Lukas 12:19-20
19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Salah satu yang mengikat kehidupan manusia zaman sekarang ini, yang juga menjadi salah satu semangat atau gairah zaman, adalah perasaan terlindungi dan bahagia yang ditopang oleh kekayaan dunia. Zaman sekarang ini, hampir semua orang berfilosofi demikian, bahwa materi yaitu uang menentukan segala hal, termasuk perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan hidup. Mereka merasa terlindungi dan menikmati kebahagiaan kalau uangnya banyak. Itulah sebabnya, kemiskinan merupakan hantu yang paling menakutkan bagi mereka, sebab orang miskin dianggap tidak aman dan tidak bahagia. Dengan filosofi tersebut maka segala usaha dan kegiatan hanya ditujukan untuk mengumpulkan uang demi memiliki perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan. Cara berpikir ini pasti mempengaruhi hidup semua orang di seluruh dunia, termasuk orang-orang Kristen. Akhirnya, perasaan terlindungi dan menikmati kebahagiaan sudah menjadi gaya hidup manusia pada umumnya.
Perasaan terlindungi dan bahagia tersebut baru disadari sebagai fantasi pada waktu ada perang, keadaan kacau karena terorisme, dan suasana kacau karena adanya suatu huru-hara lainnya. Kejahatan dan kekejaman manusia tidak bisa ditanggulangi dengan uang. Demikian pula, pada waktu ada di dalam pesawat yang mengalami kecelakaan di posisi belasan kilometer di atas bumi. Betapa pun canggihnya peralatan elektronik pesawat, tidak akan dapat mengalahkan ganasnya alam atau cuaca yang sedang bergolak. Juga pada waktu dokter menyatakan bahwa tidak ada lagi obat atau peralatan medis apa pun yang dapat menyembuhkan suatu penyakit, maka penderita penyakit barulah menyadari betapa tidak berdayanya manusia. Uang juga menjadi tidak berarti sama sekali ketika manusia menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, angin topan, dan lain sebagainya. Ketika manusia menghadapi bencana alam kita disadarkan betapa kecilnya manusia dan betapa tidak berartinya uang atau kekayaan kita.
Perasaan terlindungi dan bahagia tersebut baru disadari sebagai fantasi pada waktu ada perang, keadaan kacau karena terorisme, dan suasana kacau karena adanya suatu huru-hara lainnya. Kejahatan dan kekejaman manusia tidak bisa ditanggulangi dengan uang. Demikian pula, pada waktu ada di dalam pesawat yang mengalami kecelakaan di posisi belasan kilometer di atas bumi. Betapa pun canggihnya peralatan elektronik pesawat, tidak akan dapat mengalahkan ganasnya alam atau cuaca yang sedang bergolak. Juga pada waktu dokter menyatakan bahwa tidak ada lagi obat atau peralatan medis apa pun yang dapat menyembuhkan suatu penyakit, maka penderita penyakit barulah menyadari betapa tidak berdayanya manusia. Uang juga menjadi tidak berarti sama sekali ketika manusia menghadapi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, angin topan, dan lain sebagainya. Ketika manusia menghadapi bencana alam kita disadarkan betapa kecilnya manusia dan betapa tidak berartinya uang atau kekayaan kita.
Banyak orang tidak berpikir serius bahwa suatu saat pasti mereka ada di pembaringan terakhir. Ini adalah keadaan yang paling kritis dan krisis dalam sejarah kehidupan seseorang. Sebab dalam keadaan di ujung maut tersebut, tidak ada yang dapat menemaninya, apa pun dan siapa pun. Ia akan ada di kesendirian yang menggetarkan. Keadaan yang paling mengerikan adalah akhir sejarah dunia nanti. Firman Tuhan mengatakan bahwa pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (2 Petrus 3:10). Bumi ini akan menjadi lautan api yang luar biasa dan sangat mengerikan. Pada waktu itu tidak ada yang dapat menopang manusia. Harta atau uang sama sekali tidak berarti. Semua contoh yang ditunjukkan di atas menunjukkan betapa tidak berartinya kekuatan kekayaan dunia atau uang.
Terkait dengan hal tersebut Firman Tuhan mengatakan: “Kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Pernyataan Firman Tuhan ini menunjukkan agar kita lebih memedulikan keselamatan jiwa kita dari segala hal. Tuhan merencanakan keselamatan atas semua umat manusia, yaitu bagaimana mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Tuhan hanya memiliki rencana ini, tidak ada rencana lain. Orang yang tidak masuk dalam rencana ini tidak layak dilindungi, baik di bumi hari ini apalagi di kekekalan. Orang yang mencari kekayaan dunia untuk membangun perasaan terlindungi dan kebahagiaan, adalah orang-orang yang menolak rencana Allah. Mereka malah tidak terlindungi dan pasti binasa. Mereka pasti memberhalakan kekayaan.
Sebagai umat pilihan kita harus hanya fokus pada keselamatan yang Tuhan sedang kerjakan atas umat pilihan-Nya. Kalau kita masuk proyek ini, maka apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini mendatangkan kebaikan bagi kita. Kebaikan itu adalah menjadi serupa dengan Yesus, yang sama artinya berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Jadi, bukan hanya berstatus sebagai anak Alah, tetapi benar-benar berkeadaan sebagai anak Allah. Hanya orang yang berkeadaan sebagai anak Allah dalam karakternya, dinyatakan sah sebagai anak-anak Allah (Yun. huios), yaitu mereka yang telah mendapat didikan dari Bapa (Ibrani 12:5-10). Mereka yang tidak mendapat didikan adalah anak-anak gampang atau anak yang tidak sah (Yun. nothos).
Dengan menjadi anak-anak Allah (Huios) kita tidak perlu kuatir dan takut terhadap apa pun dan siapa pun. Dari hal ini seseorang merasa terlindungi dan memang terlindungi oleh tangan yang tidak kelihatan, yaitu tangan Bapa di Surga. Terlindungi oleh tangan Bapa, bukan berarti kita bebas dari persoalan dan kesulitan hidup. Tetapi apa pun yang terjadi semua dalam control dan monitor Bapa yang Mahakuat dan Mahakuasa. Lagipula, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan bagi kita untuk bisa serupa dengan Yesus. Perasaan terlindungi dan merasa bahagia didasarkan pada kekuatan kekayaan dunia adalah penyesatan yang harus ditelanjangi. Dengan demikian kita dapat menantang zaman ini.
Ketika kita masih mencintai dunia sebagai tempat mencari kebahagiaan hidup maka akan menjadi mustahil untuk kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.
Kita harus mulai dengan berani mencintai Tuhan lebih dari segala yang ada, maka Tuhan akan memproses kita untuk mendatangkan kebaikan, yaitu sampai kita bisa berkata " Hanya Tuhan lah kebahagiaanku".
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar