Kamis, 16 Juni 2016

DI TEBUS SUPAYA MENJADI SEMPURNA SEPERTI BAPA


Matius 5:48  Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Di dalam ayat ini mengandung tingkatan kualitas moral yang berkualitas tinggi yang harus dimiliki orang percaya dan kualitas hidup ini mengandung nilai-nilai kekal yang melampaui kehidupan orang beragama pada umumnya.
Tuhan berfirman agar umat kudus seperti Dia kudus (1Petrus 1:16). Hal ini sama dengan mengambil bagian dalam kekudusan Allah (Ibrani 12:10) dan sama dengan mengenakan kodrat Ilahi (2 Petrus 1:3-4).
Kata sempurna dalam Matius 5:48 dalam teks aslinya adalah teleioi dari kata teleios. Kata ini memiliki beberapa pengertian antara lain: having attained the end or purpose, complete, perfect (telah mencapai akhir atau tujuan, lengkap, sempurna). Juga berarti full-grown, mature, adult (penuh kedewasaan, matang, dewasa).
Kemudian kata “harus” pada ayat ini berarti bukan sesuatu yang bisa atau boleh dihindari. Ini pasti sesuatu yang bernilai mutlak dan tidak boleh tidak.
Kata harus di dalam teks ini memberi kabar baik, sebab di balik kata harus di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah potensi atau isyarat bahwa kita bisa melakukannya.

Pada hakekatnya Tuhan tidak bisa mentolerir satu kesalahanpun didalam diri manusia sebab Tuhan menciptakan manusia menurut rupa dengan gambar-Nya (Kejadian 1:26) artinya manusia dituntut untuk memiliki perilaku dan moral yang serupa seperti pencipta-Nya, oleh sebab itu pada saat manusia pertama gagal melakukan proyek kesempurnaan ini, ia jatuh didalam ketidaktaatan dihadapan Tuhan dengan melanggar apa yang Tuhan perintahkan untuk tidak memetik dan memakan buah dari pohon kehidupan, maka sebenarnya Tuhan dengan segala usaha-Nya berusaha untuk mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya yang semula agar menjadi taat terhadap kehendak-Nya, Ia turunkan hukum taurat, hukum-hukum sipil mengatur kehidupan umat pilihan-Nya dan mengutus banyak Nabi-nabi untuk menasehati dan memberitahukan bagaimana cara hidup yang dikehendaki Tuhan.

Proyek kesempurnaan ini menjadi tertunda ketika manusia jatuh didalam dosa, olehnya umat Israel pada waktu itu tidak dituntut untuk menjadi sempurna seperti Bapa namun hanya dituntut untuk taat kepada hukum-hukum yang Tuhan sudah turunkan kepada Musa.
Sampai pada akhir masa kesabaran-Nya, proyek kesempurnaan yang tertunda itu akhirnya dijalankan kembali, kali ini Tuhan sendiri yang turun meninggalkan surga dan mengambil rupa sebagai manusia agar Dia disamakan dengan manusia, untuk mewujudkan rencana besar yang sudah tertunda ini Tuhan menebus seluruh umat manusia dari dosa-dosa mereka dengan kasih-Nya mati dikayu salib (Yesaya 63:8-9).
Dalam pelayanan-Nya Tuhan Yesus memberikan teladan kepada umat pilihan-Nya bagaimana memperagakan hidup yang berkenan dihadapan Tuhan dengan memberikan perintah kepada umat pilihan-Nya untuk masuk kedalam proyek-Nya yang tertunda tersebut untuk dijalankan kembali yaitu "haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna", sekaligus memberikan perintah yang baru kepada umat pilihan untuk hidup didalam hukum kasih yang menggenapi hukum taurat.
Jika kita memperhatikan ayat-ayat sebelumnya dari (Matius 5:1-48) maka kita bisa temukan Tuhan Yesus memberitahukan contoh cara hidup yang benar yang harus diteladani sebagai umat pilihan-Nya, kemudian di ayat terakhir 48 Tuhan Yesus menyatakan kesimpulan akhirnya dengan perkataan "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Orang yang menerima karya keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus, atau yang menerima penebusan oleh darah Tuhan Yesus Kristus adalah orang-orang yang dikehendaki oleh Tuhan untuk menjadi sempurna seperti Dia.
Bagi manusia sepertinya memang proyek ini agak mustahil untuk dicapai, dan memang bagi manusia mustahil, tetapi sebagaimana Tuhan Yesus menembus kemustahilan dengan menjelma menjadi manusia, itu menjadi tidak mustahil.
Sebab Tuhan yang bijaksana tidak mungkin memberi perintah yang sifatnya mutlak yang harus dilakukan sementara kita tidak bisa melakukannya.

Untuk menjadi sempurna seperti Bapa seseorang harus melewati tahap dilahirkan kembali sebagai manusia yang baru terlebih dahulu sebab tanpa kelahiran baru sebenarnya seseorang tidak berniat untuk selamat dan tidak akan pernah bisa diselamatkan, artinya tidak pernah bisa diperbaharui untuk mencapai kesempurnaan Kristus.
Tanda kelahiran baru dimulai seseorang akan bersedia hidup dituntun oleh Roh dan mematikan seluruh keinginan daging, (Efesus 4:17-32), (Galatia 5:16-26). Memang hal ini tidak bisa dilakukan dalam sekejap ini perlu proses yang panjang dan memerlukan pertobatan yang serius dihadapan Tuhan setiap hari.
Pertobatan adalah proses setiap hari dimana seseorang meninggalkan cara hidupnya yang lama dan mengalami pembaharuan pikiran yang diubahkan oleh Firman Tuhan yang murni dari waktu ke waktu. Pertobatan ini dimotori oleh pengertian yang benar terhadap Firman Tuhan dan membangun hubungan yang intim dengan Tuhan setiap waktu dan hidup didalam persekutuan dengan Roh Kudus.

Ketika Tuhan Yesus berkata kepada banyak orang dan murid-murid: "...Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:20), ini berarti hidup orang percaya harus melampaui kehidupan beragama pada umumnya.
Orang beragama hanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan hukum-hukumnya semata agar bisa menjadi manusia yang baik dimata manusia, namun bagi Tuhan, orang percaya harus lebih dari itu dimana ia harus memiliki nilai moral seperti Bapa di surga, sikap moral yang sempurna kudus tidak bercacat cela, dan didalamnya ada kasih dan pikiran, perasaan Tuhan.
Olehnya Tuhan Yesus sendiri mengungkapkan hal ini dengan mengatakan, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Berarti apabila kita telah menjadi orang percaya, kita harus mau masuk ke dalam proyek kemustahilan ini.
Bagaimana ini dapat kita lakukan?
Dalam Filipi. 2:5, Paulus berpesan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Bukan hanya sekadar seperti Kristus, tetapi memiliki pikiran dan perasaan Kristus.
Dalam suratnya untuk jemaat di Kolose Paulus menyatakan:
Kolose 1:28-29
28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
29 Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Untuk suratnya yang tujukan kepada jemaat di Filipi Paulus pun bersaksi menyatakan : Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus (Filipi 3:12).
Orang percaya ditangkap dan dipilih oleh Tuhan Yesus supaya akhirnya memiliki kehidupan yang sempurna seperti diri-Nya.
Hidup selama 70 sampai 80 tahun merupakan masa untuk mengejar suatu prestasi abadi, yaitu sempurna seperti Bapa. Jika fokus hidup orang percaya tertuju kepada hal yang lain, maka target yang harus dicapai tidak akan tercapai. Sebab yang sungguh-sungguh berusaha saja bisa nyaris tidak bisa meraih apalagi yang tidak sungguh-sungguh. Untuk terselenggaranya hidup sesuai dengan kehendak Tuhan atau sempurna seperti Tuhan Yesus, Roh Kudus dimeteraikan dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus inilah yang bekerja keras mengubah dan mengerami kehidupan manusia orang percaya agar bisa di kembalikan pada tujuan rancangan Tuhan yang semula, sempurna seperti diri-Nya dan kudus seperti kekudusan-Nya.

Kehidupan Tuhan Yesus adalah standar kita.
Demi proyek-Nya terwujud dengan sempurna, Dia telah merendahkan diri-Nya untuk meninggalkan kesetaraan-Nya sebagai Allah, mengosongkan diri-Nya, menjadi manusia seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib. Dia telah melakukan yang mustahil bagi manusia, sekarang giliran kita.
Tuhan Yesus Allah yang Mahatinggi menunjukkan keteladanan-Nya untuk rendah hati, rela kehilangan segala hak-Nya, bahkan hak atas nyawa-Nya, untuk menunjukan betapa seriusnya Tuhan dalam mengasihi dan menyediakan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ini bukan sifat bawaan manusia pada umumnya, karena manusia pada umumnya tidak rela dirinya diabaikan. Manusia tidak rela haknya dirampas. Manusia tidak rela hatinya disakiti.
Tetapi Tuhan Yesus menghendaki orang yang percaya kepada-Nya memiliki sikap hidup yang sempurna yang memiliki pikiran dan perasaan-Nya, cara hidup yang sempurna yang bermoral Ilahi, Itulah yang harus kita miliki dalam hidup kita.

Jadi untuk belajar menjadi sempurna seperti Bapa berarti belajar hidup seperti Tuhan Yesus dan mengikuti jejak-Nya, hal pertama selain dituntut kelahiran baru, hal yang lain yang harus kita pelajari adalah menjadi seorang hamba.
Menjadi seorang hamba artinya belajar untuk rela kehilangan hak, tidak terikat kepada apa pun, taat kepada Tuhan, melayani Tuhan dan sesama didalam kasih Tuhan.
Jadi melayani Tuhan jangan lagi dilatarbelakangi karena ketakutan atau keinginan kita atas berkat jasmani dari-Nya namun dikarenakan kita mengasihi Tuhan.
Selanjutnya kita harus tekun mempelajari Firman-Nya dan belajar untuk melakukannya didalam kehidupan kita. Dari ketekunan inilah maka akan berbuah untuk dapat menaruh pikiran dan perasaan Kristus itu dalam diri kita yang membuat setiap langkah dihidup kita akan selalu melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.
Pada akhirnya perjuangan menjadi sempurna seperti Bapa adalah perjuangan yang tiada henti tanpa batas disepanjang umur hidup kita.

Akhirnya, sebagaimana Kristus dimuliakan, kita juga akan dimuliakan bersama dengan Dia (Roma 8:30).
Ini anugerah yang luar biasa bagi kita yang menerima penebusan dari-Nya. Jadi proyek kesempurnan ini bukan lagi hal yang mustahil, sebab sekali lagi ditegaskan, bahwa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah kita Yesus Kristus. Inilah kabar baik bagi kita, bahwa kita yang menerima penebusannya akan dimampukan untuk menjadi sempurna seperti diri-Nya.

Menolak proyek menjadi sempurna seperti Bapa berarti sebenarnya menolak untuk diselamatkan, sebab orang yang beroleh selamat-Nya adalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapa di surga.
Hendak-Nya kita melakukan kehendak Tuhan yang menginginkan disetiap langkah hidup kita berjalan didalam kehendak-Nya secara sempurna selanjutnya membantu orang lain masuk kedalam proyek agung Bapa untuk diselamatkan supaya menjadi sempurna seperti diri-Nya.
Olehnya Bapa kita Yesus Kristus sebelum naik ke surga memerintahkan para Rasul dan murid-murid lainnya pergi untuk memberitakan Injil kepada manusia sampai keujung bumi, membaptis mereka dalam nama-Nya sebagai tanda keseriusan manusia dalam melakukan pertobatan dan mengajarkan mereka untuk menjadi seorang murid yang hidupnya berkenan dan sempurna dihadapan Bapa surga (Matius 28:19-20).
Bagi umat tebusan, menjadi sempurna seperti Bapa adalah proyek yang tidak mustahil, jika kita mau mengenakan pikiran dan perasaan Kristus setiap waktu dan bertekun didalam Firman dan melakukan kehendak-Nya tanpa batas didalam kasih.

Roma 8:29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar