Kamis, 06 April 2017

MENEMUKAN GAMBAR DIRI


Ibrani 5:7-9
7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya,

Ketika iblis memberontak melawan Allah, Allah tidak seketika bisa membinasakannya dan iblis hanya dapat dibuang dibumi untuk sementara waktu sampai penghakiman terakhir tiba (Wahyu 12:7-9).
Ada rule atau hukum atau aturan atau tatanan untuk bisa menunjukkan bahwa iblis bersalah dan pantas dihukum. Rupanya pada waktu itu belum ada pembuktian bahwa tindakan Iblis bersalah dan patut dihukum, sebab jika pada waktu itu sudah bisa terbukti Iblis bersalah, niscaya Iblis sudah dihukum.
Mengapa Allah tidak bisa membinasakan Lusifer saat itu juga ketika ia memberontak? Sebab tindakan Lusifer belum bisa dikatakan salah, karena tidak ada verifikasi atau alat pembuktian bahwa Lusifer bersalah.
Harus ada semacam “corpus delicti” (fakta yang membuktikan bahwa suatu kesalahan atau kejahatan telah dilakukan). Sama seperti kasus: bagaimana bisa membuktikan bahwa suatu benda warnanya putih kalau tidak ada verifikasi warna lain. Hal ini bisa diteguhkan oleh pernyataan surat Paulus dalam Roma 4:15
Karena hukum Taurat membangkitkan murka, tetapi di mana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada juga pelanggaran.
Paulus menjelaskan kembali di Roma 5:13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat.

Dari apa yang dikemukakan dalam Roma 4:15; 5:13, hal itu membuka pikiran kita untuk memahami bahwa Allah bertindak dengan aturan yang sempurna.
Taurat diberikan juga untuk membuktikan bahwa manusia terbukti bersalah (Roma 4:15; 5:13).
Demikian pula dalam menunjukkan kesalahan dan menghukum suatu oknum harus ada pembuktian.
Bagaimana membuktikan bahwa iblis bersalah? Jawaban yang paling logis dan alkitabiah adalah Allah harus menciptakan makhluk yang melakukan kehendak-Nya atau berkeadaan gambar diri yang benar sesuai dengan maksud makhluk itu diciptakan. Untuk ini Allah menciptakan Adam. Harus dicatat bahwa Adam adalah anak Allah (Lukas 3:38).
Adam diharapkan dapat menjadi corpus delicti.
Lusifer yang jatuh tidak akan terbukti bersalah sebelum ada pembuktian, yaitu adanya makhluk yang memiliki ketaatan dan penghormatan yang benar kepada Allah dan memiliki persekutuan dengan Dia secara benar; sebuah gambar diri yang ideal.
Makhluk yang memiliki ketaatan kepada Bapa itulah semacam corpus delicti.
Hal ini dapat membungkam iblis, sehingga tidak bisa mengelak atas kesalahan yang dilakukan. Inilah rule of the game atau rule of life nya.
Manusia pertama yang diciptakan ini diharapkan dapat menampilkan suatu kehidupan yang bersekutu dengan Bapa, taat, menghormati, memuliakan Allah dan meninggikan Allah Bapa serta mengabdi dan melayani-Nya secara pantas. Hal itu menjadi pembuktian terhadap kesalahan iblis, sehingga ia bisa dihukum. Kalau ada pertanyaan: mengapa bukan malaikat lain saja yang tidak jatuh yang membuktikan kesalahan Lusifer? Jawabnya adalah bahwa Lusifer bukanlah malaikat, tetapi anak Allah.
Malaikat tidak pernah dikatakan segambar dengan Allah seperti Lusifer dan manusia (baca : Yehezkiel 28:11-19).

Pada mulanya manusia dirancang menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mengalahkan iblis. Sejatinya Adam di taman Eden bertanggung jawab untuk membangun gambar diri yang dapat menunjukkan bagaimana makhluk yang ideal yang dapat berjalan seturut dan sesuai dengan kehendak Allah. Hal itu dapat membuktikan kesalahan Lusifer, tetapi ternyata manusia gagal menaklukkan Lusifer. Manusia gagal membangun gambar diri yang sesuai dengan kehendak Allah. Kegagalan manusia pertama menyisakan persoalan, siapakah yang dapat mengalahkan iblis atau membuktikan bahwa iblis bersalah sehingga dapat dihukum? Tidak ada jalan lain, kecuali Anak-Nya yang Tunggal yang bersama-sama dengan Bapa, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Anak Tunggal Bapa harus turun ke bumi menjadi manusia, di mana dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia (Ibrani 2:17).
Rasul Yonanes menjelaskan dalam Injil Yohanes 1:1-2 bahwa Tuhan Yesus Sang Firman/Logos bersama-sama dengan Allah/Theos dan Sang Logos yaitu Tuhan Yesus adalah Allah yang menciptakan baik segala yang ada disurga, dibumi maupun seluruh planet-planet seluruh alam semesta (Yohanes 1:3).
Itulah sebabnya kata "Kita" dalam Kitab Kejadian 1:26 patut dipertimbangkan bahwa maksudnya adalah Pribadi Tuhan Yesus dan Pribadi Allah Bapa.
(Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi)."

Nabi Mikha mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Allah yang permulaan pemerintahan-Nya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mikha 5-1 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Kalau di kitab Ulangan 6:4 dan Maleakhi 2:15 mengatakan Allah yang Esa, maka kita perlu memahami bahasa asli dari kata Esa tersebut.
Esa dalam tesk asli bahasa Ibrani ditulis Ekhad yang pengertiannya adalah United atau kesatuan bersama.
Jadi kata Esa tersebut bukanlah dalam pengertian satu/tunggal dalam jumlah.
Kalau pengertian satu/tunggal jumlahnya maka dalam bahasa Ibrani lebih tepat di tulis "Yakhid" seperti yang tertulis di Kejadian 22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Kata satu/tunggal dalam ayat tersebut di tulis Yakhid sebab Ishak menunjuk satu-satunya anak Abraham yang sah dan yang dikasihinya.

Dengan kedatangan Tuhan Yesus ke bumi sebagai manusia dan mengenalkan Pribadi Bapa dan Kehendak-Nya kepada manusia maka tersingkaplah mengenai keberadaan Allah yang jamak yang disebut dengan Elohim.
Rasul Yohanes mengungkapkan bahwa Tuhan Yesus adalah Pribadi Allah yang telah menciptakan segala sesuatu, segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan (Yohanes 1:3;10).
Dialah Allah yang menjadi manusia dan datang kepada milik kepunyaan-Nya (Yohanes 1:14;11), Tuhan Yesus bukan hanya datang untuk menebus dosa-dosa manusia tetapi juga untuk membuktikan bahwa ada pribadi yang bisa taat kepada Bapa, menjadi sebuah gambar diri yang sesuai dengan Allah (Filipi 2:5-11; Yohanes 4:34).
Hal itu akan membuktikan bahwa tindakan iblis salah dan patut dihukum.
Tuhan Yesus berhasil membangun dan memberikan teladan gambar diri, yaitu role model yang dikehendaki oleh Bapa.
Dalam kitab Ibrani 5:7-9 dijelaskan Tuhan Yesus meraihnya dengan perjuangan, dengan ratap tangis dan pergumulan yang berat, sebab dalam segala hal Ia disamakan dengan manusia.
Perjuangan Tuhan Yesus yang berat ini nampak sekali terlihat didalam doa-Nya kepada Bapa di taman Getsemani : Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki (Markus 14:36).
Tuhan Yesus menunjukkan ketaatan-Nya kepada rencana Bapa dan menggenapkan seluruh pekerjaan-Nya menebus dosa manusia.
Setelah Ia mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Pokok keselamatan dalam teks aslinya aitios, yang artinya penggubah.

Setelah Tuhan Yesus berhasil menjadi corpus delicti, Ia dapat menggubah manusia lain menjadi seperti diri-Nya, yaitu menemukan gambar diri yang benar sesuai dengan rancangan Allah.
Oleh karenanya, kalau kita percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Allah pemilik kehidupan dan Juruselamat, maka kita harus mengikuti jejak-Nya, yaitu memiliki pola berpikir dan gaya hidup yang juga dimiliki oleh Dia (1 Yohanes 2:6).
Rasul Petrus mengatakan : Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2:21).
Menjadi orang Kristen atau orang percaya berarti masuk dalam proses membangun kembali gambar diri sampai serupa dengan Tuhan Yesus baik dalam ketaatan, kasih, kerendahan hati, menjaga kesucian dan kekudusan dan kesempurnaan-Nya melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan dengan tuntas tanpa bercacat cela.
Seluruh kegiatan hidup kita baik di keluarga, pekerjaan, di pelayanan maupun di segala tempat dan waktu harus diarahkan kepada hal ini.
Orang-orang yang setiap waktu selalu ada didalam perjuangan sehingga dapat mengenakan gambar diri yang serupa seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus maka ia akan didudukan sebagai keluarga kerajaan Allah dan layak menerima hidup kekal melayani Tuhan Yesus selama-lamanya didalam Kerajaan Surga.

Wahyu 3:21
Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar