Jumat, 24 Februari 2017

MUTLAK HARUS HIDUP KUDUS


1 Korintus 3:16-17
16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Kekudusan Allah adalah kesempurnaan kebenaran dalam seluruh hakikat-Nya yang tidak terbatas.
Dalam kekudusan-Nya, Allah hendak memperkenalkan kepada manusia bahwa Ia tidak menolerir pelanggaran terhadap hukum dan kehendak-Nya.
Dalam kekudusan-Nya, Ia menuntut hukuman setiap orang yang bersalah, (Nahum 1:2-4
2 TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. TUHAN itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya.
3 TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya.
4 Ia menghardik laut dan mengeringkannya, dan segala sungai dijadikan-Nya kering. Basan dan Karmel menjadi merana dan kembang Libanon menjadi layu).
Itulah sebabnya maka kekudusan Allah tidak dapat dipisahkan dari keadilan-Nya. Ia tidak akan menolerir dosa yang terjadi di tengah-tengah umat-Nya.
Allah menolak tegas mereka yang tidak hidup dalam kesucian-Nya.
Sekarang ini terkesan Allah tidak atau kurang tegas.
Gereja juga sering kurang menunjukkan ketegasan Allah, gereja yang belum dewasa lebih banyak berbicara mengenai kasih, berkat, kebaikan dan kesabaran-Nya.
Padahal suatu hari Allah akan bertindak tegas.
Ia akan mengusir orang Kristen, bahkan orang yang mengaku hamba Tuhan atau pendeta dari hadirat-Nya yaitu mereka yang tidak melakukan kehendak Bapa (Matius 7:21-23).

Alkitab berkata kita sendiri adalah bait Allah dimana Roh Allah tinggal didalam diri kita, jika kita tidak hidup dalam kehendak-Nya dan tidak hidup didalam kekudusan-Nya ini berarti kita mau membinasakan bait Allah itu sendiri dan Allah tegas berkata bahwa Dia akan membinasakan orang yang merusak bait Kudus-Nya.
Berkenaan dengan hal ini maka itu berarti mulai detik ini kita tidak boleh lagi bertindak sembrono atau hidup suka-suka sendiri dan tidak memikirkan apakah tindakan yang kita ambil tersebut bisa merusak kesucian bait Roh Kudus yang ada didalam diri kita.
Bila Alkitab menyatakan mengenai kekudusan Allah, itu bukan hanya bermaksud hendak menunjukkan bahwa Allah tidak bercela dalam seluruh tindakan-Nya, tetapi juga panggilan agar umat memiliki kesucian seperti Dia, agar umat tidak tertolak di hadapan-Nya.
Umat dipanggil untuk memiliki kesucian seperti kesucian Allah.
Dalam 1 Petrus 1:16 Firman Tuhan jelas mengatakan: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan umat, sebab Allah tidak bisa bersama dengan umat yang tidak kudus.
Firman Tuhan mengatakan: Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa (2 Korintus 6:17-18).

Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat manusia tidak berkeadaan seperti Allah Bapanya.
Alkitab menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Kata berdosa dalam teks aslinya adalah "hamartia" yang memiliki beberapa pengertian; di antaranya yang paling menonjol adalah tidak mengenai sasaran atau meleset dari kehendak Allah.
Inilah yang dimaksud bahwa manusia telah kehilangan kemuliaan Allah. Manusia tidak memenuhi atau mencapai standar sebagai anak-anak Allah.
Kualitas kehidupan yang dimiliki manusia bukanlah kualitas anak Allah.
Itulah sebabnya Allah Bapa mengutus Putra-Nya agar melalui-Nya manusia diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12).
Kalau manusia tidak dikembalikan ke rancangan semula, yaitu berkeadaan seperti Bapa yang adalah kudus, maka mereka tidak layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga, yang sama dengan tidak diperkenan masuk rumah Bapa, sebab yang masuk ke dalam pesta perjamuan kawin adalah orang yang sudah mengenakan pakaian pesta yang artinya dalam hidupnya ia selalu memperhatikan kekudusan hidupnya dihadapan Allah (Matius 22:1-14).

Kesucian hidup adalah hal mutlak yang harus dimiliki orang percaya (Efesus 1:4). Tuhan menghendaki setiap waktu kita harus menaruh pikiran dan perasaan yang sama seperti Tuhan Yesus dan ini berarti dalam melakukan segala sesuatu maka tindakan tersebut haruslah sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya, sehingga apapun yang kita lakukan kita melakukannya bagi kemuliaan Tuhan Yesus.
Di tengah-tengah dunia yang sudah tercemar akan dosa, kemungkinan kita untuk berbuat dosa kembali sangatlah besar.
Orang percaya harus belajar untuk hidup di dalam ketaatan kepada Bapa, bukan penurutan kepada keinginannya sendiri.
Ini artinya orang percaya mutlak harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus setiap waktu dan bukan lagi dipimpin oleh hawa nafsu dagingnya.
Dari hal ini maka terbangunlah kesucian yang sejati dalam hidup ini.
Dengan demikian kesucian bukan hanya melakukan hukum-hukum moral dan segala hal yang dipandang baik di mata manusia (demikianlah konsep agama-agama pada umumnya).
Kesucian adalah kehidupan yang sesuai dengan kehendak Bapa di surga dalam segala hal.
Ini berarti orang percaya harus berangkat dari mengerti apa pun yang Bapa kehendaki dan dengan sukacita dan rela serta bersungguh-sungguh berusaha melakukannya.
Kesucian hidup adalah kehidupan yang melakukan kehendak Bapa dengan sempurna.
Kehidupan Tuhan Yesus adalah contoh kehidupan dalam kesucian yang dikehendaki oleh Bapa.

Kebiasaan hidup melakukan apa yang Bapa kehendaki akan membuat seseorang semakin memiliki kesucian seperti Bapa. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus menjadi sempurna seperti Bapa di surga (Matius 5:48).
Dengan demikian, kesucian hidup seseorang akan nampak bukan pada cara hidupnya yang kelihatan secara lahiriah, yaitu patuh atau tunduk kepada hukum-hukum, tetapi juga pada seluruh sikap hati dan sikap hidupnya yang agung yang menunjukkan karakter dan teladan pribadi Kristus ada didalam dirinya.
Dalam hal ini, sikap kerendahan hatinya, cara ia mengasihi sesamanya termasuk mengasihi musuh, ketulusan hatinya, cara ia memandang harta kekayaan dunia ini dan lain sebagainya ia memiliki keserupaan yang segambar seperti sikap hidup yang pernah diteladankan oleh Tuhan Yesus (1 Yohanes 2:6).
Bagaimanapun sikap kesucian hidup seseorang akan terpancar dari seluruh perilaku dihidupnya yaitu dimana seluruh gerak tubuh, pikiran perkataan dan perbuatannya mencerminkan sifat watak dan karakter yang kuat warga kerajaan surga yang berperilaku seperti Kristus telah hidup.
Sampai pada taraf ini seseorang barulah dapat menjadi saksi Tuhan Yesus yang efektif ditengah-tengah dunia ini.
Orang percaya yang ditunjuk oleh Tuhan Yesus yang harus hidup sebagai murid-Nya yang menjadi saksi-Nya dalam seluruh perilaku dihidupnya maka ia harus menunjukkan keagungan Pribadi Kristus melalui seluruh gerak perilaku diseluruh wilayah hidupnya yang tetap menjaga nilai kekudusan dihadapan Tuhan.
Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan memuliakan Tuhan.
Dengan hal ini “kota yang terletak di atas bukit”, yaitu terang Kristus yang diwakilkan oleh kehidupan orang percaya yang bersedia menampilkan kehidupan kudus yang melakukan kehendak Bapa maka, bau keharuman suasana kerajaan surga pasti dapat dirasakan dan dilihat oleh orang di sekitarnya dan dengan demikian ia dapat menjadi surat Kristus yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca oleh semua orang sehingga melalui kehidupan orang percaya, orang percaya tersebut menjadi surat undangan kerajaan surga yang mengundang dan mengajak semua orang untuk datang kepada Kristus, mengenal Pribadi-Nya dan menjadi umat-Nya yang dipersiapkan untuk hidup seturut kehendak-Nya, kudus seperti Tuhan Yesus kudus.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar