Galatia 6:8
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
Tuhan menghendaki agar kita menabur di dalam Roh, maksudnya mengikuti hidup menurut kehendak Tuhan.
Jadi pengertian menabur dalam roh artinya hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sepenuhnya secara mutlak, maka tentu saja sikap kehidupan seperti ini harus menghasilkan buah Roh, (Galatia 5:22-23
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu).
Tetapi sebaliknya, kalau seseorang menabur dalam daging, tentu ia menghasilkan buah-buah daging yang menuju kebinasaan kekal.
Orang yang menghasilkan buah-buah daging dalam hidupnya tidak akan memperoleh bagian dalam Kerajaan Allah, (Galatia 5:19-21
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah).
Kebenaran Firman Tuhan dan hukum-hukum yang dibuat oleh Tuhan khususnya hukum tabur tuai sebenarnya membawa manusia kepada kehidupan yang berkelimpahan.
Hukum tabur tuai ini hendaknya tidak dikaitkan dengan persembahan kolekte dalam gereja. Sebenarnya konteks hukum tabur tuai tidak tidak ada kaitannya persembahan uang. Kalau dihubungkan, maka terjadi kesalahan yang cukup fatal.
Bila kita menganalisa pesan pembicara di mimbar-mimbar hari-hari ini, hukum “tabur tuai” ini telah diperlakukan semena-mena. Biasanya hukum tabur tuai yang direlasikan dengan persembahan uang atau kolekte dihubungkan pula dengan Matius 12:1-8, mengenai pelipat gandaan 100, 60 dan 30 kali.
Diajarkan bahwa mereka yang memberi kolekte akan memperoleh balasan berlipat kali ganda tersebut.
Padahal perumpamaan tersebut sebenarnya berbicara mengenai benih Firman yang ditabur, bukan benih uang. Penyesatan ini mengakibatkan orang Kristen tidak bertanggung jawab secara proporsional dan fokus perhatiannya bukan pada rencana penyelamatan dari Tuhan.
Mereka terperangkap dalam keduniawian dalam sikap oportunis.
Oportunis adalah sikap pemikiran yang menghendaki pemakaian kesempatan menguntungkan dengan sebaik-baiknya, demi kepentingan diri sendiri.
Akibat dari hal ini mereka jatuh ke dalam tangan kuasa kegelapan, sehingga mereka tidak akan pernah sinkron dengan rencana Tuhan untuk mengembalikan manusia kepada rancangan semula-Nya yaitu menjadikan manusia memiliki moral sempurna seperti diri-Nya.
Manusia adalah makhluk yang dibatasi oleh hukum-hukum kehidupan yang dibuat oleh Tuhan.
Salah satu hukum kehidupan adalah bahwa apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai.
Masa kini atau apa yang kita alami sekarang ini mengandung masa lalu atau akibat dari apa yang dilakukan orang tua kita dan yang kita lakukan.
Selanjutnya apa yang akan kita alami serta keturunan atau anak cucu kita alami nanti di hari esok nanti ditentukan oleh apa yang kita lakukan hari ini.
Hukum kehidupan ini tidak bisa dihindari oleh siapa pun.
Adalah bijaksana kalau kita tunduk kepada tatanan Tuhan ini, bahwa apa yang kita tabur, kita juga tuai, olehnya Tuhan ingin kita menabur dalam Roh bukan lagi menabur dalam daging sehingga kita tidak menuai kebinasaan kematian kedua di alam maut namun beroleh hidup yang kekal di dalam kerajaan Tuhan Yesus.
Hawa tidak sungguh-sungguh memperhatikan apa yang dikatakan Tuhan “bahwa ia akan mati” sehingga dengan sembrono Hawa memetik buah yang dilarang Tuhan. Hal ini sama dengan Esau yang menukar hak kesulungannya dengan sepiring makanan. Daud tidak pernah mempertimbangkan dengan serius bahwa tindakannya mengambil istri Uria dengan membunuh prajurit setia itu berbuntut bencana dalan keluarganya.
Gehazi tidak berhitung dengan benar ketika menipu Naaman dengan mengambil persembahan yang mestinya diberikan kepada nabi Elisa, sehingga dirinya dan keturunannya mengidap kusta.
Demikian pula Yudas iskariot tidak mempertimbangkan dengan serius bahwa akhirnya ia kehilangan hak istimewanya menjadi pengiring Tuhan Yesus. Ia mati bunuh diri hanya karena 30 keping perak, satu jumlah yang sangat kecil dan tidak sebanding dengan kerajaan surga yang Tuhan akan wariskan kepada orang percaya yang hidupnya didapati setia.
Apa yang dialami bangsa Israel selama hampir 2000 tahun tercerai-berai dari negeri leluhurnya, bahkan pedang mengejar mereka (6 juta orang Yahudi mati pada perang dunia kedua selama 7 tahun, yatu pada tahun 1939-1945) ini akibat dari keputusan bodoh nenek moyang mereka yang tidak tunduk kepada Tuhan dan pernyataan mereka bahwa mereka bersedia memikul akibat dari keinginan mereka menyalibkan Tuhan Yesus. Mereka berkata: ”Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami” (Matius 27:25).
Dengan kenyataan ini maka kita harus memperhatikan apa yang ditulis Paulus bahwa Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7).
Dalam teks Yunani kata "dipermainkan" adalah Mukterizo yang bisa berarti di ejek/di olok-olok, jadi dalam hal ini dikatakan bahwa Tuhan tidak bisa di olok-olok. Banyak manusia tidak mengerti bahwa hari-hari ini ia sedang mengolok-olok Tuhan dengan perbuatan dagingnya, dan mereka berpikir bahwa Tuhan tidak berdaya bertindak atas mereka, sebab Tuhan dianggap tidak ada (2 Petrus 3:1-7). Suatu hari mereka akan menuai apa yang mereka telah tabur.
Dengan penjelasan ini maka kita dapat mengerti bahwa manusia adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas hidupnya di hadapan Tuhan, yaitu atas semua perbuatannya (Roma 14:12).
Hari-hari ini mari kita kembali memeriksa secara jujur dihadapan Tuhan Yesus, apakah setiap hari dari detik pertama bangun tidur sampai dengan rebahnya kembali ketempat tidur dimalam hari kita sudah memilih untuk menabur hidup didalam Roh?
Jika belum, berubahlah sekarang dengan pembaharuan pikiran yang menghidupi Firman Tuhan didalam hidup ini agar kita mengerti kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan dan yang sempurna.
Tuhan Yesus akan melaksanakan apa yang telah Ia Firmankan.
Jadi pastikan semua yang kita lakukan dalam hidup ini adalah hidup dalam penurutan kehendak-Nya yang menghendaki kita memperagakan hidup yang terus menabur di dalam Roh sampai hari kedatangan Tuhan Yesus di awan-awan permai.
Roma 14:12
Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar