Selasa, 18 April 2017

MENYADARI IBLIS MASIH BERBAHAYA


1 Petrus 5:8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Salah satu bahaya yang tidak disadari dalam kehidupan banyak orang Kristen hari ini adalah terlalu optimis menganggap iblis tidak berdaya lagi. Iblis dianggap sudah kalah sama sekali. Lagu-lagu yang dinyanyikan di banyak gereja hari-hari ini memuat syair-syair yang mengesankan bahwa iblis tidak perlu diwaspadai karena Tuhan Yesus sudah menang. Iblis yang cakap dalam strategi berusaha agar orang Kristen memiliki gambaran bahwa iblis lemah, tidak berdaya dan tidak perlu diwaspadai sama sekali.
Iblis akan terus berusaha membangun pengertian dalam banyak komunitas Kristen bahwa kekuatan iblis sudah tidak berarti sama sekali dan iblis adalah oknum yang kurang membahayakan, iblis adalah oknum yang mudah diinjak-injak.
Oleh sebab itu dimunculkan dalam pikiran orang Kristen bahwa oknum iblis tidak perlu dipikirkan. Kalau iblis disebut-sebut, maka itu berkenaan dengan kekalahannya. Kalau orang Kristen menyanyikan lagu yang memuat syair mengenai dikalahkan iblis itu berarti usaha untuk lebih memantapkan kekalahan iblis.
Dan mereka yang menyerukan hal ini merasa sudah ada dipihak Tuhan sebagai umat pemenang. Benarkah demikian? Hal ini akan membuat orang Kristen menjadi tidak waspada terhadap gerakan kuasa kegelapan yang sangat cerdik. Petrus menyatakan bahwa iblis berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum dan mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Ternyata iblis belumlah bisa dikatakan tergeletak tak berdaya seperti gambaran yang sering ditunjukkan sebagian gereja kepada banyak jemaatnya hari ini.

Penyesatan pikiran dalam banyak orang Kristen ini mengkondisikan iblis lebih bebas beroperasi melancarkan serangannya. Ini adalah kondisi yang sangat berbahaya. Di pihak lain banyak orang Kristen yang merasa sudah menang tetapi sebenarnya ada di dalam tawanan. Banyak orang Kristen berpikir bahwa yang penting mereka masih ke gereja, giat bekerja di ladang Tuhan, dan melakukan kegiatan yang tidak melanggar moral. Bila orang Kristen memiliki kehidupan seperti ini bukan berarti sudah ada dalam kemenangan.
Kemenangan dalam Tuhan tidak diukur dengan ukuran di atas ini. Kemenangan dalam Tuhan harus diukur dengan ukuran yang benar, yaitu ketaatan seperti yang dilakukan Tuhan Yesus.
Harus dimengerti bahwa kemenangan Tuhan Yesus di kayu salib bukan membuat iblis tidak berdaya sama sekali. Kalau iblis tidak berdaya sama sekali Petrus tidak perlu mengingatkan jemaat terhadap gerakan musuh itu. Secara yuridis iblis sudah terbukti salah dan patut dihukum.
Tetapi hukuman itu belum dilaksanakan.
Iblis masih berkesempatan beroperasi.
Paulus juga mengatakan bahwa orang percaya harus waspada agar tidak memberi kesempatan kepada iblis (Efesus 4:27).
Kata "Kesempatan" disini dalam teks aslinya adalah "topon" yang berarti pangkalan atau tempat berpijak atau landasan.
Iblis masih bisa berpijak dalam kehidupan orang yang sudah mengaku dan telah percaya kepada Tuhan Yesus.
Kalau orang percaya memahami bahwa iblis masih berdaya guna membinasakan manusia, maka orang percaya akan bersikap lebih berjaga-jaga.

Dalam Matius 12:43-45, Tuhan Yesus menyatakan bahwa bisa terjadi kemungkinan bahwa orang yang telah menerima pelepasan dari kuasa kegelapan dapat kembali dikuasai kuasa kegelapan, sehingga keadaannya menjadi lebih jahat.
Dalam Matius 12:43-45 tersebut Tuhan Yesus memberi peringatan yang jelas bahwa kuasa kegelapan dapat memobilisir pasukannya untuk membinasakan kehidupan seseorang. Kelepasan yang diberikan Tuhan Yesus menempatkan keadaan manusia seperti Adam dan Hawa semula di Eden. Orang percaya diperhadapkan kepada pilihan: menjadi anak-anak Allah yang taat seperti Tuhan Yesus atau memberontak seperti lucifer.
Didalam 2 Korintus 11:3,14 Rasul Paulus “takut” kalau-kalau jemaat Tuhan dapat diperdaya oleh iblis.
Dalam teks aslinya kata takut adalah “foboumai” dan dalam terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan frighten (Cemas) atau to be alarmed (gelisah).
Perasaan Paulus yang “takut” ini merupakan indikasi bahwa iblis tidak boleh dianggap ringan.
Dengan peringatan ini kita harus benar-benar waspada terhadap musuh satu ini.
Dengan kecerdikannya ia menipu manusia dengan dustanya (Yohanes 8:42-47) dan menyesatkan pikiran seseorang menjadi tumpul sehingga buta akan kebenaran Injil yang sejati (2 Korintus 3:14).
Dalam Efesus 4:17, Paulus mengingatkan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang telah mengenal Allah bisa hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Harus disadari bahwa iblis masih memiliki peluang untuk merebut manusia agar menjadi miliknya agar suatu hari nanti bersama menghuni kerajaan kegelapan. Oleh karena bahaya ini maka Tuhan Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya agar Bapa melindungi dari yang jahat (Yohanes 17:13-17).
Tentu doa ini masih berlaku bagi kita sekarang, bahwa kita harus memberi diri hidup dalam tuntunan Bapa di Sorga.

Didalam Injil Matius diceritakan mengenai Petrus, walaupun ia dekat dengan Tuhan Yesus, tetapi pikirannya dikuasai oleh iblis (Matius 16:22-23).
Pikiran yang dikuasai oleh iblis artinya pikiran yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi yang namanya dikuasai oleh iblis, bukan hanya kalau orang berbuat sesuatu yang kelihatannya jahat atau melanggar moral tetapi ketika berpikir yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, itu sudah berarti dikuasai oleh iblis.
Juga Alkitab menulis mengenai Yudas yang dimasuki oleh iblis (Lukas 22:3).
Yudas adalah murid Tuhan Yesus yang menjual Tuhan Yesus dengan 30 keping perak. Orang-orang tidak menduga kalau Yudas berbuat sangat jahat kepada Tuhan Yesus.
Kelihatannya ia baik-baik saja sebagai orang dekat Tuhan Yesus, tetapi sesungguhnya ia dikuasai oleh iblis. Itulah sebabnya ia tega mengkhianati gurunya.
Jadi, bukan jaminan kalau orang kelihatannya dekat dengan Tuhan itu pasti tidak dikuasai oleh iblis. Siapa pun, kalau tidak sadar dan tidak berjaga-jaga, maka iblis pasti bisa menelannya.
Hendaknya kita tidak menjadi sombong.
Para aktivis gereja hendaknya tidak merasa sudah menjadi aktivis gereja atau sudah menjadi pelayan Tuhan lalu merasa kebal terhadap iblis.
Iblis tidak takut terhadap orang Kristen, pelayan Tuhan bahkan pendeta. Iblis hanya takut kepada anak-anak Tuhan yang hidupnya sungguh-sungguh menjadi alat peraga kebenaran Tuhan yang kudus yang selalu berjalan dan bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Tuhan setiap waktu.
Disini yang penting adalah hidup di bawah penguasaan Tuhan melalui gaya hidup dalam ketaatan terhadap pimpinan Roh Kudus dan meletakkan firman Tuhan diatas segalanya.

Hidup sebagai umat pilihan adalah perjuangan untuk menjadi pemenang, kemenangan yang dimaksud adalah kemenangan seperti yang diraih oleh Tuhan Yesus, yaitu taat sampai mati bahkan mati di kayu salib. Tentu hal ini didahului dengan pengenalan akan Allah yang memadai sehingga seseorang mengerti kehendak Allah, apa yang baik dan yang berkenan dan yang sempurna.
Perjuangan orang percaya seperti perjuangan Adam dan Hawa di taman Eden.
Perjuangan untuk tidak mengkomsumsi buah yang dilarang untuk dikonsumsi ini berbicara mengenai mengkonsumsi filosofi dunia atau mengkonsumsi kebenaran yang diajarkan oleh Injil.
Iblis akan berusaha menyediakan menu jiwa yaitu pengajaran-pengajaran yang kelihatannya Alkitabiah tetapi sebenarnya menentang kebenaran.
Pengajaran-pengajaran yang salah tersebut adalah pengajaran yang memperbolehkan umat memakai kuasa Tuhan untuk meraih kebahagiaan yang berasal dari dunia ini, tidak heran umat biasanya didorong untuk berdoa supaya terjadi mujizat pemulihan ekonomi, semakin diberkati jika rajin pergi kegereja dan memberi persembahan kolekte dan perpuluhan.
Padahal hal tersebut dilakukan demi harapan supaya Tuhan bisa mengokohkan cita-cita, kebahagiaan duniawi dan mewujudkan keinginan-keinginan yang belum terwujud.
Tuhan sebenarnya dihadirkan sama seperti seorang dukun yang setelah diberikan uang, dukun tersebut diminta untuk melakukan segala keinginannya supaya dapat terwujud.
Inilah penyesatan iblis yang tidak sedikit orang belum menyadarinya.
Hal inilah membuat iblis bisa mengikat seseorang supaya tidak dapat keluar dari cara hidup yang serupa dengan dunia ini sehingga selalu hidup di dalam kuasa dosa/“meleset” (teks Yunani: hamartia, Roma 3:23).
Inilah bahaya terbesar dalam kehidupan orang Kristen dewasa ini.

Untuk mengalahkan iblis kita harus tunduk kepada Allah dengan tidak lagi mengingini sesuatu yang bukan berasal dari hati Tuhan, tidak mengingini dunia ini dapat membahagiakan hidupnya (cukup Tuhan Yesus-lah yang menjadi sumber damai sejahtera dan sukacitanya), tidak lagi mengingini apa yang Tuhan tidak ingini, sebaliknya ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan untuk hanya mengingini apa yang Tuhan ingini yaitu hidup didalam ketertundukan dalam penguasaan Roh Kudus, menyediakan diri sebagai alat peraga Tuhan untuk melakukan apa yang telah diteladankan-Nya, menjadi alat kebenaran dan hidup didalam kekudusan Allah yang sejati.
(Yakobus 4:7-8
7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!)
Sebagai anak-anak kerajaan sorga yang di tugaskan melakukan kehendak Tuhan selama dibumi ini, kita harus tegas menolak semua tawaran iblis lewat kesenangan-kesenangan duniawi yang ada didalam dunia ini, tidak lagi memanfaatkan Tuhan untuk meraih kebahagiaan dunia, dengan demikian kita menjadi orang orang yang hanya memilih Tuhan Yesus sebagai kekasih abadi, dengan demikian kita tidak akan ragu lagi mempersembahkan harta kekayaan dan seluruh wilayah hidup kita untuk kita pergunakan hanya bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar