Rabu, 05 April 2017

KESEDIAAN KEHILANGAN NYAWA




Matius 10:39
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Sebelum Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya rela kehilangan nyawa, sesungguhnya Tuhan Yesus sudah kehilangan nyawa.
Tuhan Yesus rela menanggalkan semua kesenangan dan kemuliaan-Nya dalam Kerajaan Sorga sebagai Allah, ia turun ke bumi mengosongkan diri dan disamakan dengan manusia.
Waktu Tuhan Yesus mengenakan tubuh manusia, Ia memilih melepaskan kesenangan apapun selain melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34).
Kata "nyawa" dalam teks aslinya adalah "psukhe".
Kata ini sebenarnya dapat diterjemahkan sebagai jiwa.
Nyawa di sini sebenarnya menunjuk kepada jiwa yang memiliki pikiran, perasaan dan kehendak diri sendiri untuk dipuaskan.

Ketika iblis menawarkan kebahagiaan dunia dengan fasilitasnya yang indah kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus tegas menolak dan mengatakan bahwa kita harus menyembah Allah dan hanya kepada Dia saja kita harus berbakti (Lukas 4:8).
Penolakan Tuhan Yesus untuk memiliki dan menikmati dunia ini, yang mana dapat menggagalkan karya keselamatan-Nya, merupakan kesediaan untuk rela kehilangan nyawa.
Tuhan Yesus mengatakan agar orang percaya juga harus rela kehilangan nyawa, artinya orang percaya harus rela untuk tidak memiliki dan menikmati kesenangan dunia beserta dosa didalamnya.
Jadi kalau kita bekerja, berkarir dan melakukan segala sesuatu, kita melakukannya bukan lagi bertujuan supaya dapat memperkaya demi kepuasan diri melainkan sebagai sarana untuk mengabdi kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Dengan demikian apapun yang kita miliki hari ini harus diakui sebagai milik Tuhan dan bukan milik kita sendiri dan harus dikelola dengan bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan.
Semua yang ada pada kita hari ini adalah “harta orang lain”, yaitu hartanya Tuhan, tentu sepenuhnya untuk kepentingan Tuhan (Lukas 16:12).

Hanya orang yang rela kehilangan nyawa yang dapat menjadi sahabat Tuhan. Sebaliknya, kalau seseorang tidak rela kehilangan nyawa, ini berarti ia memilih bersahabat dengan dunia ini, maka ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4).
Terkait dengan hal ini Yohanes menyatakan dalam suratnya: Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya.
Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yohaes 2:15-17).
Kalau kasih akan Bapa tidak ada pada orang itu berarti ia berseberangan dengan Tuhan Yesus.
Orang-orang seperti ini tidak dapat menjadi alat peraga Tuhan untuk mengajarkan Injil-Nya kepada semua orang, sebab dirinya masih dibelenggu oleh keindahan dunia yang sama dengan menyediakan diri menjadi alat peraga kuasa kegelapan yang menampilkan keindahan dunia yang fana.

Firman Tuhan mengatakan bahwa hanya orang yang menderita bersama dengan Tuhan Yesus yang akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus (Roma 8:17).
Menderita bersama dengan Tuhan artinya juga sepenanggungan dengan Tuhan sebagai sekutu-Nya dan memberikan seluruh tenaga, pikiran, perasaan, potensi bahkan seluruh hidupnya untuk terlibat menggenapkan seluruh rencana-Nya, terlibat melayani pekerjaan-Nya dibumi ini, terlibat mengambil bagian hidup didalam kekudusan-Nya sehingga dapat menjadi saksi-Nya yang efektif sebagai surat Kristus yang terbuka, yang melalui kehidupannya orang-orang melihat ada kebenaran, kasih, sukacita, damai sejahtera yang terpancar dalam kehidupannya sehingga mengundang semua orang untuk mengenal Kristus Sang Juru Selamat Dunia.
Pernyataan Paulus dalam Roma 8:17 ini sinkron dengan pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 10:39 yaitu kalau seseorang kehilangan nyawa karena Tuhan, maka ia akan memperolehnya.
Maksudnya adalah memperoleh nyawa yang baru.
Nyawa yang baru adalah kelanjutan hidup, yaitu di Kerajaan Tuhan Yesus di Sorga. Jadi, kalau kita rela seperti Tuhan Yesus yang rela mengosongkan diri-Nya meninggalkan segala kesenangan dan kemuliaan-Nya demi tugas penyelamatan dunia, kita juga di panggil untuk menanggalkan segala cara hidup seperti cara orang dunia menikmati dunia ini kemudian memilih Tuhan dan kerajaan-Nya dan menyediakan diri sebagai alat didalam tangan Tuhan menggenapkan seluruh rencana agung-Nya.
Dengan demikian maka barulah kita pantas disebut ahli-ahli waris yang dipersiapkan oleh Tuhan untuk menerima janji-janji-Nya yang berharga didalam Kerajaan-Nya.

Hidup di dunia ini bukan untuk wisata tetapi untuk bekerja menggenapi rencana Bapa, meneruskan tugas penyelamatan yang telah diselesaikan oleh Tuhan Yesus di kayu salib.
Sehingga rela kehilangan nyawa berarti bersedia menyangkal diri terus menerus untuk tidak menikmati hidup memuaskan pikiran, perasaan dan kehendak untuk menikmati dunia sama seperti anak-anak dunia.
Namun yang kesukaan hidupnya hanyalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar