Senin, 17 April 2017
HIDUP DALAM PERTOBATAN YANG SEJATI
Wahyu 3:19
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Menemukan hidup seperti yang Tuhan kehendaki bukan sesuatu yg sederhana.
Ini adalah sesuatu yang benar-benar sukar.
Sukarnya terletak pada beberapa hal:
1. Kita adalah manusia berdosa yang di dalam diri kita mengalir hasrat/kekuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan (Roma 7:21-26).
Kita dipanggil untuk berusaha berkenan kepada Tuhan (2 Korintus 5:9-10). Sebuah usaha berjalan dalam Roh, tidak hidup menurut daging (Roma 8:9; Galatia 5:18, 24-25).
2. Kita sudah terpengaruhi oleh model atau gaya anak-anak dunia sehingga apa yang kita miliki hari ini sudah merupakan model atau gaya hidup yang tidak sewarna dengan Injil. Banyak orang sudah terbiasa dengan model atau gaya hidup seperti itu. Dalam hal ini kita dipanggil untuk mengalami pembaharuan pikiran setiap hari (Roma 12:2).
3. Dunia dimana kita hidup ini semakin jahat, kuasa gelap berkerja dengan giat merusak pola hidup umat pilihan Tuhan. Bagaimana menemukan hidup yang dikehendaki Tuhan merupakan perbaruan yang tidak mudah. Tetapi menjelang akhir jaman kita harus lebih bersungguh-sungguh.
Proses pertobatan yang sejati sama dengan proses ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang kita warisi dari nenek moyang,
Dalam 1 Petrus 1:18-19 dinyatakan bahwa Tuhan menebus kita dari cara hidup kita yang sia-sia yaitu cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang.
Kalimat tradisi nenek moyang terjemahan teks asli dari “anastrophes patroparadotou” yang bisa berarti gaya hidup orang tua atau nenek moyang.
Untuk ini, kita dipanggil untuk memiliki ketaatan yang sungguh-sungguh untuk hidup baru sesuai dengan kekudusan Allah (1 Petrus 1:14-17,22).
Cara hidup baru ini bukan hanya berbicara mengenai moral atau perilaku, tetapi juga fokus atau tujuan hidup.
Seorang yang telah diperbaharui akan memiliki fokus hidup kepada perkara-perkara yang diatas.
Kalau ada cara hidup yang sia-sia tentu ada cara hidup yang tidak sia-sia pula.
Cara hidup yang benar adalah kehidupan yang dimiliki Tuhan, dalam penurutan kepada kehendak-Nya dan hidup dalam pengabdian sepenuh kepada-Nya.
Dengan pencurahan darah Yesus kita menjadi milik Tuhan (1 Korintus 6:17-20).
Dengan pencurahan darah-Nya kita tidak lagi dapat dimiliki oleh iblis tetapi kita dapat dimiliki oleh Allah asal kita mau menurutinya dan tidak memberi diri diperhamba oleh dosa (Galatia 5:1).
Kehidupan kita harus ditundukkan kepada pengaturan Allah yaitu melalui Firman-Nya. Tuhan memberi kita benih-Nya agar kita mampu hidup dalam pengaturan Allah.
Asal kita mau melangkah dalam pimpinan Roh Kudus setiap saat dengan ketaatan tanpa batas. Sebelum kita ditebus dengan darah Yesus kita tidak dapat hidup dalam pengaturan-Nya, sebab yang mengikat kita adalah tradisi nenek moyang, cara hidup leluhur kita yang tidak mengenal kebenaran. Tetapi setelah ditebus oleh darah Yesus kita hidup di dalam “gaya hidup” anak-anak Allah.
Seorang yang mengalami pertobatan sejati mengarahkan hidup kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja. Ini sama dengan bahwa hidupnya berpusat kepada Tuhan.
Tetapi orang percaya tidak dapat hidup berpusat pada Tuhan selama ia masih memiliki hati yang mendua.
Mendua hati berarti masih mencintai dunia dengan segala kesenangan didalamnya. Mencintai dunia ditandai dengan harapan bisa dibahagiakan dengan menikmati kesenangan yang didasarkan kepada fasilitas dunia ini.
Alkitab berkata bahwa orang yang mendua hati tidak tenang dalam hidupnya.
Kalau ada orang Kristen yang hatinya masih mendua tetapi hidupnya masih bisa tenang, berarti ia tidak memiliki nurani anak Allah yang benar. Ia bukan warga Kerajaan Sorga yang baik. Ia berbakat masuk neraka.
Karenanya, orang percaya harus berani memancangkan perhatian dan tujuan hidupnya hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Harus diakui bahwa arah perjalanan hidup manusia dewasa ini makin tidak jelas.
Sebagian besar orang tenggelam dalam kesibukan melakukan berbagai kegiatan yang hanya sekedar untuk mempertahankan hidup yang orientasinya untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagian lain berusaha untuk menikmati hidup dengan segala caranya, bahkan dengan cara yang melanggar moral umum.
Inilah orang-orang masih mengarahkan tujuan hidupnya kepada dunia ini dan bukan kepada kerajaan surga.
Rasul Paulus dalam suratnya berkata: “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul” (1 Korintus 9:26).
Bagai seorang atlet yang sedang turun di medan pertandingan ia tahu persis dimana garis akhirnya, ia tahu kemana seharusnya ia melangkah.
Perhatikan kata "berlari", bukan berjalan.
Hal ini menunjuk kepada pergumulan kompetisi yang hebat dalam pertandingan itu.
Bukan hanya kecepatan langkah yang harus dimilikinya tetapi juga arah langkahnya.
Hidup ini adalah sesuatu yang sangat hebat, pergumulan yang luar biasa artinya sesuatu yang harus dilakukan secara serius. Pergumulan itu bukan terletak pada sukarnya mencari nafkah, sukarnya mempertahankan reputasi, membela harga diri dan nama baik, mengokohkan kedudukan dan kekuasaan tetapi pada mempertahankan konsistensinya pada arah perjalanan hidup yang benar melakukan kehendak Tuhan dan hidup didalam pimpinan dan penguasaan Roh Kudus setiap waktu.
Seseorang yang arah hidupnya sudah benar ia harus terus bertahan untuk ada pada jalur yang benar, ia tidak boleh menyimpang ke kanan atau ke kiri. Terdapat banyak tekanan dalam hidup ini, tekanan yang bertujuan agar orang percaya bergeser dari jalur perjalanan hidup yang benar yang sudah dimiliki. Tekanan itu datang dari si musuh yaitu kuasa kegelapan dalam berbagai bentuk dan cara. Orang percaya harus tetap waspada dan berjaga-jaga agar dapat mengenali tipu daya si musuh tersebut. Tekanan ini disebutkan oleh Petrus sebagai “penderitaan” yang dialami semua saudara seiman di seluruh dunia (1 Petrus 5:9).
Tekanan itu bukan saja keadaan hidup yang tidak menyenangkan. Justru keadaan hidup yang menyenangkan jauh lebih berbahaya.
Dalam Perjanjian Lama kita menemukan beberapa kisah yang berkaitan dengan hal disorientasi ini. Kisah-kisah itu antara lain kehidupan Lot dan keluarganya (Kejadian 19: 1-29).
Tuhan Yesus mengingatkan orang percaya agar tidak seperti istri Lot (Lukas 17:32).
Istri Lot tidak fokus melarikan diri dari Sodom dan Gomora karena hatinya masih teringat dengan harta kekayaannya yang hangus terbakar sehingga ia menoleh kebelakang dan melanggar apa yang diperintahkan oleh Tuhan.
Keselamatan yang disediakan Allah atas hidupnya gagal terwujud.
Iblis adalah oknum jahat yang selalu berusaha agar orang percaya tidak fokus kepada kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
Orang percaya harus mencontoh sikap Tuhan Yesus sendiri yang tidak dibelokkan oleh bujukan iblis pada waktu pencobaan dipadang gurun. Bahkan iblis membujuk Tuhan Yesus untuk berbelok dari misinya agar menghindari salib. Tetapi Tuhan Yesus tetap pada tujuan pelayanan-Nya (Matius 16:21-23). Sebagaimana iblis menunjukkan kepada Tuhan Yesus kemuliaan dunia dan membujuk Tuhan Yesus untuk membelokkan misi-Nya (Lukas 4:5-8), iblis juga berusaha membelokkan orang percaya dari arah hidup yang benar dengan memberi umpan keindahan dunia ini.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus berkata: “..aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus” (Filipi 3:13-14).
Dalam pernyataannya ini menunjukkan bahwa ia memiliki arah hidup yang jelas. Inilah arah pertobatan yang sejati itu.
Oleh sebab itu, langkah yang harus dilakukan orang percaya adalah memberi diri mengikuti segala jalan yang ditunjukkan-Nya untuk mengarahkan hidupnya kepada pengumpulan harta di surga dan bukan di bumi.
Orang percaya harus percaya kebenaran Firman Tuhan yaitu prinsip-prinsip kebenaran dalam Injil.
Pembaharuan pikiran merupakan proses yang mutlak harus terjadi dalam pertobatan sejati. Pertobatan itu sendiri adalah pembaharuan pikiran (teks Yunani : Metanoia).
Pembaharuan pikiran ini membutuhkan saran Firman Tuhan. Manusia hidup bukan hanya dari roti tetapi juga setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Proses pertumbuhan manusia dapat terjadi bila tubuh diberi makanan, demikian pula dengan kehidupan rohani. Pemberitaan kebenaran bagi jemaat Tuhan merupakan hal yang utama dan penting dalam pelayanan gereja Tuhan. Hal ini diteguhkan oleh berita dalam Kisah Para Rasul 6:1-2, bahwa para rasul Tuhan perlu mengutamakan pelayanan pemberita Firman, itulah sebabnya pelayanan diakonia perlu diserahkan kepada orang lain.
Mereka berkata bahwa: mereka tidak puas karena melalaikan Firman Allah.
Kita tidak boleh melalaikan pelayanan Firman atau memberitakan Firman Tuhan.
Gerakan ROH KUDUS dan pengaruhnya yang dahsyat dewasa ini telah melahirkan pelayanan yang luar biasa dalam gereja dan kehidupan pelayanan pribadi hamba-hamba Tuhan.
Karena pekerjaan ROH KUDUS, banyak gereja mengalami pertumbuhan yang dramatis sekali, yaitu dalam waktu singkat gelombang orang-orang yang tidak mengenal Yesus menjadi anggota gereja, bahkan terdapat pemulihan orang-orang Kristen yang selama ini tidak tertarik dengan kegiatan gereja menjadi pengunjung gereja yang setia.
Pertumbuhan yang dramatis ini dialami oleh gereja-gereja aliran Pentakosta dan kharismatik, yang didukung oleh suasana liturgi yang menarik. Karunia-karunia ROH KUDUS didemontrasikan secara menakjubkan melalui hamba-hamba Tuhan yang memiliki kharisma. Namun demikian, kita tidak boleh mengabaikan tanggung jawab untuk bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan atau kebenaran Firman Tuhan. Rasul-rasul menekankan pengajaran Firman Tuhan.
Alkitab berkata bahwa umat Tuhan binasa karena tidak mengenal Allah (Hosea 4:6).
"Umat Tuhan binasa karena tidak mengenal", dalam teks lain disebutkan “kekurangan dalam mengenal Tuhan” (lack of knowledge).
Mereka binasa bukan karena dosa-dosa fisik seperti yang dikenal secara umum, tetapi “tidak atau kurang mengenal Tuhan“.
Dari pernyataan Hosea ini jelaslah dapat ditemukan peran yang sangat besar "pengenalan akan Tuhan" dalam kehidupan umat.
Ini berarti kemalasan belajar kebenaran Firman Tuhan, yang berdampak kebodohan dan merupakan dosa yang sangat membahayakan.
Pertobatan yang sejati adalah pembaharuan pikiran yang berdampak seseorang tidak serupa atau sama dengan dunia ini (Roma 12:2). Serupa dalam teks aslinya suschematizo yang berarti "sesuai dengan pola", yaitu pola dunia pada umumnya.
Banyak orang tidak mengenal diri dengan benar sebab ia tidak peduli bagaimana dirinya di pemandangan Tuhan.
Ia lebih peduli bagaimana orang memandang dirinya; reputasi, nama baik, penampilan lahiriah yang penuh dengan perhiasan yang menempel di tubuh, baju yang dikenakan, kendaraan, sampai tindak-tanduk yang ditampilkan didepan umum.
Kalau mereka tidak berubah berarti tidak bertobat.
Tidak serupa dengan dunia ini harus dipahami dengan benar. Tidak serupa disini yang terutama bukan pada penampilan lahiriah, tetapi “pikiran” atau “budi” yang ubahkan oleh cara hidup yang Injil ajarkan.
Kata "budi" dalam teks aslinya adalah nous, yang diterjemahkan mind atau understanding (pengertian).
Bertalian dengan hal ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa pikiran Petrus yang tidak sesuai dengan pikiran Allah adalah dari setan (Matius 16:21-23). Petrus berkata demikian, sebab ia berpikir sama seperti orang-orang Yahudi berpikir. Petrus pikir mengikuti suara terbanyak, ia berpikir bahwa itulah yang terbaik. Dunia telah cemar, suara terbanyak atau gaya hidup kebanyakan manusia pada umumnya, bukanlah ukuran kebenaran.
Tuhan menghendaki agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus dalam hidup bersama, sebagai jemaat, berkeluarga dan bermasyarakat.
Kata “pikiran” dan “perasaan” ini dalam teks aslinya phroneisto, yang didalam terjemahan lain diterjemahkan sikap, attitude.
Dalam hidup bersama atau dalam hidup bersekutu dengan manusia lain yang menjadi pola tindak kita adalah sikap Kristus.
Pikiran dan perasaan Kristus itu diterjemahkan dalam hidup secara kongkrit dalam bentuk ketaatan kepada Bapa dan kesetiaannya merendahkan diri untuk kepentingan orang lain. Ini adalah hal yang sangat berbeda dengan kebiasaan hidup manusia pada umumnya. Manusia memiliki kecenderungan memerintah, berkuasa, dihormati, disanjung, dipuji dan mementingkan kepentingannya sendiri (Lukas 22:24-30; Galatia 5:26).
Orang Kristen yang pola pikirnya diubahkan dan diwarnai oleh pola hidup yang diajarkan oleh Firman Tuhan akan terus mengalami pertobatan kearah yang benar dan sulit memiliki sikap hidup yang salah.
Arah hidup pertobatan sejati tersebut ditujukan kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya. Ia selalu membenahi diri (menyangkal diri) agar memiliki sikap Kristus dalam pikiran, setiap perkataan maupun dalam seluruh tindakannya, ia akan selalu mengembangkan kodratnya sebagai anak Allah yang menyukakan hati Bapa di Sorga melalui seluruh gerak kehidupannya yang tidak bercacat dan tak bercela.
Tentu seseorang yang mengalami arah pertobatan yang sejati akan turut serta mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan dengan mempertaruhkan hidup tanpa batas bagi Tuhan (memikul salib) hidup didalam kebenaran dan selalu mengambil bagian didalam kekudusan-Nya selanjutnya menularkan kehidupan yang agung berkeadaan sebagai anak-anak Allah ini kepada orang lain disekitarnya dimanapun ia melangkah.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar