Jumat, 10 Juni 2016

HIDUP YANG BERJALAN SEIRING DENGAN TUHAN


1 Petrus 1:14-17
14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.

Hari-hari ini orang percaya harus memeriksa dirinya secara jujur dihadapan Tuhan, apakah hidupnya yang sekarang ini sedang berjalan seiring dengan Tuhan atau sebaliknya ia sedang tersesat dijalan yang sebenarnya menuju kegelapan abadi.
Banyak orang percaya secara sadar maupun tidak sadar ia masih memilih memperagakan sikap hidup yang berdiri diwilayah abu-abu.
Kadang berjalan dengan Tuhan kadang ia kembali keluar dari jalan yang Tuhan kehendaki.
Sikap hidup seperti ini tidak akan bisa berkenan dihadapan Tuhan (Wahyu 3:16).

Rekonsiliasi atau usaha yang keras memulihkan/mempererat hubungan jalinan kasih dengan Tuhan secara serius setiap hari akan membuahkan kehidupan seseorang bisa melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam hal ini seorang anak Tuhan yang baik bukan saja bermoral baik, santun dan beradab di tengah-tengah masyarakat, tetapi juga bisa menampilkan sikap hidup yang sempurna serupa seperti gambaran sikap hidup yang diperagakan Tuhan Yesus sebagai yang sulung bagi umat orang percaya.
Kesalehan hidup orang percaya haruslah menjadi dampak yang menakjubkan bagi orang lain khususnya orang yang ada disekitarnya.
Itulah sebabnya landasan berpikir dan motivasi mengapa kita harus hidup benar sesuai dengan kehendak Tuhan bukan supaya diterima oleh Tuhan, tetapi karena kita telah diterima oleh Tuhan sebagai milik dan anak-anak-Nya.
Tuhan menghendaki orang percaya harus memiliki gaya hidup yang memperagakan sikap hidup sebagai layaknya perilaku anak-anak Allah yaitu hidup dalam kasih Kristus dan memiliki kekudusan seperti moral Tuhan yang tanpa bercacat cela.

Jadi, kalau seseorang berusaha melakukan kehendak Tuhan, hal itu bukan karena hendak mengusahakan keselamatan, tetapi karena sudah diselamatkan oleh Tuhan lewat penebusan darah-Nya diatas kayu salib. Selanjutnya orang percaya yang sudah ditebus haruslah memenuhi panggilan dari Tuhan Yesus untuk mengisi keselamatan dengan belajar hidup sesuai dengan kehendak-Nya, bukan lagi hidup menurut kehendak diri sendiri yang cendrung penuh dengan hawa nafsu kedagingan yang berujung kembali jatuh didalam dosa.
Kalau Paulus berusaha hidup berkenan dan selalu menganjurkan orang percaya untuk hidup suci, bukan karena supaya ia bisa selamat tetapi karena ia sudah beroleh selamat dari Tuhan Yesus lewat penebusan-Nya dan selanjutnya memiliki tangung jawab untuk menjaga mahkota keselamatan yang diberikan Tuhan dengan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar : hidup dalam kekudusan Tuhan dan hidup berbuah lebat menjadi berkat bagi orang lain menjadi anak terang didalam kegelapan dunia untuk memenuhi rencana Tuhan mempersembahkan jiwa jiwa kembali kepada Tuhan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya sebelum penghakiman tahkta putih dimulai (2 Kor 5:9-10).

Tuhan sangat menghendaki orang percaya hidup dalam kesucian yang sempurna seperti tingkat kesucian Tuhan (Matius 5:48 ; Roma 8:29 ; 1 Petrus 13:16), taat menjaga kesucian hidupnya dihadapan Tuhan, berlaku setia hidup didalam kasih dan menjadikannya gaya hidup yang mutlak harus dikenakan didalam hidupnya.
Kesucian hidup orang percaya dimaksudkan agar hubungan kita dengan Tuhan semakin harmonis.
Tanpa kehidupan yang menjaga kesucian dihadapan Tuhan, seseorang tidak akan memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan.
Itulah sebabnya Petrus menasehati orang percaya untuk hidup dalam ketaatan sampai pada kekudusan Allah, sebab Allah menghendaki kita kudus seperti Dia kudus (1 Pet 1:13-17). Tanpa menjaga kekudusan ini tidak akan seseorang memiliki persekutuan yang berkenan dihadapan Tuhan Yesus.
Ini adalah harga mati yang tidak bisa ditawar bagi kehidupan orang percaya.

Dengan demikian orang yang telah diterima Tuhan sebagai anak-anak-Nya memiliki tanggung jawab yang tidak ringan. Pendewasaan atau pembentukan karakter untuk mencapai kesucian Tuhan harus berlangsung sepanjang seumur hidup ini. Kesucian akan membuat hubungan seseorang dengan Tuhan makin sinkron. Sinkronisasi inilah yang menjadikan kita sebagai umat yang berjalan dengan Tuhan, dari hari ini di dunia sampai kekekalan nanti.
Dengan demikian kita baru dapat disebut sebagai menjadi sekutu Tuhan.
Dalam hal ini kita harus memahami maksud dan tujuan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu agar kita memiliki kehidupan sebagai umat pilihan yang hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dengan benar.
Pengertian ini pada akhirnya akan menjauhkan kita dari sikap hidup kesombongan tatkala kita bertumbuh dewasa menjadi seorang yang hidup dalam kesucian seperti yang Tuhan kehendaki.
Selanjutnya kita tidak akan lagi menjadi orang yang menghakimi sesama dan menghukum orang lain sebab kitapun pribadi yang masih belajar mematikan sikap kehidupan yang lama yang penuh dengan kesia-siaan yang cendrung masih memiliki unsur sikap hidup yang tidak dewasa. Olehnya kita harus terus belajar hidup mencapai tingkat kesucian seperti yang Tuhan Yesus kehendaki yaitu serupa dengan gambar-Nya.

Ketika Firman Tuhan mengatakan : Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku (Yohanes 15:4).
Yang perlu kita catat disini untuk berjalan dengan Tuhan kita harus hidup tinggal didalam Tuhan artinya hidup yang tinggal tetap didalam Firman-Nya dan menuruti-Nya. Kesadaran ini terus menerus akan membuat kita merasakan kehadiran Tuhan yang selalu ada tinggal tetap berdiam didalam kita.
Hal ini pada akhirnya membuat kita sadar bahwa ada mata Ilahi yang selalu tertuju kepada kita, memelihara bahkan juga mengawasi seluruh perilaku hidup kita.
Kesadaran ini pasti menggerakkan seseorang untuk memiliki sikap hidup takut dan gentar terhadap Tuhan untuk menjauhi segala perbuatan dosa.
Dengan kesadaran ini pula orang percaya akan membentuk hidupnya menyediakan waktu khusus belajar kebenaran Firman Tuhan, berdoa, datang dalam pertemuan bersama dimana orang percaya belajar Alkitab dan lain sebagainya yang mengarahkan dirinya kepada Tuhan.
Ia akan mengerti apa artinya bahwa Tuhan menjadi satu-satunya harta yang paling berharga didalam hidupnya yang tidak tergantikan, dan pada akhirnya ia akan menjadi pribadi yang serius berusaha memenuhi rencana Tuhan dalam hidupnya secara pribadi dan rencana Tuhan atas dunia ini.

Orang yang sungguh-sungguh berjalan dengan Tuhan akan ditandai dengan ciri-ciri hidupnya semakin menjadi berkat bagi orang lain artinya semakin jarang tindakannya yang melukai sesama baik dengan perkataan maupun sikapnya. Hatinya akan semakin mengasihi Tuhan, maka ia akan berusaha menemukan tempatnya untuk dapat mengabdi kepada Tuhan. Pembelaannya untuk pekerjaan Tuhan pasti luar biasa tanpa batas.

Dengan demikian seseorang yang hidupnya bisa berjalan dengan Tuhan Yesus adalah seseorang yang setia menjaga dirinya untuk hidup tinggal tetap didalam Firman-Nya, memelihara kesucian hidup yang serupa dengan gambar-Nya, berjalan, bertindak sesuai seturut kehendak Tuhan tanpa batas dan kesediaan untuk melibatkan dirinya memenuhi rencana Tuhan didalam hidup ini dan rencana Tuhan bagi dunia ini.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar