Senin, 27 November 2017

KONSEP YANG SALAH MENGENAI HARTA


Lukas 16:11-13
11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."

Untuk dapat melepaskan diri dari semangat zaman ini, seseorang harus memiliki konsep yang benar mengenai harta. Satu hal yang paling prinsip berkenaan dengan hal ini adalah bahwa semua yang kita miliki hari ini adalah “harta orang lain” (Lukas 16:12).
Harta kita sendiri sebenarnya nanti di dalam Kerajaan Surga, di langit baru dan bumi yang baru. Dengan hal ini, seseorang tidak dapat menjadi kaya di bumi sekaligus kaya di surga.
Ia harus memilih kaya di mana, di bumi atau di surga.
Kalau pun seseorang kaya secara materi di bumi ini, ia harus terus menerus dalam kesadaran dan pengakuan bahwa semua yang ada padanya adalah milik Tuhan atau hartanya Tuhan. Dengan demikian, di bumi ia memiliki pola atau gaya hidup seperti Tuhan Yesus ketika ada di bumi, yang prinsipnya adalah serigala memiliki liang dan burung mepunyai sarang, tetapi diri-Nya tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Di bumi hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Hampir semua manusia, termasuk orang-orang Kristen, merasa bahwa semua harta atau aset yang dimiliki adalah miliknya sendiri dan merasa berhak menggunakan sesuai dengan keinginannya. Itulah sebabnya mereka menggunakan hartanya tanpa persetujuan Tuhan, sebaliknya Tuhan malah digunakan untuk meraih harta dunia ini. Dengan gaya hidup tersebut mereka gagal menempatkan diri di hadapan-Nya. Mereka menjadi orang-orang yang terbelenggu oleh percintaan dunia. Tidak mungkin mereka dapat melayani Tuhan dan sesamanya secara benar. Sebaliknya, mereka memanipulasi Tuhan dengan sikap oportunis dan tidak memerdulikan sesama sesuai dengan hati Tuhan.

Terkait dengan hal ini kita harus memahami mengenai price and value (harga dan nilai). Price adalah harga, yaitu suatu ukuran yang diberikan kepada sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Sedangkan value atau nilai menunjuk kepada kandungan isi atau kadar kualitas pada sesuatu tersebut. Hampir semua manusia, termasuk orang-orang Kristen pada zaman ini, memberi harga atau price kepada sesuatu berdasarkan filosofinya yang salah.
Mereka memberi price atau harga pada banyak hal dengan tinggi, padahal value-nya rendah.
Sebaliknya, memberi harga atau price yang rendah kepada sesuatu yang nilai kandungan atau value-nya tinggi. Pemahaman mengenai price dan value pada sesuatu sangat tergantung dari pemahaman seseorang mengenai hidup ini.

Kalau mata pengertian seseorang tidak dicelikkan oleh kebenaran Firman Tuhan, maka ia tidak dapat memberi harga yang patut kepada sesuatu dan tidak bisa mengenali value dalam kehidupan ini.
Banyak orang menjadi sesat karena semangat zaman ini. Banyak orang telah memberi harga kepada sesuatu berdasarkan selera dan kebutuhan manusia yang fasik. Dunia dan segala keindahannya dianggap sebagai nilai tertinggi. Juga kehormatan, sanjungan, dan pujian dianggap sebagai kenikmatan jiwa. Selain itu, kenikmatan dosa dalam daging dari makan minum yang tidak proporsional sampai seks telah terbiasa menjadi irama hidup. Yohanes menyebutkan sebagai keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:15-17).

Harus jujur diakui banyak orang Kristen hidup dalam belenggu zaman ini, mereka menjadikan uang, harta, barang-barang mewah sebagai nilai diri, prestise dan kebahagiaan hidupnya, tetapi mereka tidak menyadarinya.
Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang yang letih lesu dan berbeban berat (Matius 11:28-29) sebab banyaknya keinginan mereka yang didorong oleh hawa nafsu duniawi yang sebenarnya akan membinasakan mereka.
Pada umumnya manusia terus-menerus berusaha menemukan kebahagiaan hidup yang berasal dari dunia ini sebagai perhentiannya. Karena tidak mengenal kebenaran, maka mereka menemukan perhentian yang salah.
Hal itu membelenggu mereka, sampai tidak bisa melepaskan diri sendiri dari belenggu tersebut. Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dimaksudkan untuk melepaskan umat pilihan dari belenggu tersebut. Untuk ini yang dibutuhkan adalah pengertian yang terus-menerus harus dibaharui oleh kebenaran Firman Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa kebenaran-Nya memerdekakan (Yohanes 8:31-32).

Sebagai umat yang dicelikkan terhadap kebenaran, kita harus memandang bahwa segala sesuatu yang kita miliki di bumi ini adalah milik Tuhan. Kita harus bekerja keras menambah uang dan harta, bukan untuk memperkaya diri sendiri, tetapi untuk dipergunakan melayani dan mengabdi kepada Tuhan demi kepentingan pekerjaan-Nya, mendukung pekerjaan Tuhan agar lebih maju dan berkembang.
Jika kita melakukan hal ini dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya kita sedang mengumpulkan harta kita sendiri di dalam Kerajaan Surga. Tentu sebenarnya kita ke surga bukan karena harta apa pun, tetapi karena Tuhan Yesus sendiri yang adalah harta kita. Dengan cara berpikir ini, kita dapat membangun gaya hidup melayani Tuhan sebagai fulltimer (melayani Tuhan disepanjang waktu hidup kita dengan tanpa batas). Inilah cara kita menantang zaman yang semakin fasik di akhir zaman ini.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar