Senin, 02 Oktober 2017

MENGELUARKAN BUAH DALAM KETEKUNAN


Lukas 8:15
Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Walaupun seseorang mendengar Firman Tuhan yang benar tetapi kalau tidak bertekun, maka juga tidak akan dapat berbuah.
Berbuah artinya memiliki hati yang suka melakukan kehendak-Nya secara bertekun. Tuhan rindu menemukan pribadi-pribadi seperti ini, dimana selama hidup di dunia telah memenuhi atau menunaikan apa yang dipercayakan kepadanya. Dalam hal ini setiap orang memiliki keadaan istimewa dan Tuhan memiliki rancangan khusus bagi orang tersebut untuk dipenuhi. Jangan pulang ke rumah kekal sebelum tahu persis bahwa dirinya sudah melakukan dengan baik rencana Allah dalam hidupnya. Tentu saja dalam hal ini seorang anak Tuhan harus memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak dan rencana-Nya dalam hidupnya pribadi.
Untuk memiliki kepekaan ini seseorang harus dicerdaskan oleh Firman Tuhan.
Dalam hal ini membaca dan mendengar “Firman Allah” barulah langkah pertama untuk bisa berbuah, sebab akhirnya Tuhan bukan hanya menghendaki kita menjadi pendengar tetapi juga memberi atau menghasilkan buah. Kalau langkah pertama sudah tidak dilakukan yaitu mendengar Firman Tuhan yang diajarkan Tuhan Yesus, bagaimana bisa berbuah. Banyak orang Kristen yang tidak mendengar Firman Tuhan yang benar. Sehingga tidak memiliki kepekaan terhadap kehendak dan rencana Tuhan. Bisa dimengerti kalau mereka tidak pernah menghasilkan buah. Memang mereka menjadi orang baik-baik dimata manusia, tetapi dihadapan Allah hidup mereka dinilai hanya untuk memenuhi keinginan dan cita-citanya sendiri bukan keinginan, kehendak dan rencana Allah.
Sebelum menutup mata kita harus sudah mengerti apa yang dikehendaki Allah untuk dipenuhi.

Dalam Lukas 8:15, tertulis: .. mengeluarkan buah dalam ketekunan.
Kalimat ini menunjukkan walaupun seseorang mendengar Firman Tuhan yang benar tetapi kalau tidak bertekun, maka juga tidak akan dapat berbuah. Kata ketekunan dalam teks aslinya adalah hupomone (ὑπομονή).
Kata ini berarti dengan sabar bertahan.
Dalam hal ini perjuangan untuk bertekun seseorang harus mengusahakan untuk terus menerus bertahan menghadapi berbagai tekanan dan pengaruh cara hidup yang ditawarkan oleh dunia, sebab iblis berusaha agar orang percaya tidak berbuah.
Salah satu usaha iblis selain ditutupnya kebenaran Firman yang benar, juga mewarnai jiwa anak-anak Tuhan dengan percintaan dunia yaitu keinginan daging (hidup dalam hawa nafsu dan hidup suka-suka sendiri), keinginan mata (keinginan konsumerisme tanpa batas baik barang, hiburan, perhiasan dll), dan keangkuhan hidup (keinginan untuk dihormati, dihargai dan memiliki nilai diri dimata manusia).
Oleh sebab itu setelah memahami kebenaran ini, kita harus mulai mempersoalkan : apakah kita sungguh-sungguh telah memiliki hati yang suka dan rela melakukan keinginan-Nya secara bertekun.
Dalam hal ini kualitas buah yang dihasilkan masing-masing orang berbeda, ada yang matang dan tentu ada yang belum matang. Dalam Injil Matius 13 perumpamaan yang sama menunjukkan, bahwa buah yang dihasilkan berbeda-beda, ada yang tiga puluh, enam puluh dan seratus kali lipat.
Dengan demikian kita harus mengusahakan mengeluarkan buah yang matang, maksimal dan berkualitas secara terus menerus untuk kita persembahkan kepada Allah sebagai terjemahan bahwa kita mengasihi Dia dengan tanpa batas.

Marilah kita mengarahkan hidup kita untuk menghasilkan buah dalam ketekunan, yaitu hati yang suka melakukan kehendak Bapa secara bertekun, taat hidup didalam kebenaran-Nya, tulus mengasihi sesama, jujur dalam segala hal dan hidup kudus tak bercacat dan tak bercela sehingga hidup kita memenuhi keinginan dan rencana-Nya, hidup seperti Tuhan Yesus telah hidup. Menghasilkan buah yang matang dalam jumlah besar yang semuanya adalah untuk kemuliaan bagi Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus sampai selama-lamanya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar