Kamis, 09 November 2017

MATA HATI YANG SELALU TERTUJU KEPADA TUHAN


Ibrani 12:1-2
1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Ada banyak mata yang akan menyaksikan cara hidup kita selama kita hidup dibumi ini, Alkitab mengatakan kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengililingi, saksi tersebut adalah Allah sendiri melalui Roh Kudus-Nya.
Jika seseorang taat dalam pimpinan Roh Kudus, hidup menurut jalan kebenaran yang ditunjukkan-Nya maka mereka akan diakui dan disebut anak-anak Allah.
Oleh sebab itu Alkitab menasihatkan kita untuk menanggalkan beban dan dosa.
Beban adalah keterikatan seseorang terhadap percintaan dunia, seperti cinta uang, harta jabatan, kehormatan, materialisme dan lain-lain.
Dosa adalah keterikatan seseorang hidup didalam keinginan/kehendak diri sendiri didalam daging, tidak tunduk kepada pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan.
Orang-orang yang masih terikat dalam beban dan dosa maka pusat hidupnya tidak lagi tertuju kepada Tuhan.
Seseorang yang materialistis menempatkan harta sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang gila hormat menempatkan hormat sebagai pusat kehidupannya; seorang yang terobsesi menjadi terkenal menempatkan popularitas sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang mendewakan kecantikan menjadikan kecantikan sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang mendewakan gelar akademis menempatkan pendidikan sebagai pusat kehidupannya; seseorang yang beragama menjadikan hukum dan ritual sebagai pusat kehidupannya. Hal terakhir inilah yang akan menjadi pusat renungan kita.

Manakala kita menjadi umat pilihan, maka kita harus terus belajar menempatkan Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan kita.
Pusat disini sama artinya dengan fokus, tujuan, arti atau makna dan nilai. Menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan berarti menjadikan-Nya sebagai fokus hidup, tujuan, arti atau makna dan nilai kehidupan ini. Tanpa Tuhan, hidup ini tidak bertujuan, tidak berarti, tidak bermakna dan tidak bernilai sama sekali.
Bila kita menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan, kita tidak memiliki tujuan lain dalam seluruh kegiatan hidup kita, kecuali untuk kemuliaan Tuhan.
(1 Korintus 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah).
Kita tidak akan merasa rendah diri hanya karena masalah penampilan, kekayaan, gelar, pangkat atau apa pun. Kita tetap akan merasa bernilai dan berharga karena dikasihi Tuhan sebagai arti dan nilai kehidupan kita.
Di dalam Injil Matius 10:37 Tuhan Yesus memberi pernyataan tegas kepada orang percaya untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupannya dan tidak boleh ada hal yang lain menyaingi hal ini.
Ini berarti kita harus sadar bahwa hidup kita ini hanya untuk memuaskan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya semata-mata. Sesungguhnya inilah tujuan Tuhan menciptakan manusia.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya akan berkata seperti Tuhan Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yohanes 4:34).
Inilah yang namanya hidup bagi Tuhan; intinya adalah berusaha mengerti kehendak Tuhan dan melakukan kehendak-Nya itu.
Hidup seperti ini yang dimaksud kehidupan orang yang kehilangan nyawanya (Matius 10:39), tidak memiliki kesenangan hidup lainnya selain hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya.
Kata “nyawa” dalam teks ini adalah (psykhé) yang lebih tepat diterjemahkan “jiwa”.
Dalam jiwa ada pikiran, perasaan dan kehendak.
Jadi orang yang berpusat kepada Tuhan, tidak lagi memiliki keinginan apapun dalam hidup ini, kecuali keinginan melakukan kehendak Bapa.
Pikiran, perasaan dan kehendaknya ditaklukkan untuk melakukan segala sesuatu yang Tuhan inginkan.
Segala sesuatu yang diingini dan dilakukannya selalu dihubungkan dengan kepentingan Tuhan. Jika Tuhan tidak ikut menikmati apa yang diingininya, ia juga akan memilih untuk tidak mengingininya.
Dan sesungguhnya orang seperti inilah yang lebih kaya dari orang-orang memiliki harta kekayaan duniawi, karena orang-orang yang mata hatinya selalu tertuju kepada Tuhan dan menjadikan-Nya sebagai pusat kehidupan maka hidupnya akan berfokus untuk mengumpulkan hartanya di surga.
Kerinduan dan hasrat hidupnya hanyalah ingin mengerti isi hati Tuhan dan melakukannya dimana Tuhan sebagai pusat/fokus dan tujuan kehidupan satu-satunya.
Baginya Tuhan adalah segala-galanya dalam hidup ini, hidup bagi Tuhan dan kerajaan-Nya, menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan sempurna adalah kebutuhan hidup yang tidak akan tergantikan dengan apapun juga.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar