Senin, 30 Oktober 2017
PELIPATGANDAAN ROHANI, BUKAN PELIPATGANDAAN DUNIAWI
2 Korintus 9:6-11
6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
9 Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya."
10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.
12 Sebab pelayanan kasih yang berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
Di dalam konteks ayat ini Paulus sedang berbicara mengenai pelipatgandaan Rohani kepada jemaat di Korintus dan bukan pelipatgandaan mengenai harta duniawi.
Dalam ayat ini Paulus hendak menekankan
Pertama, dengan bersikap murah hati dalam memberi, jemaat/orang percaya akan beroleh kemurahan hati Allah yang melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaran didalam hati orang percaya (2 Korintus 9:6).
Kedua, orang Kristen/pengikut Kristus yang hidupnya seperti Kristus harus memberi dengan sukarela, tulus karena mengasihi bukan terpaksa atau menginginkan pelipatgandaan berkat secara jasmani dari pemberian tersebut (2 Korintus 9:7).
Ketiga, Allah tahu pengorbanan orang yang memberikan persembahan yang tulus dengan hati yang mengasihi sesama. Allah pasti memelihara mereka (2 Korintus 9:8-11).
Keempat, memberi sebagai wujud perhatian dan kasih kepada jemaat yang membutuhkan, dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang memberikan keselamatan dan anugerah hidup yang kekal yaitu mengenal jalan hidup dalam kasih dan kebenaran-Nya yang sejati (2 Korintus 9:12-13).
Didalam kitab Roma 8:29-30 Paulus menuliskan dengan sangat jelas panggilan mengikut Kristus secara benar, panggilan tersebut berbunyi :
Roma 8:29-30
29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Pada akhirnya Paulus hendak mengajak umat agar membawa peragaan hidupnya harus menjadi serupa seperti Kristus hidup sebab orang-orang yang demikianlah yang benar-benar terhitung sebagai orang-orang yang mau hidup dalam keselamatan Tuhan Yesus Kristus, inilah orang-orang yang hidupnya mau bertekun melakukan kehendak Bapa sehingga ia dibenarkan dan dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus.
Seorang Kristen haruslah benar-benar menjadi anak-anak Allah (bukan hanya menjadi orang yang beragama Kristen).
Menjadi anak-anak Allah bukan sesuatu yang sederhana. Orang yang merasa telah “percaya” kepada Yesus belum berarti sungguh-sungguh berkeadaan sebagai anak Allah. Oleh sebab itu kita harus memahami apa yang dimaksud dengan “percaya” itu.
Percaya yang bagaimana yang dapat menyelamatkan?
Sama seperti hanya oleh iman seseorang diselamatkan. Iman datang dari pendengaran oleh Firman Kristus (dalam teks Yunani diterjemahkan : rhematou Kristou).
Firman Kristus artinya Injil yaitu apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan yang dilakukan-Nya. Orang yang mengerti Injil adalah orang yang mendalami apa yang diajarkan Tuhan Yesus dan meneladani sikap atau gaya hidupnya. Orang yang mengaku percaya atau memiliki iman yang benar pasti ditandai dengan gaya hidup seperti yang Tuhan Yesus peragakan.
Untuk memperagakan gaya hidup-Nya, seseorang membutuhkan proses “pertumbuhan atau pendewasaan”.
Pendewasaan hanya terselenggara kalau seseorang mendengar Firman yang keluar dari mulut Allah.
Keluar dari mulut Allah artinya Firman yang murni.
Firman yang murni pasti tidak menekankan pemenuhan kebutuhan jasmani tetapi menekankan keselamatan dan membawa seseorang menjadi berkodrat Ilahi.
Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan semula atau tujuan semula.
Rancangan atau tujuan Allah yang semula adalah menjadikan manusia memiliki kebenaran, kasih dan kekudusan seperti Diri-Nya atau bermoral segambar dan serupa seperti Diri-Nya. Hal ini telah diperagakan oleh Tuhan Yesus sebagai role model bagi kehidupan orang percaya.
Itulah sebabnya mengikut Tuhan Yesus berarti mengikuti jejak-Nya. Untuk bisa mengikuti jejak-Nya seseorang harus mendalami Injil dan meneladani gaya hidup-Nya. Untuk ini membutuhkan “proses pelipatgandaan”.
Pelipatgandaan harus dipahami secara rohani bukan secara duniawi, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Kebenaran artinya perilaku seperti Sang Kebenaran yaitu Kristus, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus artinya suasana sukacita jiwa yang tidak ditopang oleh fasilitas dunia (materi).
Tuhan Yesus sendiri menyatakan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Dalam Matius 16:26 Tuhan menasihati murid-murid : Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Untuk ini, fokus jemaat harus tertuju ke langit baru dan bumi yang baru dan bukan perkara-perkara di bumi yang bersifat fana atau sementara, “Sebab dimana ada hartamu di situ hatimu berada.”
Peragaan hidup orang benar pasti bukan berfokus pada hal-hal dunia materi, tetapi pasti pada hal rohani yang menyelamatkan.
Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki pelipatgandaan secara rohani yang signifikan (Matius 13:23) sehingga dalam hidupnya selalu mendahulukan mencari Kerajaan Allah serta kebenarannya dengan demikian kita dapat mengerti arti keselamatan yang Tuhan berikan dimana kita menjadi peragaan hidup Tuhan Yesus dalam segala tindakan kita dan tidak lagi dalam percintaan dunia dan dosa.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar