Sabtu, 08 Juli 2017
MENAKLUKKAN DIRI KEPADA KESUCIAN ALLAH
Roma 7:22-25
22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
26 Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Paulus mengatakan: Dengan akal budiku aku melayani hukum Allah. Kata “akal budi” dalam teks aslinya adalah nous (νους) yang sama artinya dengan pikiran. Adapun kata “melayani” dalam teks aslinya adalah douleuo (δουλεύω) yang artinya diperbudak atau dibelenggu atau diperhamba, hal ini sama dengan “menundukkan diri”.
Kalau Paulus mengatakan bahwa dengan akal budinya ia melayani hukum Allah artinya bahwa Paulus menundukkan pikirannya pada kehendak Allah.
Paulus melakukannya dengan sengaja dan sadar. Ini berarti Paulus harus menggerakkan dirinya sendiri untuk menundukkan pikirannya kepada kehendak Allah. Paulus berusaha menundukkan pikirannya kepada hukum kesucian Allah.
Kemudian Paulus menyatakan: tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Tubuh insani dalam teks aslinya adalah sark (σαρξ) yang menunjukkan kepada daging yang memuat “kodrat dosa”, yang dalam teks aslinya adalah nomo hamartias (νομω αμαρτιας). Paulus jelas sekali menunjukkan bahwa ia masih memiliki kodrat dosa di dalam dirinya. Tetapi ini bukan berarti Paulus sengaja menundukkan diri kepada kehendak dosa atau kodrat dosa di dalam dirinya.
Kalimat ini sangat penting untuk diperhatikan. Seharusnya dalam terjemahan tersebut tidak ada kalimat “melayani hukum dosa”, sehingga kalimat dalam Bahasa Indonesia mengesankan bahwa Paulus sengaja menundukkan diri kepada dosa atau melayani kodrat dosa.
Dalam teks aslinya, Roma 7:26 tertulis: ara oun autos ego to men noi douleuo nomo theou te de sarki nomo hamartias (Αρα οὖν αὐτὸς ἐγὼ τῷ μὲν νοῒ δουλεύω νόμῳ θεοῦ τῇ δὲ σαρκὶ νόμῳ ἁμαρτίας).
Kalau kalimat Roma 7:26 dibagi dalam dua bagian, maka bagian pertama berbunyi: Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, dan kalimat berikutnya adalah: tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Kalimat pertama memuat kata douleuo, tetapi di kalimat kedua tidak terdapat kata douleuo. Memang kata douleuo bisa digunakan dalam dua kalimat tersebut, tetapi kita harus berhati-hati agar jangan menimbulkan kesan seakan-akan Paulus (sengaja) menundukkan diri kepada dosa untuk menuruti atau melayani kodrat dosa.
Paulus menundukkan pikirannya kepada hukum kesucian Allah, tetapi tidak dikatakan bahwa Paulus sengaja menundukkan diri kepada hukum atau kodrat dosa di dalam dirinya. Ada kalimat penting di kalimat pertama yaitu ego to men (ἐγὼ τῷ μὲν), yang artinya “aku sendiri dengan sungguh-sungguh”.
Supaya tidak salah mengerti yang dimaksud Paulus dalam Roma 7:26, maka mestinya ayat ini diterjemahkan : "Aku sendiri dengan sungguh-sungguh menundukkan pikiranku kepada hukum kesucian Allah, sementara aku masih tinggal dalam tubuh yang ada dalam kodrat dosa".
Kalimat ego to men, hanya ada di kalimat pertama, tetapi tidak ada pada kalimat kedua. Hal ini mengisyaratkan bahwa hal melayani hukum dosa, bukanlah tindakan yang sengaja dilakukan. Memang faktanya kadang-kadang masih terjadi tindakan yang menuruti kodrat dosa, tetapi tidak dengan sungguh-sungguh Paulus bermaksud menundukkan dirinya kepada dosa
Kalimat : … tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Jadi, sementara Paulus sungguh-sungguh bermaksud menundukkan dirinya kepada kehendak Allah, sementara itu ia masih ada dalam daging yang memiliki godaan untuk melawan kehendak Allah atau ia masih ada dalam kodrat dosa.
Dalam logika sederhana saja sangat jelas, bahwa sangatlah tidak mungkin Paulus yang menasihati jemaat untuk hidup menurut roh, tetapi dirinya sendiri tunduk kepada hukum dosa. Dalam tulisannya ini Paulus dengan jujur mengakui bahwa di dalam tubuhnya masih ada kodrat dosa. Itulah sebabnya Paulus berseru “celaka aku”.
Kata celaka dalam teks aslinya adalah talaiporos (ταλαίπωρος).
Kata talaiporos, artinya aku harus bekerja keras. Adapun untuk kata celaka yang benar-benar mendatangkan “bencana atau kecelakaan” dalam bahasa Yunani menggunakan kata ouai (οὐαί).
Jadi kata celaka di Roma 7:26 menunjukkan bahwa Paulus harus bekerja keras menaklukkan kodrat dosanya.
Dari kesaksian Paulus yang tertulis di dalam Roma 7:22-26 tersebut dapatlah diperoleh pelajaran rohani yang sangat berharga: Walaupun seseorang mengaku dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi Allah masih membiarkan ada kodrat dosa di dalam tubuhnya. Kodrat dosa orang percaya tidak otomatis lenyap pada waktu ia menyatakan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Dengan kenyataan ini, orang percaya harus berjuang untuk dapat mematikan kodrat dosanya. Proses ini dalam Roma 8:2 disebut sebagai hukum roh kehidupan.
Inilah perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1-2).
Orang percaya harus memenangkan perlombaan tersebut. Tuhan Yesus tidak menggantikan orang percaya untuk meraihkan kemenangan secara gratis. Tuhan Yesus dalam pengorbanan-Nya mencapai kemenangan bagi diri-Nya, dan dari kemenangan tersebut Ia dapat memberikan fasilitas keselamatan kepada orang percaya untuk dapat menang. Olehnya dalam kitab Wahyu Tuhan Yesus mengatakan bahwa ke tujuh jemaat harus menang seperti Dia menang.
Menang di sini artinya berhasil mengenakan kodrat Ilahi. Kemenangan ini bukanlah kemenangan gratis yang kita peroleh dari Tuhan, tetapi hasil dari perjuangan orang percaya untuk hidup menurut pimpinan Roh.
Kemenangan dalam hidup orang percaya dapat terjadi, jika orang percaya menundukkan pikirannya kepada kehendak Allah.
Itulah sebabnya dalam Roma 12:2, Paulus menasihati orang percaya untuk selalu melakukan pembaharuan pikiran.
Melakukan pembaharuan pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan adalah cara untuk menundukkan pikiran bagi Allah.
Terkait dengan hal ini dalam 2 Korintus 10:4 Paulus menyatakan : karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
Kuasa yang dimaksud adalah kebenaran Firman yang kita serap untuk dikenakan sebagai irama hidup yang permanen, sedangkan kata benteng-benteng adalah pikiran yang bukan berasal dari Allah.
Sesungguhnya peperangan berlangsung dalam pikiran. Kalau perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah perjalanan menempuh jarak, tetapi perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan mengubah manusia batiniahnya. Perubahan manusia batiniah dimulai dari pikirannya. Dalam 1 Korintus 10:1-13, Paulus mengingatkan bahwa kegagalan sebagian besar bangsa Israel mencapai tanah Kanaan menjadi contoh dan peringatan bagi kita. Ini berarti sebagaimana sebagian besar bangsa Israel gagal mencapai tanah Perjanjian, maka bukan tidak mungkin pula orang-orang Kristen gagal mengubah manusia batiniahnya, sehingga sampai mati belum hidup menurut roh.
Kemenangan orang percaya diawali dari usahanya untuk terus menerus memperbaharui pikiran dengan kebenaran Firman Tuhan.
Tuhan Yesus pun menyatakan kalau seseorang tetap di dalam Firman, artinya tekun belajar kebenaran Firman, maka ia dapat menjadi murid artinya bisa diubah oleh Tuhan. Selanjutnya, ia akan mengenal kebenaran dan kebenaran itulah yang memerdekakan (Yohanes 8:31-32).
Ini adalah sebuah perjuangan. Orang percaya dipanggil untuk berjuang menaklukkan dirinya kepada Tuhan dan hidup didalam standar kesucian-Nya.
Didalam Roma 7:25 Paulus bersyukur kepada Tuhan Yesus, sebab oleh fasilitas keselamatan yang disediakan ia mampu mencapai kesucian Allah dengan menaklukkan diri kepada Tuhan guna melakukan kehendak Bapa.
Itulah yang dimaksud dengan kemenangan yang sejati.
Paulus dengan sungguh-sungguh menundukkan diri kepada hukum Allah di mana pikirannya (akal budinya) melayani hukum Allah, walaupun dalam kenyataannya ia masih mengenakan tubuh yang berkodrat dosa. Perjuangan yang dilakukan semata-mata karena ia mengasihi Tuhan. Kalau kodrat dosa dengan mudah secara otomatis dicabut oleh Tuhan, maka orang percaya tidak dapat menunjukkan kesungguhannya untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Kalau orang percaya tidak mematikan kodrat dosa di dalam dirinya, dan tidak dengan sungguh-sungguh berjuang menaklukan diri kepada hidup didalam kesucian Tuhan maka ia tidak dapat membuktikan percayanya kepada Tuhan. Percaya berarti menyerahkan diri kepada obyek yang dipercayai. Kalau seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus, maka dengan tindakan ia harus menyangkal diri untuk selalu mengenakan kodrat Ilahi atau mengikut jejak Tuhan Yesus.
Berkenaan dengan hal ini seseorang harus dengan tegas memilih apakah ia memilih Tuhan Yesus yang berarti besedia menundukkan diri melayani hukum Allah, tunduk hidup didalam kesucian Allah dengan hidup menurut roh yang dipimpin oleh Roh Kudus atau memilih sebaliknya melayani diri sendiri dengan memuaskan kodrat dosanya.
Wahyu 3:5
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar