Kamis, 30 November 2017

MEMILIKI KEPUASAN YANG KUDUS


Yakobus 4:1-4
1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?
2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
4 Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.

Hal yang sangat prinsip yang harus diperkarakan di hadapan Tuhan adalah gairah atau spirit apa yang menguasai hidup kita saat ini. Dari gairah tersebut akan terbukti selera jiwa seseorang. Orang-orang yang memiliki banyak keinginan untuk memuaskan hawa nafsu adalah orang-orang yang mengarahkan selera jiwanya kepada dunia. Mereka menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4).
Kata “hawa nafsu” dalam teks aslinya di Yakobus 4:1-3 adalah hedone (ἡδονή) yang artinya pleasure (kesenangan), enjoyment in an unfavorable sense (kesenangan atau kepuasan yang merugikan).
Kata hedone ini dalam Alkitab Bahasa Indonesia juga diterjemahkan “hawa nafsu”. Kata mengingini (Yakobus 4:2) dalam teks aslinya adalah ephitumeo (ἐπιθυμέω ; lust), yang artinya keinginan yang kuat atau sangat mengingini (covet, craved, longing, desire).

Dalam diri setiap orang Kristen ada pergumulan yang mengarahkan dirinya kepada selera rohani (surgawi) atau selera dunia ini. Perlu diingatkan di sini bahwa arah yang salah dalam waktu yang terlalu lama bisa membuat seseorang tidak bisa diubah lagi. Tidak ada kesempatan untuk merubah arah. Dalam Matius 10:39, Tuhan menyebutnya sebagai pergumulan kehilangan nyawa. Nyawa di sini adalah jiwa.
Di dalam jiwa ada pikiran, perasaan, dan kehendak. Di dalam jiwa ada selera. Kalau seseorang berhasil rela kehilangan kesenangan dunia ini, artinya mengarahkan dirinya kepada selera surgawi, maka ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia yang akan datang. Tidak mungkin orang yang selera jiwanya masih duniawi diperkenankan masuk Kerajaan Surga sebagai anggota keluarga Kerajaan.

Ternyata selama tiga setengah tahun Tuhan Yesus mendidik murid-murid, selera jiwa mereka belum berubah secara total. Setelah kebangkitan Tuhan Yesus, murid-murid masih menuntut agar Tuhan Yesus memulihkan Kerajaan Israel duniawi. Mereka masih berpikir duniawi. Mereka belum memindahkan hatinya ke dalam Kerajaan Surga. Mereka masih ingin membangun kerajaan mereka sendiri. Mereka masih memiliki cita rasa atau selera bumi ini, bukan langit baru dan bumi yang baru. Itulah sebabnya mereka harus menerima Roh Kudus yang menuntun mereka kepada segala kebenaran. Perubahan secara signifikan terjadi ketika mereka dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus membawa perubahan yang sangat luar biasa.

Sesungguhnya Bapa menghendaki agar orang percaya memiliki selera atau cita rasa rohani atau surgawi. Selera atau cita rasa rohani tersebut adalah gairah untuk menikmati kehidupan yang melakukan kehendak Allah dan menyelesaikan pekerjaan Allah Bapa, bukan menikmati yang lain (Yohanes 4:34).
Dengan melakukan itu Tuhan Yesus menikmati hidup-Nya sebagai Anak Allah yang dapat memuaskan hati Bapa (Matius 3:17).
Tuhan Yesus memuaskan diri-Nya secara benar.
Diri-Nya merasa puas ketika memuaskan atau menyenangkan Bapa-Nya. Seperti Tuhan Yesus, demikian pula seharusnya kita. Kepuasan diri anak-anak Allah adalah melakukan kehendak Bapa. Ini adalah kepuasan yang kudus.

Kebenaran ini tidak dikenal oleh banyak manusia hari ini. Mereka tidak mengenal kepuasan yang kudus tersebut. Mereka menikmati dirinya secara salah, yaitu memuaskan dirinya dengan fasilitas hidup dunia, kehormatan, sanjungan, dan pujian manusia. Inilah cara memuaskan diri versi anak-anak dunia yang dipersiapkan untuk dibinasakan. Dengan cara ini, Iblis menggiring mereka ke dalam api kekal. Dengan cara ini pula anak-anak manusia dibelenggu oleh kuasa kegelapan untuk menjadi mempelainya. Orang Kristen yang memuaskan diri dengan fasilitas dunia sama dengan bersekutu dengan Iblis atau menyembahnya. Ternyata bukan hanya orang-orang di luar gereja yang terjebak dalam pola hidup seperti ini, orang-orang Kristen pun banyak yang terjebak dalam kubangan ini. Tetapi mereka tidak menyadari keadaan mereka yang sangat membahayakan itu. Mereka masih menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Sementara itu mereka masih rajin ke gereja, bahkan mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan gereja.

Sebagai orang percaya yang sudah mengerti kebenaran, kita harus bersungguh-sungguh mengubah cita rasa jiwa atau selera duniawi kita dengan selera yang baru yang juga dimiliki oleh Tuhan Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa. Dalam hal ini, kita harus benar-benar memperkarakan apakah kita sudah sungguh-sungguh melakukan kehendak Bapa atau belum. Hal tersebut merupakan kepuasan jiwa kita dan menjadi selera jiwa yang permanen. Dengan selera atau cita rasa jiwa ini kita dapat menolak setiap tawaran yang diajukan oleh kuasa kegelapan, yaitu keindahan dunia ini. Seperti Tuhan Yesus dengan tegas menolaknya, kita pun juga harus dengan tegas menolaknya. Memang kita menjadi manusia yang “aneh” di mata manusia di sekitar kita, tetapi dengan cara ini kita menantang zaman yang semakin jahat ini.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar