Kamis, 18 Januari 2018

PERCAYA DAN TAAT KEPADA KRISTUS


Roma 1:5
Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya.

Orang-orang yang disebut memiliki percaya dan iman kepada Tuhan Yesus adalah orang-orang yang telah memiliki penurutan yang absolut kepada tuntunan Roh Kudus, hidupnya semakin dibawa kepada kekudusan yang serupa seperti Tuhan Yesus telah hidup.
Ia tidak lagi memandang dunia sebagai rumah permanen mencari kebahagiaan hidup atau sebagai tempat untuk meletakkan tujuan hidupnya.
Hidupnya hanya di fokuskan untuk persiapan memasuki dimensi dunia yang akan datang dimana Tuhan Yesus memerintah sebagai Raja.
Dengan kesadaran ini pula maka gerak pikirannya, perkataan dan tindakannya selalu dalam spirit dan kontak secara terus menerus dengan Allah sehingga ia selalu dalam kesadaran penuh apakah perilakunya sedang menyenangkan Tuhan atau tidak, apakah ia sedang mengabdi kepada Tuhan atau mengabdi kepada kesenangan diri sendiri.

Seseorang ingin menjadikan dirinya menjadi milik Kristus haruslah memiliki perilaku yang seirama dengan selera Tuhan.
Inilah orang yang dapat berjalan seiring dengan Tuhan dan memiliki percaya dan iman yang benar kepada Tuhan Yesus.
Iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah, sesuai dengan kata iman yang dalam bahasa aslinya pisteuo (πιστεύω), artinya menyerahkan diri kepada obyek yang dipercaya. Iman adalah tindakan, bukan sekadar aktivitas pikiran. Aktivitas pikiran hanyalah sebuah pengaminan akali atau persetujuan pikiran. Kesalahan banyak orang Kristen adalah merasa sudah percaya hanya karena memiliki pengaminan akali. Tidak heran kalau kehidupan mereka tidak menunjukkan karakter anak Allah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.

Iman adalah respon, respon terhadap Injil. Di dalam Injil terdapat tuntunan bagaimana mengisi hidup sebagai orang yang mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Tanpa tuntunan tersebut (Injil), seseorang tidak bisa mengisi percayanya atau imannya. Ini berarti seseorang tidak mungkin dapat memiliki iman tanpa memahami isi Injil.
Terkait dengan hal ini, Roma 10:17 mengatakan bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus.
Dalam hal ini harus dipahami bahwa iman bukan sesuatu yang supranatural atau mistis, yang muncul atau ditimbulkan oleh Roh Kudus di dalam hati manusia. Iman timbul dari pendengaran terhadap Firman Tuhan (Rhema). Iman dapat eksis dalam kehidupan manusia oleh karena mendengar Injil (Logos) dan tuntunan Roh Kudus dalam perjalanan hidup (Rhema). Paulus memberitakan atau mengajarkan Injil itu dan Roh Kudus menuntun orang yang mau belajar atau yang meresponi pemberitaan Paulus.
Oleh sebab itu jiwa kita harus selalu diisi oleh Firman yang keluar dari mulut Allah setiap hari sehingga kita memiliki penurutan/ketaatan yang semakin sempurna melakukan kehendak Allah.
Semakin kita memiliki penurutan terhadap kehendak Allah kita semakin dapat hidup menjadi milik Kristus secara penuh.

Kalimat supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya (Roma 1:5), menunjukkan dengan sangat jelas bahwa respon individu sangat menentukan keselamatan mereka. Keselamatan tidak terjadi dengan sendirinya atau secara otomatis atau oleh karena faktor di luar diri manusia yang menentukan keselamatan itu. Dalam hal ini kita tidak boleh menerima keyakinan atau pandangan bahwa keselamatan masing-masing individu ditetapkan secara sepihak oleh Allah dalam kedaulatan-Nya. Yang benar adalah bahwa dalam kedaulatan-Nya Allah menentukan siapa yang mendengar Injil dan Tuhan juga menentukan standar kesuciannya.
Dalam kedaulatan-Nya, Allah menentukan tatanan atau hukum kehidupan bahwa manusia dalam kehendak bebasnya menentukan apakah ia mau merespon keselamatan yang Tuhan sudah sediakan  melalui hidup berpadanan dengan Injil Kristus atau masih tetap menggelar kehidupan manusia berdosa. Sama seperti yang terjadi di taman Eden.
Adam memilih memberontak, tentu bukan karena Allah yang menentukan pemberontakan itu dengan menggerakkan Adam memberontak kepada Allah.

Kalau seseorang berpendirian bahwa Allah menentukan segala sesuatu, berarti Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena Allah yang menentukan demikian, sehingga mereka gagal menuruti kehendak Allah. Tentu Allah tidak berbuat demikian sebab hal tersebut bertentangan dengan hakekat-Nya.
Tetapi yang benar adalah Allah telah memberi kehendak bebas kepada masing-masing individu untuk hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah atau menolaknya. Selanjutnya apakah seseorang bersedia dimiliki oleh Allah atau memiliki dirinya sendiri juga tergantung dari kebebasannya. Untuk menyerahkan diri menjadi milik Tuhan juga harus melalui perjuangan yang berat.
Mengapa demikian? Sebab selain daging dan ambisi jiwa kita mau berkuasa atas diri sendiri, keadaan dunia sekitar juga sering mendesak agar tidak memberi diri dimiliki oleh Allah.

Menjadi milik Kristus bukan sesuatu yang bisa terjadi atau berlangsung dengan mudah. Mereka harus mempertahankan iman mereka dengan mempertaruhkan darah dan nyawa mereka.
Kalau mereka masih merasa memiliki diri sendiri, tentu mereka tidak akan sanggup berlaku setia kepada Tuhan.
Setiap orang yang memiliki kesetiaan untuk dimiliki Kristus adalah orang-orang yang disebut sebagai umat yang lebih dari orang-orang yang menang.
Orang yang menang adalah orang yang mengalahkan diri sendiri dengan menaklukkan dirinya kepada Tuhan. Sebaliknya, kalau orang mau menang sendiri, artinya orang yang hanya mau memuaskan keinginan daging dan ambisinya, menjadi orang yang kalah. Jemaat Roma disebut sebagai orang-orang yang lebih dari orang-orang yang menang sebab mereka memilih untuk meninggalkan segala bentuk praktek dosa, melepaskan segala percintaan dan kesenangan dunia kemudian hidup sesuai dengan Injil Kristus.
Oleh sebab itu jemaat Roma dikatakan lebih dari orang-orang yang menang artinya jemaat Roma lebih berharga dan lebih bernilai dibandingkan dengan mereka yang memiliki berbagai kelebihan secara politik, ekonomi, penampilan, dan lain sebagainya.
Seseorang tidak dapat dimiliki Tuhan jika masih terikat dengan berbagai kesenangan dunia dan tidak berkarakter seperti Yesus. Tidak mungkin seseorang memiliki Kristus tanpa memiliki karakter-Nya. Sebaliknya, tidak mungkin orang dimiliki Kristus tanpa memiliki karakter-Nya. Orang yang tidak memiliki karakter Kristus tidak akan dapat bersekutu dengan Allah secara harmoni. Ini berarti keselamatan belum terwujud dalam kehidupan orang seperti itu.
Orang yang memiliki persekutuan yang harmoni dengan Allah adalah orang-orang yang memiliki percaya dan ketaatan karena mengasihi Tuhan.
Percaya disini adalah percaya yang didalamnya ia membuktikan adanya penuturan dirinya untuk mengikuti jejak Tuhan Yesus, meneladani hidup-Nya dan semakin serupa dengan Dia dalam moral kesucian, inilah “harta kekayaan kekal” yang lebih bernilai dari apa pun yang dapat dimiliki manusia di dunia ini. Itulah sebabnya orang percaya dikatakan lebih dari orang-orang yang menang, yaitu mereka yang hidup dalam persekutuan dengan Allah secara harmoni, yang memilih untuk hidup kudus, hidup tak bercacat cela, sehingga menjadi teladan bagi semua orang dan membawa mereka kepada ketaatan kepada Kristus
Sesungguhnya inilah cara mengabdi dan mencintai Tuhan Yesus secara benar.

1 Petrus 1:14-17
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. 
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar