1 Korintus 7:23
Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.
Rasul Paulus menyatakan orang percaya telah dibeli lunas oleh Tuhan agar mereka mengabdikan diri menjadi hamba Kristus dan bukan menjadi hamba manusia.
Menjadi hamba Kristus artinya tidak lagi menjadi hamba dosa, apa yang ia perbuat semua ditujukan untuk pengabdian kepada Tuhan dan keinginan Tuhan semata-mata.
Namun satu hal yang harus selalu diingat, Tuhan tetap memberikan kehendak bebas untuk memilih dalam bertindak, apakah hendak kita tujukan bagi kemuliaan Kristus ? atau untuk kemuliaan diri sendiri dan untuk kepentingan pribadi ?.
Jika yang kita lakukan bukanlah untuk kepentingan Tuhan Yesus dan kerajaan-Nya sebenarnya kita sedang menjadi hamba dunia ini atau menjadi hamba atas diri kita sendiri.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk bebas, artinya manusia memiliki kehendak bebas yang dapat diarahkan oleh masing-masing individu tanpa dikendalikan oleh pihak lain.
Tuhan sendiri tidak mengintervensi kehendak bebas manusia. Tuhan mengakui dan menghormati kedaulatan manusia.
Hal ini merupakan sesuatu yang dahsyat, sebab hal ini bisa membawa manusia kepada kebinasaan atau kemuliaan.
Manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya atau free will dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya.
Tuhan sebagai Hakim menegakkan hukum itu dengan segala resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi Tuhan sendiri. Dalam hal ini, bagaimanapun manusia harus tunduk kepada hukum “tabur tuai” (Galatia 6:7-9).
Ke mana arah langkah hidup seseorang ditentukan oleh keinginannya. Apakah seseorang membawa diri ke Kerajaan Terang atau kerajaan kegelapan, hal ini tergantung dari apa yang memenuhi hatinya. Apa yang memenuhi hatinya diperankan oleh apa yang memenuhi pikirannya. Setiap langkah dari keinginan seseorang hari ini, menentukan nasib kekalnya. Sering terjadi, keputusan beberapa menit menentukan kekekalannya. Nasib Esau ditentukan beberapa menit ketika ia menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan (Ibrani 12:16-27). Oleh sebab itu betapa berartinya menit demi menit hidup ini, sebab menentukan nasib kekal yang tiada batas. Kalau hati dipenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan berarti menggiring manusia itu kepada kebinasaan.
Alkitab Perjanjian Baru menunjukkan bahwa sebuah pelanggaran atau dosa terjadi bukan hanya setelah dilakukan secara fisik, tetapi keinginan yang tidak proporsional sudah dapat mengkondisi dosa (1 Timotius 6:10).
Tuhan sendiri tidak mengintervensi kehendak bebas manusia. Tuhan mengakui dan menghormati kedaulatan manusia.
Hal ini merupakan sesuatu yang dahsyat, sebab hal ini bisa membawa manusia kepada kebinasaan atau kemuliaan.
Manusia dikendalikan oleh kehendak bebasnya atau free will dalam menentukan nasib atau keadaan dirinya.
Tuhan sebagai Hakim menegakkan hukum itu dengan segala resiko dan konsekuensinya, baik bagi manusia maupun bagi Tuhan sendiri. Dalam hal ini, bagaimanapun manusia harus tunduk kepada hukum “tabur tuai” (Galatia 6:7-9).
Ke mana arah langkah hidup seseorang ditentukan oleh keinginannya. Apakah seseorang membawa diri ke Kerajaan Terang atau kerajaan kegelapan, hal ini tergantung dari apa yang memenuhi hatinya. Apa yang memenuhi hatinya diperankan oleh apa yang memenuhi pikirannya. Setiap langkah dari keinginan seseorang hari ini, menentukan nasib kekalnya. Sering terjadi, keputusan beberapa menit menentukan kekekalannya. Nasib Esau ditentukan beberapa menit ketika ia menukar hak kesulungannya dengan semangkuk makanan (Ibrani 12:16-27). Oleh sebab itu betapa berartinya menit demi menit hidup ini, sebab menentukan nasib kekal yang tiada batas. Kalau hati dipenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan berarti menggiring manusia itu kepada kebinasaan.
Alkitab Perjanjian Baru menunjukkan bahwa sebuah pelanggaran atau dosa terjadi bukan hanya setelah dilakukan secara fisik, tetapi keinginan yang tidak proporsional sudah dapat mengkondisi dosa (1 Timotius 6:10).
Dalam Yakobus 1:13-15 ditulis: Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.
Setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri sehingga mereka jatuh kedalam berbagai macam dosa.
Oleh karena itu melakukan keinginan Tuhan semata-mata harus menjadi irama dan gaya hidup kita satu-satunya sehingga apa yang kita lakukan tertuju kepada kehendak dan rencana Tuhan.
Kalimat dalam Doa Bapa kami: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, dimaksudkan agar kita selalu membawa diri kita kepada keinginan yang sesuai dengan Tuhan.
Untuk itu kita harus berani menanggalkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan. Bagaimanapun manusia pasti memiliki keinginan. Tetapi orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan akan mengisi jiwanya dengan keinginan atau kehendak Tuhan saja. Sehingga jiwanya menjadi bejana di mana keinginan dan kehendak Allah dituangkan. Hal ini akan membuat hanya kehendak Tuhan yang menguasai kehidupan orang tersebut. Dalam hidup ini, kita harus hanya mau melakukan kehendak Tuhan. Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Tuhan tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya. Orang seperti ini, tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya, yaitu mereka yang tidak berkeinginan melakukan keinginan atau kehendak-Nya (Matius 7:6).
Kita melakukan keinginan Tuhan karena kita mau membahagiakan hati Tuhan, dalam kesadaran bahwa sebenarnya kita tidak berhak menyenangkan diri sendiri. Oleh sebab itu sebelum melakukan keinginan Tuhan, kita harus terlebih dahulu menanggalkan keinginan kita sendiri. Hal ini kita lakukan dengan sukacita dan rela bukan sebagai suatu beban. Kita memandangnya sebagai suatu kehormatan dan anugerah. Orang yang melakukan keinginan-keinginan Tuhan adalah orang yang menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Hidupnya menjadi bahagia dan bersih sebab orang yang menjadikan Tuhan kegembiraan, pasti hidupnya cenderung bersih. Sebaliknya, orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya, cenderung kotor. Oleh sebab itu kita tidak boleh mengatur diri sendiri. Semakin kita mengatur diri sendiri, maka semakin sulit untuk mengerti kehendak Tuhan. Tetapi semakin seseorang memiliki kesediaan menyerah kepada kehendak Tuhan dan berkerinduan menyenangkan hati-Nya, semakin ia mengerti apa yang Tuhan kehendaki.
Menurut pemikiran kebanyakan orang modern sekarang ini, pikiran manusialah yang utama dan manusia itu sendiri yang berhak bertindak sesukanya. Irama hidup seperti ini sudah merupakan irama hidup manusia pada umumnya, khususnya di zaman ini. Tetapi sebagai orang percaya yang mengenal kebenaran, haruslah kita menolak sikap hidup yang salah tersebut. Kita bersedia untuk hidup hanya untuk melakukan kehendak Tuhan dan membahagiakan hati-Nya. Dengan demikian kita dapat menantang zaman yang jahat dan fasik ini.
Untuk itu kita harus berani menanggalkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Menanggalkan keinginan bukan berarti tidak memiliki keinginan. Bagaimanapun manusia pasti memiliki keinginan. Tetapi orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan akan mengisi jiwanya dengan keinginan atau kehendak Tuhan saja. Sehingga jiwanya menjadi bejana di mana keinginan dan kehendak Allah dituangkan. Hal ini akan membuat hanya kehendak Tuhan yang menguasai kehidupan orang tersebut. Dalam hidup ini, kita harus hanya mau melakukan kehendak Tuhan. Orang yang berhasrat melakukan kehendak Tuhan akan diberi kepekaan untuk mengerti apa yang dikehendaki-Nya. Tetapi kalau seseorang tidak berhasrat melakukan kehendak Tuhan, Tuhan tidak akan memberitahu apa yang dikehendaki-Nya. Orang seperti ini, tidak memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Tuhan. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai tinggi atau berharga kepada mereka yang tidak layak menerimanya, yaitu mereka yang tidak berkeinginan melakukan keinginan atau kehendak-Nya (Matius 7:6).
Kita melakukan keinginan Tuhan karena kita mau membahagiakan hati Tuhan, dalam kesadaran bahwa sebenarnya kita tidak berhak menyenangkan diri sendiri. Oleh sebab itu sebelum melakukan keinginan Tuhan, kita harus terlebih dahulu menanggalkan keinginan kita sendiri. Hal ini kita lakukan dengan sukacita dan rela bukan sebagai suatu beban. Kita memandangnya sebagai suatu kehormatan dan anugerah. Orang yang melakukan keinginan-keinginan Tuhan adalah orang yang menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya. Hidupnya menjadi bahagia dan bersih sebab orang yang menjadikan Tuhan kegembiraan, pasti hidupnya cenderung bersih. Sebaliknya, orang yang tidak menjadikan Tuhan sebagai kebahagiaannya, cenderung kotor. Oleh sebab itu kita tidak boleh mengatur diri sendiri. Semakin kita mengatur diri sendiri, maka semakin sulit untuk mengerti kehendak Tuhan. Tetapi semakin seseorang memiliki kesediaan menyerah kepada kehendak Tuhan dan berkerinduan menyenangkan hati-Nya, semakin ia mengerti apa yang Tuhan kehendaki.
Menurut pemikiran kebanyakan orang modern sekarang ini, pikiran manusialah yang utama dan manusia itu sendiri yang berhak bertindak sesukanya. Irama hidup seperti ini sudah merupakan irama hidup manusia pada umumnya, khususnya di zaman ini. Tetapi sebagai orang percaya yang mengenal kebenaran, haruslah kita menolak sikap hidup yang salah tersebut. Kita bersedia untuk hidup hanya untuk melakukan kehendak Tuhan dan membahagiakan hati-Nya. Dengan demikian kita dapat menantang zaman yang jahat dan fasik ini.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar