Jumat, 24 November 2017

MELEPASKAN DIRI DARI ILAH ZAMAN INI


2 Korintus 4:3-4
3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

Dalam suratnya Paulus menunjuk adanya ilah zaman ini.
Ilah zaman ini menunjuk kepada semangat atau gairah zaman yang menguasai sebagian besar manusia pada zaman itu. Ilah di sini sama dengan berhala.
Pada dasarnya berhala sama artinya objek yang disembah dan dipuja.
Allah yang benar dan satu-satunya yang layak disembah adalah Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi ; Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 1:1-3), Dialah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah yang turun kedunia mengenakan tubuh manusia yang telah rela mati untuk menebus semua dosa-dosa kita dan pemerintahan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5:1).
Kalau seseorang menjadikan objek yang disembah bukan Allah yang benar, maka ia disebut sebagai penyembah berhala.
Berhala adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang melakukan pengabdian atau pelayanan, ia bisa berupa uang, barang, harta kekayaan, kehormatan, pangkat, jabatan, orang yang disayangi, bahkan hobi-hobi yang didalamnya seseorang hatinya dihanyutkan dan ditenggelamkan.
Berhala adalah sesuatu atau satu pribadi yang dianggap paling berharga, sebab mendatangkan kesenangan atau kebahagiaan, keuntungan, dan keamanan. Tentu saja berhala bagi seseorang adalah pusat kehidupan di mana seseorang bergantung dan jiwanya melekat. Seseorang tidak akan merasa lengkap tanpanya. Kehidupan ini akan menjadi sepi dan kosong tanpanya. Dengan demikian seseorang tidak bisa hidup tanpanya.
Kalau seseorang menjadikan Pribadi Tuhan semesta alam sebagai Allah, maka seseorang tidak bisa menikmati apa pun tanpa persekutuan dengan Dia, dan tanpa hidup dalam keharmonisan dengan Dia. Dia adalah Pribadi yang bisa membahagiakan jiwa manusia. Dengan demikian Tuhan adalah Pribadi yang bisa dinikmati. Berbeda dengan kuasa jahat yang hanya bisa memberi kebahagiaan atau kesenangan dengan menggunakan fasilitas materi dunia ini, sebab kuasa gelap atau iblis sendiri tidak dapat dinikmati. Iblis bisa menyenangkan jiwa manusia dengan berbagai fasilitas dunia sehingga manusia tidak merasa membutuhkan Tuhan, sampai jiwanya tidak dibiasakan menikmati Tuhan, sampai tidak akan pernah bisa menikmati-Nya. Dengan demikian, kalau seseorang bisa menikmati dunia ini tanpa persekutuan dengan Tuhan, berarti ia tidak menjadikan Tuhan semesta alam sebagai Allahnya. Itu berarti ia sedang menyembah iblis.
Ditinjau dari standar umat Perjanjian Baru, bangsa Israel sebenarnya memberhalakan kemakmuran, kejayaan, dan kenikmatan dunia ini. Mereka berurusan dengan Allah karena hendak mendapatkan kemakmuran jasmani. Tetapi tentu saja bangsa Israel tidak bisa dikenai ukuran kebenaran yang harus dikenakan oleh umat Perjanjian Baru. Sikap hidup mereka masih bisa ditolerir. Seperti yang dikemukakan di atas berkenaan dengan keberhalaan, bahwa yang bermain adalah sikap batiniahnya. Hendaknya kita tidak berpikir, bahwa hanya orang yang pergi ke dukun atau mempunyai jimat yang dianggap sebagai memiliki berhala dan bersikap durhaka kepada Tuhan. Walaupun seorang Kristen tidak pergi ke dukun, tetapi kalau kesenangan hidupnya tertumpu pada objek tertentu selain Allah pencipta langit dan bumi, maka itulah berhalanya. Paulus mengatakan kepada jemaat Filipi mengenai orang-orang yang tuhannya adalah perut mereka sendiri. Di sini, allah mereka adalah kepuasan duniawi.

Sebenarnya banyak orang Kristen tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka masih memiliki banyak berhala. Tetapi mereka merasa tidak memberhalakan sesuatu, hal ini karena mereka merasa berurusan dengan Tuhan sebagai orang yang beragama dan mengambil bagian dalam pelayanan. Seharusnya, untuk menjadikan Tuhan semesta alam sebagai Allah, seseorang harus melepaskan semua yang dipandang yang dapat menjadi berhalanya. Contoh kecil dalam kehidupan ini sering kali seseorang lebih senang menghabiskan waktunya didepan layar televisi, menonton film sinetron berjam-jam dari pada memberi waktu membaca Alkitab dan mengenal kebenaran-Nya. Dalam hal ini televisi dan tontonan tersebut sudah menjadi berhalanya.
Untuk melepaskan kebiasaan ini tentu saja ini bukan sesuatu yang mudah.
Jiwa, pikiran dan rohnya harus diisi dengan kebenaran Firman Tuhan secara ketat dan memadai setiap hari, kebenaran-kebenaran yang diserapnya tersebut akan menyadarkannya bertapa dalamnya ia telah jatuh dan jauh dari hidup dalam kehendak Tuhan.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berkomitmen menjadikan Tuhan sebagai kesenangan hidup satu-satunya, Tuhan pasti memampukan kita untuk hanya menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya Pribadi, Objek penyembahan seluruh hidup kita.

Sesungguhnya keterikatan dengan dunia ini adalah suatu perhambaan, artinya kepada siapa hati seseorang terikat kepadanya ia mengabdikan dirinya. Sebagai orang percaya yang mengerti kebenaran, kita harus berani menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaan dan perlindungan satu-satunya. Tidak ada yang kita andalkan selain Tuhan. Dengan demikian kita tidak memiliki berhala apa pun. Dengan sikap ini juga secara tidak langsung ini kita menantang zaman yang fasik dan jahat ini.

Wahyu 21:8 
Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar