1 Timotius 6:6-10
6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.
8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Sesungguhnya pemenuhan kebutuhan jasmani tidak menjadi hal yang utama dalam hidup Kekristenan, Rasul Paulus mengatakan "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah".
Pada umumnya banyak orang tidak merasa cukup jika mereka belum mencapai keinginan untuk memiliki barang-barang tertentu seperti mobil dengan merek tertentu, tas dan handphone branded, perhiasan, uang deposito dalam jumlah tertentu dan barang-barang fana lainnya yang dianggap dapat memberi kebahagiaan hidupnya.
Orang-orang seperti ini sangat besar dikuasai gairah cinta akan uang yang juga sama dengan orang yang masih mau bersahabat dengan dunia.
Dalam 2 Timotius 3:1-5 salah satu ciri gairah atau spirit manusia pada zaman akhir ini adalah menjadi hamba uang. Dari hal ini, sangatlah jelas bahwa cinta uang yang Firman Tuhan nyatakan sebagai akar segala kejahatan, harus dibahas secara mendalam dan tepat (1 Timotius 6:10). Kata “cinta uang” dalam teks aslinya adalah philarguria (φιλαργυρία).
Kata ini gabungan dari dua kata, yaitu philar dan guria. Philar berasal dari kata phileo yang artinya bersahabat, bukan sekadar berteman; adapun guria berarti uang.
Kata “teman” dalam bahasa Yunani adalah hetairos.
Jadi, philarguria berarti bersahabat dengan uang. Hal ini menunjuk kedekatan dan keterikatan seseorang dengan uang.
Cinta uang artinya keadaan hati yang merasa tidak bahagia jika tidak memiliki uang dalam jumlah tertentu yang diharapkan dapat membahagiakan dirinya. Orang seperti ini akan selalu mengharapkan dan berusaha memiliki uang dalam jumlah yang lebih banyak untuk dapat memenuhi semua keinginannya guna membeli atau memperoleh sesuatu. Biasanya ia juga tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Sebenarnya, bukan uang itu sendiri yang dicintai, tetapi segala sesuatu dalam dunia ini (dari barang, kepuasan daging, kedudukan, dan kehormatan) yang dapat diraih dengan uang. Tentu semua itu diharapkan dapat membahagiakan hidupnya. Dengan demikian, orang seperti ini hidupnya bergantung pada kekayaan.
Karena uang, seseorang bisa membunuh, menipu, tidak setia kepada pasangan hidupnya, melanggar sumpah jabatan, korupsi, serakah, egois, sewenang-wenang terhadap sesama, kejam, perang, merusak ekosistem bumi, angkuh, lupa diri, berkhianat terhadap sesama, membangkitkan nafsu berkuasa, mengkhianati Tuhan, dan lain sebagainya. Orang yang bersahabat dengan uang atau cinta uang pasti memiliki watak jahat didalam dirinya.
Tuhan tidak akan berjalan dengan orang seperti ini. Orang yang tidak benar mengenai keuangan yang sama dengan “tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur”, tidak akan pernah dapat mengerti kebenaran, sebagaimana tertulis dalam Lukas 16:11, Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Sebenarnya kalimat “harta yang sesungguhnya” dalam teks aslinya adalah alethinon (ἀληθινὸν). Kata ini berarti kebenaran. Kata yang sama yang digunakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia mengatakan: Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Jadi, kalau seseorang cinta uang, maka ia tidak dapat mengenal kebenaran. Dengan demikian, orang yang tidak benar mengenai uang, tidak akan pernah dapat dimerdekakan dari dosa (Yohanes 8:31-36).
“Dosa” dalam teks aslinya di sini adalah hamartia (ἁμαρτία), yang artinya tidak mengenai sasaran atau meleset. Kata ini yang paling banyak digunakan dalam Injil.
Meleset atau yang sama dengan tidak mengenai sasaran, maksudnya adalah tidak sampai pada maksud Allah menciptakan manusia atau tidak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Inilah maksud keselamatan itu. Orang yang cinta uang pasti tidak mengalami keselamatan.
Seseorang yang sungguh-sungguh mau hidup dalam keselamatan Tuhan Yesus harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan kebenaran Injil secara utuh, memahami apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan menghidupinya dalam seluruh gerak dihidupnya, sebab hanya kebenaran-Nya yang memerdekakan.
Dengan demikian, orang yang tidak memiliki sikap yang benar terhadap uang tidak dapat dikembalikan ke rancangan semula Allah, sebab selalu meleset. Memang mereka bisa menjadi orang yang baik di mata masyarakat, tetapi ia tidak pernah bisa hidup dalam ketepatan sesuai dengan kehendak Allah, padahal panggilan orang percaya adalah panggilan untuk sempurna seperti Bapa; yaitu memiliki ketepatan berpikir, berucap, dan berperilaku yang serupa atau segambar seperti peragaan hidup Tuhan Yesus (Roma 8:29).
Tuhan Yesus mengatakan kita harus melepaskan diri dari segala milik agar layak menjadi murid-Nya (Lukas 14:33). Melepaskan diri dari segala milik berarti juga terlepas dari belenggu cinta uang. Orang yang masih terikat dengan percintaan uang, tidak akan dapat berubah dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi dan bertumbuh dalam keselamatan. Bisa dimengerti kalau orang muda yang kaya dalam Matius 19, walau sungguh-sungguh bermaksud mengikut Tuhan Yesus untuk memiliki hidup kekal, menjadi gagal. Karena hatinya telah terikat oleh kekayaan. Akhirnya, orang muda tersebut memilih dunia daripada mengikut Tuhan Yesus.
Oleh sebab itu seseorang harus bersikap benar terhadap uang agar tidak terjebak dalam cinta akan uang. Sikap yang benar adalah menjadikan kekayaan atau uang untuk bersahabat dengan Tuhan. Kita mengikatkan diri dengan Tuhan atau bersahabat dengan Tuhan, menggunakan Mamon atau uang.
Bukan sebaliknya, yaitu bersahabat dengan Mamon dengan menggunakan Tuhan.
Jadi, kalau kita bekerja mencari uang semata-mata karena kita mau melayani Tuhan bukan untuk memuaskan keinginan dan hawa nafsu daging kita.
Uang menjadi sarana yang luar biasa untuk memenuhi rencana Tuhan.
Kenyataan dalam hidup ini, uang sudah menjadi segala-galanya bagi hampir semua orang hari ini. Kita harus menantang keras filosofi cinta uang ini dalam kehidupan kita pribadi dan dalam gereja Tuhan. Kita sendiri harus melepaskan diri kita dari ikatan cinta uang, seberat dan sesulit apa pun usaha tersebut. Tidak terlepas dari belenggu cinta uang berarti membawa diri kepada kegagalan mengalami dan memiliki keselamatan. Inilah yang disebut sebagai dosa materialisme. Seseorang yang masih materialistis tidak akan dapat menantang zaman yang semakin jahat dan fasik ini, sebab ia sendiri menjadi bagian dan mengambil bagian dari perbuatan fasik di zaman tersebut.
Oleh sebab itu sebagai orang yang telah diberi anugerah untuk mengenal kebenaran Injil di zaman ini, kita jangan lagi mengambil bagian dalam dosa-dosa kefasikan dunia ini, jadilah penurut-penurut Allah yang senantiasa melakukan kehendak Allah di zaman ini, jadilah pribadi-pribadi yang menempatkan Tuhan Yesus ditempat yang terutama dalam seluruh gerak hidup kita, sebab hanya kepada Dia saja kita memberikan seluruh yang ada pada diri kita untuk mengabdi dan berbakti kepada kehendak-Nya.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar