Kamis, 27 Juli 2017

PENGERTIAN SEMPURNA SEPERTI BAPA


Matius 5:48
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Orang-orang yang tidak mengenal Injil dengan benar maka akan menyebabkan ia tidak bertumbuh secara benar.
Kehidupan umat Perjanjian Lama hanya berkesempatan memilih satu dari dua opsi, yaitu menjadi baik(taat kepada taurat) atau jahat (meninggalkan taurat).
Tetapi untuk umat Perjanjian Baru atau orang Kristen memiliki tiga pilihan :
pertama, menjadi sempurna seperti Bapa (Matius 5:48), belajar memiliki pikiran dan perasaan Kristus atau memiliki kesalehan seperti Tuhan Yesus.
Kedua, cukup menjadi baik saja dengan standar agama pada umumnya yang kebaikan moralnya dilandaskan pada hukum (Ibrani 7:19).
Ketiga menjadi jahat (Matius 7:21) (tidak taat, meleset dari kehendak Tuhan).
Harus ditegaskan bahwa menjadi orang Kristen berarti harus menjadi saleh seperti Tuhan Yesus.
Orientasi hidupnya hanyalah menjadi sempurna seperti Bapa dan taat melakukan kehendak-Nya.

Pandangan bahwa manusia tidak bisa sempurna seperti yang dikatakan Tuhan Yesus kita harus sempurna sama seperti Bapa di sorga adalah sempurna, membuat kehidupan kekudusan dan kesalehan Kekristenan seseorang tidak bertumbuh secana normal seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Hal ini juga membuat mereka tidak memiliki usaha untuk menjadi sempurna dengan benar.
Pikiran seperti itu adalah “mental block” yang membuat seseorang menjadi tidak memiliki gairah yang proporsional untuk menjadi orang saleh Tuhan.
Karena dangkalnya pemahaman keselamatan oleh Anugrah-Nya, sehingga mereka berpikir menjadi orang baik saja sudah cukup dan yang penting mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka ia tetap ada dalam keselamatan-Nya.
Dengan masih memegang pandangan seperti ini maka sebenarnya mereka menjauhkan dari standar Kekristenan yang dikehendaki oleh Tuhan.

Kalau Tuhan berkata bahwa kita harus sempurna seperti Bapa di sorga (Matius 5:48) atau menjadi serupa dengan Tuhan Yesus (Roma 8:28-29), tentu ini bukan hanya kalimat yang menghiasi lembar Alkitab.
Orang percaya harus menerimanya dengan percaya dan tidak memandang Tuhan berdusta atas apa yang difirmankan-Nya.
Sempurna yang dimaksud oleh Tuhan Yesus harus dipahami dengan benar.
Kata sempurna dalam teks aslinya adalah teleios.
Kata teleios memiliki beberapa pengertian antara lain: (dibawa ke akhir atau ujungnya, tidak mengingini apa pun yang diperlukan untuk kelengkapan, mewujudkan integritas dan kebajikan manusia, bertumbuh secara penuh, dewasa, matang).
Kesempurnaan itu sendiri adalah hal mutlak dan absolut harus kita kejar untuk kita kenakan, ukurannya adalah Tuhan Yesus sendiri.
Kesempurnaan manusia memang tidak mungkin bisa menyamai kesempurnaan Tuhan sebab siapakah kita sehingga ingin menyamai Tuhan.
Yang dimaksud oleh Tuhan Yesus kita harus sempurna disini adalah masing-masing kita memiliki ukuran kesempurnaan yang telah ditetapkan Tuhan untuk dikenakan, artinya tuntutan yang diberikan kepada kita masing-masing individu berbeda-beda sesuai dengan ukuran segenap kemampuannya memberikan yang terbaik untuk Tuhan, dalam hal ini yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit pula (Lukas 12:48).
Masing-masing harus memberi penyembahan hidup dan pengabdian yang terbaik secara menyeluruh dan all out untuk terus mengenakan kebenaran-Nya, memuaskan hati Tuhan dengan tanpa batas dan tanpa ada yang disisakan untuk kesenangan diri dan kepuasan daging.

Kalau dikatakan bahwa kita harus sempurna seperti Bapa, bisa berarti bahwa perilaku kita sebagai anak-anak Allah harus melebihi ukuran kebaikan manusia dunia pada umumnya.
Itulah sebabnya dalam Matius 5 Tuhan Yesus membuat perbandingan antara hukum taurat/hukum yang diberlakukan kepada manusia pada umumnya dan hukum yang diberlakukan bagi anak-anak Allah.
Salah satunya dalam Matius 5:20 dikatakan : "Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".
Hal ini menunjuk orang percaya harus memiliki standar kesalehan lebih tinggi dari hanya sekedar menjalankan hukum agama saja atau yang kita sebut hanya bisa menjadi orang baik saja.
Yang dimaksud hidup keagamaan kita harus lebih benar dari ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi artinya menunjuk kesejajaran dengan perintah Tuhan Yesus agar hidup kita haruslah sempurna seperti Bapa di Sorga dimana semua tindakan kita, baik yang kita pikirkan, ucapkan dan lakukan, harus selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan dan tidak ada celah untuk berbuat dosa kesalahan dari sikap hati maupun sikap perilaku hidupnya.

Kalau segala sesuatu yang dipikirkan, diucapkan dan dilakukan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan berarti orang tersebut sudah memulai kehidupan yang mengenakan kodrat Ilahi yang memang hal itu sudah dipersiapkan dan disediakan Tuhan untuk diraih guna membunuh manusia lama yang berkodrat manusia daging.
Ini berarti telah terjadi perubahan, dari hukum dosa (kecenderungan manusia berbuat salah atau sesuai dengan keinginannya sendiri) menjadi manusia yang dalam segala tindakannya selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Untuk menjadi sempurna harus diusahakan dengan sangat serius oleh orang percaya sebab hal ini akan menutup ruang gerak dan peluang iblis untuk kembali menyesatkan pikiran dan perilaku yang bertentangan dengan kekudusan, kebenaran dan kehendak Allah.
Kesempatan belajar meraih kesempurnaan yang Tuhan sediakan adalah anugrah-Nya yang tersedia setiap hari untuk diraih menjadi milik kita.
Dengan intensifnya Roh Kudus menuntun kita kepada segala kebenaran-Nya agar kita memiliki kesalehan yang berstandar Tuhan Yesus; artinya seperti kesalehan yang telah dikenakan-Nya.
Setiap hari, ketika kita mulai membuka mata pada pagi hari, hendaknya kita menetapkan hati untuk berubah dan lebih peka mengerti kehendak Tuhan, berpikir dan berperasaan seperti Kristus (Filipi 2:4-7), yaitu bertumbuh menjadi orang saleh, berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bernoda dari menit pertama bangun dipagi hari sampai pada rebah kembali tubuh ditempat tidur.
Perlu kita sadari kesempatan untuk berubah memiliki waktu yang terbatas, olehnya waktu yang Tuhan berikan untuk kita belajar menjadi manusia yang dikehendaki-Nya adalah anugerah yang sangat mahal dan tidak boleh kita sia-siakan.

Menuju perubahan-perubahan hidup seperti yang Tuhan Yesus kehendaki harus selalu diperjuangkan dengan membangun suatu kepekaan belajar Injil setiap hari, selalu rindu datang kepada Tuhan duduk diam dibawah kaki-Nya guna mendengar suara-Nya, menangkap tegoran-tegoran-Nya dan semua nasihat serta tuntunan-Nya.
Proses inilah yang akan membawanya kepada kepekaan mengenakan kehidupan yang sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan.
Sehingga seseorang benar-benar mengerti apa yang diingini oleh Tuhan; apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
Orang-orang yang mau bersedia meresponi perkataan Tuhan Yesus mengejar dan mengenakan kesempurnaan seperti Bapa di Sorga (Matius 5:48), maka dalam level tertentu ia akan rela menyerahkan apa pun yang dimilikinya, semua kemampuan potensi diri, dan berkat-berkat yang telah dipercayakan oleh Tuhan pasti akan dimaksimalkan untuk membela bagi kepentingan Kerajaan Sorga.

Jika semua anak Tuhan mengenakan kesempurnaan seperti yang Tuhan Yesus kehendaki ini, dimana ia membawa kehidupannya semakin peka dengan pikiran, perasaan dan pimpinan Tuhan maka kehidupan ini akan menjadi sangat luar biasa indahnya dan pasti orang di sekitarnya akan mencium keharuman gambar Allah dalam setiap perilaku kebenaran, kekudusan dan kasihnya yang menjadi berkat bagi sesama, yang membuat Tuhan Yesus semakin dipermuliakan didalam irama hidup yang ditampilkannya.

Kolose 1:28
Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar