Jumat, 21 Juli 2017

TUJUAN SATU-SATUNYA PERJALANAN HIDUP ORANG PERCAYA


2 Petrus 3:11-13
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
12 yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.
13 Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.

Pada akhirnya perjalanan hidup manusia adalah, apakah ia diperkenan oleh Tuhan masuk ke dunia yang akan datang di langit baru dan bumi yang baru atau binasa untuk selama-lamanya di api kekal.
Petrus menuliskan bahwa bumi yang kita diami sekarang ini kelak akan hangus dan hancur oleh nyala api bahkan semua unsur yang ada dibumi hilang lenyap (2 Petrus 3:10).
Olehnya Rasul Petrus menasehati umat percaya untuk memperhatikan perkara-perkara rohani, kesucian dan kesalehan didalam hidup ini dan bukan perkara-perkara duniawi yang bersifat sementara bahkan kelak harus ditinggalkan.
Kalau sepintas di Perjanjian Lama menekankan hal-hal duniawi atau bendani, di lain pihak Perjanjian Baru menekankan hal-hal rohani.
Hal ini mengesankan bahwa Allah yang dinyatakan Alkitab bisa berubah.
Kalau demikian apakah Allah benar-benar bisa berubah, sementara terdapat banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah?
Sebenarnya Alkitab Perjanjian Lama tidak menekankan hal-hal duniawi semata-mata dan melupakan hal-hal rohani.
Abraham sebagai teladan iman kita yang hidupnya menjadi inspirasi dan pola iman kita menunjukkan kehidupan yang sangat rohani.
Ketaatannya kepada Allah sangatlah mutlak, ia rela melepaskan segala kesenangannya demi dapat menyenangkan dan memuaskan hati Allah. Pola iman Abraham sangat menunjukkan kehidupannya bukan terfokus kepada berkat jasmani tetapi kepada hal-hal yang sangat rohani.
Di zaman kegenapan menjadi rohani artinya memfokuskan diri kita kepada kesempatan untuk hidup mengambil bagian didalam kekudusan Allah, dan belajar dari pribadi yang Maha Agung Tuhan kita Yesus Kristus bagaimana menemukan kehidupan yang berkualitas tinggi sebagai anak-anak Kerajaan Allah yang dikehendaki oleh Allah yaitu menjadi serupa dan segambar seperti Kristus telah hidup.

Jika kita teliti sejarah bangsa Israel, sebenarnya bangsa itu bukanlah bangsa yang secara materi diberkati Tuhan. Dibanding dengan bangsa Cina, bangsa Israel jauh dari kejayaan.
Bangsa Cina bisa menguasai negerinya selama ribuan tahun. Sedangkan bangsa Israel hanya beberapa ratus tahun saja.
Perlu kita pertanyakan : Seberapa banyak berkat jasmani yang Tuhan berikan kepada umat Israel?
Berapa lama mereka menikmati tanah yang berlimpah susu dan madu?
Kalau kita mengamati kehidupan bangsa Israel, ternyata mereka tidak terlalu lama menikmati kemakmuran materi atau kemakmuran jasmani.
Dalam sejarah bangsa Israel tercatat bahwa selama 430 tahun mereka diperbudak bangsa Mesir. Sekitar tahun 1440 SM mereka meninggalkan Mesir. Selama 40 tahun mengembara di padang gurun.
Kemudian setelah menetap di tanah Kanaan (tahun 1400 SM), yaitu negeri perjanjian bagi keturunan Abraham, ternyata mereka tidak tidak terlalu lama menetap di sana, sebab mereka harus jatuh ke tangan berbagai musuhnya.
Israel Utara jatuh ke tangan bangsa Asyur tahun 722 SM dan Israel Selatan jatuh ke tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM.
Zaman yang paling gemilang hanya pada zaman Daud dan Salomo. Akhirnya bangsa Israel dibuang ke dalam pembuangan.
Mereka mendiami tanah Kanaan tidak lebih dari 700 tahun, itu pun selalu jatuh ke tangan musuh atau ditindas musuh-musuh di sekitar Kanaan.

Catatan sejarah paling tragis adalah ketika Yerusalem dihancurkan Jendral Titus dari Roma tahun 70. Sejak itu bangsa Israel tercerai berai (diaspora) ke seluruh dunia. Pada waktu perang dunia kedua tahun 1939 sampai 1945, enam juta orang Yahudi dibantai oleh Hitler. Sebenarnya sejak bangsa Israel jatuh ke tangan musuhnya tahun 722 SM dan 586 SM mereka tidak pernah memiliki kerajaan sendiri yang diperintah oleh keturunan Yahudi. Baru pada tanggal 14 Mei 1948 negara Israel sekuler dideklarasikan di Tel Aviv.
Banyak orang tidak memahami sejarah bangsa Israel, sehingga mereka selalu membayangkan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang diberkati Tuhan secara materi atau jasmani. Banyak orang menjadikan Abraham sebagai contoh seorang yang diberkati secara jasmani, tetapi mereka tidak melihat kehidupan Abraham yang sesungguhnya.
Hidup Abraham disita untuk sebuah pengembaraan untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan.
Segala sesuatu yang Abraham lakukan dalam menjalani hidupnya hanyalah untuk menemukan negeri yang Tuhan janjikan. Abraham sama sekali tidak mencari kenyamanan di bumi. Ia malahan meninggalkan Ur-Kasdim, meninggalkan kemapanannya untuk hidup sebagai pengembara mengikuti apa saja yang Tuhan perintahkan.

Kalau menghubungkan iman Abraham hanya dengan berkat jasmani, maka orang percaya akan kehilangan esensi kebenaran dari kehidupan sosok Abraham.
Negeri yang menjadi tujuan Abraham bukanlah tanah Kanaan di dunia ini, memang tanah Kanaan di Timur Tengah menjadi tanah perjanjian bagi keturunan Abraham.
Tanah itu diberikan Allah kepada keturunan Abraham untuk menggenapi lahirnya Mesias, yaitu agar semua bangsa di dunia diberkati oleh Tuhan dalam arti mereka berkesempatan diberi peluang yang sama dapat mengenal kasih karunia/anugerah keselamatan bagi mereka yang mau menyambut Tuhan Yesus, menerima Dia dan bersedia mengikuti jejak-Nya (Yohanes 1 :11-12).
Adapun tanah perjanjian bagi Abraham adalah negeri yang direncanakan dan dijanjikan oleh Tuhan. Tanah Kanaan di Timur Tengah hanyalah tempat menumpang sementara, bukanlah hunian tetap. Sedangkan Kanaan Surgawi di Langit Baru dan Bumi yang Baru adalah hunian tetap yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 14:1-3), inilah tempat tujuan akhir hidup orang percaya yang menantikan Tuhan Yesus dengan hati yang tertuju kepada Dia dan kerajaan-Nya (2 Korintus 5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia).
Negeri di Langit Baru dan Bumi yang Baru itulah yang dirindukan oleh Abraham dan para Rasul-Rasul Tuhan Yesus berserta para murid-murid lainnya sebagai tujuan akhirnya.
Sebagaimana tujuan akhir Abraham adalah Kerajaan Surga, maka orang percaya harus berprinsip dan berpendiran teguh seperti kehidupan Abraham yang menantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Ibrani 11:8-10
8 Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
9 Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
10 Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar