Rabu, 15 Februari 2017

KONSISTENSI MENGERJAKAN KESELAMATAN


Filipi 2:12-15
12 Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
13 karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.
14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan,
15 supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,

Konsistensi artinya tetap, tidak berubah, taat kepada prinsip, selalu selaras atau sesuai antara perbuatan dan perkataan.
Dalam sejarah kehidupan orang percaya yang pertama diwakili oleh murid-murid, nampak inkonsistensi (ketidakkonsistenan) murid-murid dalam pengiringan dan kesetiaannya kepada Tuhan Yesus.
Beberapa waktu sebelum Petrus menyangkal Tuhan Yesus tiga kali, ia berjanji akan selalu bersama-sama dengan Tuhan. Ia berjanji tidak akan menyangkal Tuhan Yesus, jangankan penjara, mati pun ia rela bersama dengan Tuhan (Matius 26:30-35).
Tetapi faktanya, Petrus menyangkal Tuhan Yesus. Tindakan Petrus menyangkal Yesus seperti menghina-Nya di depan umum.

Memang bisa dimengerti bagaimana suasana emosi para murid pada waktu Yesus menghadapi saat-saat krisis.
Tuhan Yesus sudah menyampaikan kalau Ia akan menghadapi puncak dari karya keselamatan-Nya, yaitu diserahkan ke tangan orang berdosa dan mati di kayu salib. Murid-murid dengan perasaan sentimentil, perasaan satu korps dengan Tuhan Yesus, mengatakan bahwa mereka siap menghadapi keadaan apa pun dan bagaimanapun bersama dengan Dia, khususnya Petrus yang berjanji akan tetap setia. Faktanya, Petrus menyangkal sampai tiga kali.
Murid-murid lainpun meninggalkan Yesus, sehingga Ia sendiri berhadapan dengan imam besar, Herodes dan Pontius Pilatus dan sendirian dalam menghadapi penderitaan-Nya di kayu salib. Ini adalah bentuk ketidakkonsistenan (inkonsistensi) murid-murid Tuhan Yesus pada waktu itu.

Mengapa Petrus menyangkal Yesus sampai tiga kali? Mengapa tidak cukup satu kali saja? Hal ini untuk membuktikan bahwa Petrus dengan sengaja dan sadar telah menyangkal Tuhan Yesus.
Dalam hal ini nyata bahwa Petrus tidak setia.
Tuhan memberi kesempatan apakah Petrus sungguh-sungguh mengasihi Tuhan atau tidak. Dan ternyata Petrus belum mengasihi Tuhan sebagaimana mestinya. Kalau hanya satu kali menyangkal, Petrus bisa berkilah bahwa pada waktu itu ia tidak sadar atau dengan alasan lain yang dikemukakan.
Tetapi kalau sampai tiga kali, ia tidak dapat menyangkal kenyataan ketidaksetiaannya kepada Yesus.
Dari peristiwa ini Tuhan memberi kesempatan Petrus untuk membuktikan apakah ia sungguh-sungguh bersedia mengasihi Tuhan dan membayar kasihnya dengan nyawanya. Kasih yang diberikan kepada Tuhan harus dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan dengan segenap kekuatan.

Ketika seseorang tidak bersikap konsisten, Tuhan masih memberi kesempatan beberapa kali. Tetapi hal itu tidak akan berulang-ulang sampai tidak terbatas, kesempatan itu selalu terbatas.
Jika seseorang tidak memanfaatkan kesempatan itu, maka Tuhan akan mengambil kesempatan tersebut (Yohanes 15:2).
Ketika seseorang diuji apakah mengasihi Tuhan, tetapi tidak mengasihi Dia, Tuhan masih memberi kesempatan beberapa kali. Tetapi kalau kesempatan itu berlalu, maka Tuhan tidak akan memberi kesempatan sama sekali. Suatu hari nanti seseorang tidak dapat beralasan mengapa ia tidak mengasihi Tuhan sebab Tuhan sudah memberi waktu yang banyak untuk melakukan pertobatan secara benar.
Pertobatan yang benar adalah pertobatan hidup yang selalu konsisten mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar terhadap Tuhan, membawa dan menyelenggarakan hidup yang terus ada didalam perkenanan Tuhan setiap saat, melayani Dia dan menuruti kehendak-Nya dengan tanpa batas.
Hal ini tentu harus diekspresikan dengan kesediaan menjaga hidup tetap didalam kekudusan, kesediaan berkorban waktu, tenaga, perasaan, uang dan lain sebagainya bagi pekerjaan Tuhan.

Ketika seseorang diberi kesempatan berulang-ulang agar memiliki ketetapan hati untuk hidup kudus, berkorban waktu, tenaga, perasaan, uang dan lain sebagainya bagi pekerjaan Tuhan, tetapi ia tidak bersedia melakukannya secara benar yaitu dengan sikap yang konsisten, maka orang seperti itu tidak lagi diperhitungkan sebagai orang yang dapat dilibatkan dalam kepentingan Kerajaan Sorga.
Orang itu seperti “kartu mati” yang tidak berguna sama sekali bagi kepentingan Tuhan sebab Tuhan menginginkan segenap hidup dipersembahkan bagi Dia dan bukan sebagian hidup kita (2 Korintus 5:15).
Kita jangan bertindak seperti Petrus telah menyangkal Tuhan Yesus dimana kita tidak melakukan yang Tuhan minta untuk kita setia kepada-Nya, mengerjakan bagian yang ditetapkan untuk kita kerjakan. Sebab ini sama saja kita kelak akan disamakan dengan orang-orang fasik yang mengerti Firman Tuhan namun tidak memiliki kesediaan menghidupinya dengan sungguh-sungguh.
Orang-orang seperti ini tentu tidak akan dikenal oleh Tuhan, bagian hidup mereka akan mendapat bagian didalam api kekal, terpisah dari hadirat Allah selamanya.
Oleh sebab itu kita harus menyadari dengan tepat, kita ada di posisi mana saat ini. Apakah kita sudah berulang-ulang menolak menggunakan kesempatan yang baik untuk menyenangkan hati Bapa dan melayani Tuhan? Harus selalu diingat bahwa kesempatan selalu ada batasnya.

Memang tidak ada orang Kristen yang berniat hendak berkhianat kepada Tuhan Yesus. Sama seperti yang dilakukan oleh Petrus.
Petrus pun tidak bermaksud dan merencanakan hendak berkhianat dengan menyangkal Yesus, tetapi ketika ia tidak berjaga-jaga dan waspada dalam setiap pilihan dan tindakannya, maka ia berkhianat kepada Tuhan.
Dalam kecerdikannya iblis menggiring banyak orang Kristen seperti yang dialami Petrus. Mereka dalam kehidupan yang ceroboh, tetapi mereka tidak menyadari keadaan tersebut.
Mereka tidak bersungguh-sungguh memperhatikan apakah setiap tindakan, keputusan dan pilihan-pilihannya sesuai dengan kehendak Bapa atau tidak.
Oleh sebab itu, orang percaya harus menyadari bahwa setiap saat adalah suasana peperangan rohani di medan perang. Dalam kamus kehidupan orang percaya, tidak pernah ada gencatan senjata dengan kuasa kegelapan dan tidak pernah ada daerah netral. Semua wilayah adalah wilayah perang dimana setiap saat Tuhan mau kita tetap memilih Tuhan dan kerajaan-Nya, memilih untuk tetap didalam konsistensi mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar sampai akhir menutup mata.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar