Sabtu, 20 Januari 2018

KEKUATIRAN YANG SALAH


Filipi 4:6-7
6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

Orang yang kuatir akan kebutuhan dan keadaan hidupnya dibumi ini adalah orang yang sebenarnya tidak menghormati dan menghargai Tuhan yang maha hadir.
Ia tidak akan merasakan dan menikmati damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.
Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal disini maksudnya damai sejahtera yang tidak ditopang oleh perasaan aman karena harta dunia dan keadaan yang nyaman dan baik-baik saja.
Damai sejahtera yang diberikan oleh Allah adalah damai sejahtera dimana anak-anak Allah dapat mengenal kebenaran dan hidup didalamnya serta Tuhan selalu hadir dan menyertai hidup mereka.
Kekuatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekuatirannya terbuang dari hadirat Allah.
Jangan mencurigai Tuhan dengan pikiran jahat seolah-olah Ia mau merenggut kebahagiaan kita, seolah-olah ia tidak mampu melindungi keluarga kita, dan seluruh hidup kita.
Kekuatiran yang salah berarti sama dengan kecurigaan terhadap Tuhan seolah-seolah Tuhan tidak maha hadir dan tidak mampu memelihara hidup kita.
Jangan memandang Tuhan kejam, otoriter dan semau-maunya sendiri.

Kalau seseorang sungguh-sungguh sudah bisa menghayati kehadiran Tuhan di mana pun dirinya berada, maka sikap hidupnya akan berbeda.
Pertama, ia tidak akan ceroboh dalam memikirkan sesuatu dan dalam seluruh perilakunya, ia tidak akan kuatir dengan apapun sebab ia tahu bahwa Allah yang hidup akan memelihara hidup bahkan keluarga yang ia cintai.
Kedua, ia menjadi kuat menghadapi segala macam bahaya dan ancaman, ia tidak akan takut dengan ancaman apapun sebab baginya ancaman dan bahaya yang sebenarnya adalah ketika seseorang terbuang dari hadirat Tuhan selamanya di api kekal.
Dengan dua hal ini maka ia sungguh-sungguh dapat menghormati Tuhan secara pantas atau benar.
Dalam hal ini seseorang baru memahami apa artinya hidup ber-Tuhan dengan benar. Cara atau gaya hidup seperti ini harus dibiasakan, sehingga ia benar-benar hidup dalam pemerintahan Allah. Dengan demikian ia bisa mewujudkan Doa Bapa Kami, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.

Seseorang yang menghayati bahwa Allah adalah Roh yang memenuhi segala tempat dan ruangan, akan berusaha untuk bersikap sehormat-hormatnya terhadap Tuhan. Hanya dengan cara demikian seseorang sungguh-sungguh dapat menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan bukan hanya dalam liturgi pada waktu di gereja dengan nyanyian atau doxologi (kata-kata yang memuat pujian bagi Tuhan). Tetapi sikap hormat kita harus permanen di dalam jiwa, terbawa kemana pun kita melangkah. Kehidupan yang tidak bercela adalah kesediaan diri kita melakukan segala sesuatu yang diingini oleh Tuhan dan tidak hidup dalam perbuatan dosa.
Dalam khotbah di Bukit, Tuhan Yesus menyinggung mengenai kekuatiran (Matius 6:25-34).
Percakapan pada waktu itu adalah Tuhan menghendaki agar orang percaya tidak mengumpulkan harta di bumi, namun memindahkan hati di Kerajaan Sorga, Tuhan memberi nasihat bahwa kekayaan bisa menggelapkan pengertian dan puncaknya Tuhan menasihatkan agar setiap orang mengabdi hanya kepada Tuhan. Kepada Tuhan saja atau tidak sama sekali.
Direlasikan dengan konteks tersebut maka segala kepentingan harus ditiadakan selain mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang sesungguhnya nanti di Sorga, dengan mempertajam pengertian untuk mengenal kebenaran dan kepentingan untuk mengabdi kepada Tuhan. Tentu saja Tuhan sendiri akan mendukung penuh kehendak-Nya ini terwujud dalam kehidupan orang percaya.
Jadi tidak ada yang boleh kita kuatirkan melebihi kuatiran kita meleset dan tidak sejalan dengan kehendak Tuhan.

Jadi apa sebenarnya kekuatiran itu? Kekuatiran adalah perasaan terancam oleh masalah-masalah kehidupan yang dapat atau akan terjadi menimpa dirinya sehingga menimbulkan ketidak tenangan dalam hati.
Bisa terjadi artinya bisa benar-benar terjadi atau tidak. Jika demikian berarti kekuatiran bisa membuat seseorang bereaksi menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Tuhan Yesus berkata:”Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (Matius 6:25). Sesungguhnya dari ayat ini Tuhan hendak mengajak kita untuk tidak lagi memiliki target duniawi atau jasmani sehingga mengalahkan target untuk mengumpulkan harta di Surga. Target dan fokus yang di kehendaki Tuhan dalam hidup orang percaya adalah mengumpulkan hartanya di Surga, membangun pengertian untuk mengenal kebenaran dan mengabdi sepenuhnya kepada Tuhan (Matius 6:19-24).
Kekuatiran yang salah adalah perasaan terancam terhadap sesuatu lebih dari kekuatirannya tidak memiliki harta sorgawi dan terbuang dari hadirat Allah. Orang orang yang memiliki kekuatiran yang salah tidak akan menghargai nilai-nilai kekekalan atau nilai-nilai rohani.

Kalau seseroang mempercayai bahwa Allah Mahahadir, maka seseorang akan memiliki sikap hati yang percaya, hati yang bebas dari rasa kuatir tentang masalah pemenuhan kebutuhan jasmani sebab Allah pasti mampu memelihara hidupnya.
Selanjutnya dengan sikap yang mempercai Allah yang Mahahadir ini pula maka ia mulai memusatkan perhatiannya kepada perkara-perkara diatas, mulai mencari kehendak Tuhan dan melakukannya dengan setia, seluruh kemampuan, talenta dimaksimalkan sebagai sarana mengabdikan diri melayani kehendak Tuhan, ia hanya membidik Kerajaan Surga sebagai target hidup dan tujuan hidup satu-satunya sehingga hidupnya benar-benar dapat memuaskan hati Tuhan. Dan pada akhirnya seluruh hidupnya hanya dipersembahkan untuk pengabdian sepenuh-penuhnya kepada Tuhan dan kerajaan-Nya
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar