Rabu, 01 November 2017

ANAK KECIL DAN KERAJAAN ALLAH


Matius 18:1-6
1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka
3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."
6 "Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.

Dosa telah membelokkan hati manusia tidak hidup takut akan Allah, melainkan mencari kekuasaan untuk memuliakan diri.
Perdebatan para murid Yesus tentang siapakah yang terbesar menjadi diskusi sengit.
Pemikiran itu muncul karena para murid masih memiliki cara pandang hidup anak dunia yang menginginkan kehormatan dimata manusia.
Ketika Tuhan Yesus mendengar pertanyaan para murid Ia sama sekali tidak marah karena Ia memaklumi pikiran mereka. Ia mengambil anak kecil sebagai jawaban atas perdebatan mereka. Dengan memakai contoh anak kecil, Tuhan Yesus ingin memperlihatkan bahwa menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Allah tidak gampang.

Menjadi yang terbesar bukanlah hal utama, penekanan Tuhan agar murid-murid lebih memperhatikan cara hidupnya, Tuhan Yesus menjelaskan cara hidup sebagai anggota keluarga kerajaan Allah harus memenuhi beberapa hal :
Pertama, pertobatan sejati (Matius 18:3).
Pertobatan yang dimaksud Tuhan Yesus adalah "Metanoia" yaitu pertobatan yang menunjukkan perubahan pola hidup, pikir, dan perilaku dari manusia lama ke manusia baru (Efesus 4:22-32).
Kedua, kerendahan hati (Matius 18:4).
Rendah hati berarti tidak mendahulukan ego diri, menjadi terkecil, selalu mau belajar dan kesediaan menjadi pelayan bagi sesama.
Ketiga, menjunjung tinggi nilai kebenaran sebagai gaya hidup (Matius 18:5-6).
Barang siapa berbuat kebenaran mereka berasal dari Allah dan menyambut Tuhan Yesus didalam hidupnya.
Anak kecil adalah lambang dari Kerajaan Allah dimana terdapat kejujuran, ketulusan, dan kemurnian hati.
Tidak ada tipu daya dalam pikiran dan perkataan seorang anak kecil sebab mereka tampil apaadanya dengan kepolosan mereka.
Dalam masyarakat pada umumnya, anak kecil sering diremehkan dan ditipu karena kepolosannya. Mereka hanya menjadi objek manipulasi orang dewasa. Karena itu, Tuhan Yesus mengecam mereka yang berupaya menghasut dan menanamkan nilai-nilai kejahatan dalam pola pikir anak kecil (Matius 18:6-9).

Oleh sebab itu kita semakin mengerti perkataan Paulus bahwa Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17).
Melalui Roh Kudus, Tuhan hendak mengubahkan, mendidik, memimpin, mengajarkan kita kepada pengenalan akan kebenaran-Nya yang sejati untuk menjadi peragaan hidup kita sebagai anak-anak Kerajaan Allah.
Oleh sebab itu kita harus selalu tampil hidup didalam kebenaran-Nya, menghadirkan Kerajaan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita sebagai respon kita atas kebaikan Allah yang bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi hidup kita.
Menghadirkan Kerajaan Allah berarti kesediaan kita bertobat dari cara hidup manusia lama kita untuk kemudian dengan rendah hati belajar dari pada-Nya, mengikuti jejak-Nya, menghidupi jalan kebenaran yang diajarkan Tuhan Yesus melalui Injil-Nya dan membantu orang lain mengalami hal yang sama dimana Tuhan Yesus yang menjadi teladan hidup kita semua didalam kebenaran yang sejati.
Amin.

1 komentar:

  1. Makasih sudah disetujui komen saya. Infokan saya bila anda berkenan untuk tukar link. Terima kasih lagi sebelumnya. Renungan Rohani Online

    BalasHapus