Selasa, 17 Oktober 2017

SYARAT UTAMA MENGIKUT TUHAN YESUS


Matius 16:24-27
24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Tuhan Yesus tegas mengatakan, menyangkal diri dan memikul salib merupakan syarat utama untuk mengikut-Nya, guna menerima keselamatan yang disediakan-Nya. Menyangkal diri dan memikul salib bukan paket tambahan, tetapi paket utama yang harus dikenakan oleh orang percaya.
Namun banyak orang tidak memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan menyangkal diri dan memikul salib itu. Jika paket utama sudah salah dimengerti, bagaimana mungkin kita mengikut Tuhan Yesus dengan benar?
Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus mempersoalkan dengan serius, apa yang dimaksud menyangkal diri dan memikul salib itu, dan apakah kita sudah benar-benar melakukannya dengan ketaatan dan ketekunan yang tinggi.
Menyangkal diri dan memikul salib adalah sebuah “harga” yang harus dibayar untuk mengikut Tuhan Yesus dengan benar.
Kalau tidak berani membayar harganya, berarti tidak akan memperoleh keselamatan secara penuh; bahkan bisa-bisa tidak akan pernah mengerti dan memiliki keselamatan yang dikerjakan Tuhan Yesus di kayu salib.
Amin bahwa keselamatan itu adalah anugerah Allah dan bukan usaha manusia, tetapi jika kita mengesampingkan keharusan menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, maka kita tidak akan pernah menjadi pengikut Tuhan Yesus yang sejati.
Kuasa kegelapan terus berusaha untuk menutup-nutupi dan menggelapkan pengertian yang benar mengenai hal ini, agar orang tidak pernah mengikut Tuhan Yesus dengan benar.

Selama ini menyangkal diri dimengerti sebagai sekadar usaha untuk menolak dosa, yang dipahami sebagai segala perbuatan yang melanggar hukum atau melanggar etika. Menyangkal diri model ini memang akan menghasilkan orang-orang baik dan santun di kalangan orang Kristen dan di masyarakat, tetapi mereka belum memenuhi syarat sebagai warga Kerajaan Sorga yang menyenangkan hati Tuhan.
Orang-orang seperti ini akan merasa puas dengan Kekristenan yang telah mereka capai, dan akhirnya mereka mengalami stagnasi dalam pertumbuhan iman.
Sejatinya iman kepada Tuhan adalah penurutan terhadap kehendak Allah, dan kehendak Allah tidak bisa dan tidak cukup diwakili oleh dengan hanya menjalankan hukum, peraturan atau nilai-nilai etika.
Kehendak Allah adalah segala hal yang diingini oleh Tuhan dalam pikiran dan perasaan-Nya.
Dengan memahami ini kita bisa mengerti bahwa menyangkal diri adalah kesediaan untuk melepaskan semua pola berpikir, filosofi dunia dan cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Pemahaman ini melampaui apa yang dimengerti sebagai melakukan hukum, peraturan atau memahami nilai-nilai etika serta kesantunan hidup.
Dengan menyangkal diri, kita memahami pikiran dan perasaan Tuhan serta hidup di dalamnya dengan sukacita dan kerelaan mengasihi Tuhan Yesus secara pantas dengan tanpa batas, bersedia berkorban apapun demi melakukan kehendak-Nya, taat kepada segala perintah-Nya.

Filosofi hidup yang diwariskan oleh dunia ini kepada kita pada umumnya adalah perjuangan untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan melalui bersekolah, berkarier, mencari nafkah, menikah, mempunyai anak, membesarkan anak, membesarkan cucu dan lain sebagainya.
Semua itu dilakukan untuk meraih apa yang disebut sebagai kebahagiaan dan keberhasilan atau paling tidak sebuah kelayakan atau kewajaran hidup manusia dunia pada umumnya.
Namun anak-anak Tuhan tidak dipanggil menjadikan hal tersebut sebagai kebahagiaan atau tujuan dihidupnya.
Anak-anak Tuhan dipanggil untuk mengabdi kepada Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai harta abadi, kebahagiaan yang sejati dan tujuan hidup satu-satunya yang dimana segala perintah dan kehendak-Nya merupakan prioritas yang harus diutamakan untuk dilakukan secara bertekun.
Kita harus melakukan apa pun juga hanya untuk kemuliaan Allah (1 Korintus 10:31). Jadi seorang anak Tuhan memang harus bersekolah, berkarier, menikah dan lain sebagainya, tetapi semua itu harus dilakukan bukan lagi untuk menjadi tujuan hidup ataupun dipandang sebagai kebanggaan dan keberhasilan kita secara pribadi, melainkan semuanya itu kita lakukan, karena kita melakukannya bagi kemuliaan Tuhan Yesus yang telah menebus kita dan membeli kita dengan darah-Nya, yang didalamnya memuat panggilan kepada orang percaya untuk memberikan dan mengerahkan seluruh potensi hidupnya untuk melakukan kehendak Tuhan dan memuliakan Dia lewat segenap irama hidupnya.
Jadi penyangkalan diri juga adalah sikap hidup dengan kesediaan berkata “tidak” kepada dosa, kepada semua filosofi dunia dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan berkata "ya" untuk taat kepada seluruh perintah dan kehendak Tuhan untuk dilakukan.

Selanjutnya seperti Tuhan Yesus yang mengambil jalan salib, maka semua pengikut-Nya pun harus mengikuti jejak-Nya.
Tuhan Yesus menjelaskan dan mengubah konsep para pengikut-Nya tentang panggilan hidup mereka, bahwa menjadi pengikut-Nya tidaklah mudah, karena harus siap memikul salibnya setiap hari yaitu mempersembahkan hidup seutuhnya bagi-Nya.
Salib adalah berbicara mengenai kesediaan dan kerelaan menyingkirkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan selera-Nya, rela mengalami berbagai kesulitan, pergumulan, tantangan, dan ancaman karena Dia, dan mengarahkan langkah kita mengikuti jejak-Nya dengan kesetiaan dan ketekunan yang tinggi.
Tuhan Yesus memberikan alasan melalui suatu paradoks yang bernilai kekekalan. Bila seorang tidak bersedia melepaskan kesenangan hidup menikmati dunia, ia adalah orang-orang yang disebut orang yang tidak rela kehilangan nyawanya untuk Tuhan.
Orang seperti ini akan kehilangan kesempatan hidup selamanya dikekekalan.
Sebaliknya bila seorang rela kehilangan kesempatan menikmati kesenangan hidup yang dunia tawarkan hari-hari ini sebagai tujuan dan kebahagiaan hidup atau rela kehilangan nyawanya untuk Tuhan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang mulia di dalam kekekalan dikerajaan-Nya (Matius 16:25-26).
Jadi, Jika kita merasa diri kita pengikut Kristus, mari kita menyangkal diri dan memikul salib setiap hari, membayar berapapun harganya untuk taat kepada segala perintah-Nya agar kita terus ditemukan oleh Tuhan setiap hari berkenan dan tak bercacat dihadapan-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar