Proses pengudusan ini haruslah sebuah proses yang dialami setiap anak Tuhan secara nyata.
Karena berarti “dipisahkan dari yang lain”, kekudusan bukan hanya berarti tidak melakukan dosa-dosa moral secara umum, tetapi juga dipisahkan, atau tidak terikat, dengan keindahan dunia. Sebagai perabotnya Tuhan, kita hidup dalam ketertundukan kepada Tuhan dan bersedia dipakai untuk tujuan-Nya.
Keselamatan yang Tuhan Yesus berikan bukanlah hanya bertujuan supaya manusia terhindar dari neraka dan diperkenan masuk surga.
Keselamatan yang Tuhan berikan kepada seluruh umat manusia yang menerima-Nya juga memuat panggilan agar umat berjuang agar bisa mencapai kehidupan yang tidak bercacat dan tidak bercela dihadapan Tuhan.
Tuhan tidak memaksakan kehendak-Nya atas hidup manusia.
Sesungguhnya manusia harus bertanggung jawab meresponi keselamatan yang telah Tuhan berikan dan setiap individu harus menentukan pilihannya apakah ia mau memenuhi panggilan untuk hidup didalam kehendak Tuhan yang memanggilnya untuk hidup kudus seperti Dia kudus dan hidup tidak bercacat cela dihadapan-Nya.
Atau tetap memilih menggelar hidup suka-suka sendiri seperti yang telah digelar oleh iblis.
Pada dasarnya Tuhan sudah sangat adil dengan memberikan hak kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan hidupnya.
Menjadi seorang yang tidak bercacat atau tidak bercela tergantung individu tersebut. Itulah sebabnya Petrus mengatakan: “siapkanlah akal budimu…. Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1Petrus 1:13-16).
Firman ini sangat jelas menyatakan bahwa orang percaya harus memenuhi panggilan untuk hidup kudus dihadapan Bapa sebab setiap orang yang memanggil-Nya Bapa maka ia harus menjaga kekudusan hidupnya seperti Bapa adalah kudus.
Itulah sebabnya Perjanjian Baru tidak memberi peluang bagi orang percaya boleh hidup didalam dosa atau kesalahan kembali.
Tuhan Yesus mengatakan : orang percaya harus sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48), sebab hal inilah yang menjadi cerminan yang menunjukkan hidupnya memiliki ketertundukan sebagai anak-anak yang hidup bawah otoritas pemerintahan kerajaan Bapa di Sorga.
Ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar.
Orang-orang seperti inilah yang dapat secara efektif dipakai menjadi alat dalam tangan Tuhan menjadi utusan-utusan-Nya untuk memberitakan Injil dan mengajarkannya kepada orang lain yang belum mengenal kebenaran-Nya, sebab bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki gairah menggelar hidup didalam ketertundukan terhadap kebenaran dan kehendak Tuhan bisa memberitakan Injil-Nya secara benar.
Firman Tuhan sangat jelas menuntut kita untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela, bahkan Tuhan menghendaki agar orang percaya menjadi sempurna seperti Bapa.
Dengan demikian Firman Tuhan menghendaki agar orang percaya memiliki kekudusan seperti Bapa.
Dalam tulisan Paulus kepada jemaat Korintus jelas sekali dikatakan bahwa mereka harus hidup tidak bercela dan tidak hidup dalam persekutuan dengan orang berdosa.
Jika menuruti hal ini, maka Allah akan menerima mereka sebagai anak-anak-Nya (2 Korintus 6:14-18).
Dalam kamus hidup orang percaya hanya ada satu dari dua pilihan, terang atau gelap.
Orang percaya tidak diperkenankan ada di daerah abu-abu atau sebuah level mediokritas (setengah-setengah).
Orang percaya harus menempatkan diri di tempat terang dan berperilaku sempurna seperti Bapa.
Untuk ini orang percaya harus berjiwa besar dan bermental baja, artinya orang percaya harus berani menerima perintah Tuhan untuk hidup tidak bercacat dengan optimis, bahwa Dia yang memerintahkan orang percaya berbuat sesuatu, pasti Tuhan menyanggupkannya, sebab Tuhan sudah memberi Injil-Nya, Roh Kudus dan penggarapan-Nya secara langsung, menuntunnya didalam segala jalan kebenaran-Nya.
Dalam suratnya Paulus mengatakan: “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus” (1Timotius 6:14).
Orang yang menolak hidup kudus atau hidup yang tidak bercacat dan tidak bercela berarti menolak menjadi anak Allah atau menolak menjadi anak tebusan.
Memang hanya karena anugerah kita diselamatkan dan menjadi anak Allah.
Tetapi anugerah-Nya tidak menempatkan orang percaya secara otomatis berkeadaan sebagai anak Allah.
Berkeadaan sebagai anak Allah adalah hasil perjuangan dari orang percaya yang menerima Yesus sebagai Tuhan, yang selalu menempatkan Tuhan sebagai pemilik kehidupannya secara penuh dan berdaulat atas seluruh hidupnya.
Itulah sebabnya jika seseorang menolak untuk menggelar hidup kudus dan menolak untuk hidup tidak bercacat cela dihadapan-Nya, berarti ia sedang menolak menjadikan Yesus sebagai Tuhannya.
(1 Tesalonika 4:7-8
7 Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.
8 Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu).
Bersedia dikuduskan berarti bersedia mengalami kematian diri manusia lama (Galatia 2:20).
Meskipun mengalami kematian diri, kita tetap memiliki kehendak bebas, tetapi melalui penyangkalan diri terus-menerus, kita akan menyerahkan kehendak kita dan hak kita kepada Tuhan: hak dihormati, hak dihargai, hak memiliki, dan sebagainya. Ini suatu keharusan, sebab “dipisahkan dari yang lain” berarti berbeda dengan dunia ini. Dengan pertumbuhan manusia baru kita yang semakin dewasa, karakter kita semakin terbentuk dalam kekudusan yang benar. Ini memungkinkan kita dipakai Tuhan secara benar, sebab hanya orang yang kuduslah yang dapat berjalan dengan-Nya dalam keharmonisan hubungan yang dikehendaki-Nya.
Ibrani 12:10, 14
(12)Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
(14)Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
Rela dipakai Tuhan berarti rela dikuduskan, rela dipisahkan dari dunia ini untuk dipakai oleh Tuhan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia yang cemar ini dengan menggelar hidup didalam kasih dan kebenaran, didalam kekudusan dan yang semakin serupa dengan gambar Kristus.
1 Petrus 1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar