Rabu, 14 Juni 2017

BUAH HIDUP DIPIMPIN OLEH ROH


Galatia 5:22-26
22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

Manusia dalam keadaan “keberdosaannya” tidak bisa mencapai standar kesucian Allah, ini berarti hati nurani manusia telah terkunci dalam keadaan tidak berdaya untuk mencapai kesucian Allah.
Roh Kudus dapat memerdekakan manusia dari keadaan yang tidak bisa mencapai standar kesucian Allah tersebut.
Roh Kudus bisa mewarnai hati nurani sehingga dapat mencapai standar kesucian Allah. Orang percaya bisa mencapai standar kesucian Allah dengan atau melalui hidup dalam pimpinan atau tuntunan Roh Kudus.
Namun harus ditegaskan bahwa hal ini tidak bisa terjadi atau berlangsung secara otomatis, tetapi harus diusahakan oleh masing-masing individu orang percaya. Itulah sebabnya orang percaya harus hidup dalam pimpinan Roh Kudus untuk menghasilkan kehidupan menurut roh. Kehidupan menurut roh adalah hasil perjalanan panjang belajar hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Dalam proses belajar tersebut orang percaya harus menyesuaikan diri dengan kehendak roh, yang akhirnya seseorang dapat berjalan seirama dengan roh yang adalah pikiran dan perasaan Roh Kudus atau gairah-Nya (Galatia 5:24-25).

Kata roh dalam Roma 8:2, sebenarnya juga bisa berarti spirit atau gairah yang lahir dari pergumulan hidup seseorang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus.
Hidup menurut roh hendaknya dipandang sebagai sesuatu yang tidak berbeda dengan pimpinan Roh Kudus. Harus dipahami bahwa roh (tanpa tambahan Allah atau Kudus) di sini adalah suatu spirit, hal ini menunjuk spirit atau gairahnya Roh Allah atau gairah Roh Kudus. Roh Kudus menunjuk suatu Pribadi, sedangkan roh (dalam konteks Roma 8:2) lebih menunjuk suatu spirit atau gairah, yaitu gairah yang lahir dari pimpinan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Hidup menurut roh artinya seseorang sudah memiliki gairah Kristus di dalam kehidupannya dan menuruti gairah tersebut. Dalam hal ini hati nuraninya menjadi hati nurani Ilahi atau seperti nurani Tuhan.
Tentu tidak sama dalam arti mutlak sama, tetapi mampu mengambil keputusan sesuai dengan keinginan Allah.

Proses dipimpin oleh Roh yang membuat seseorang hidup menurut roh harus diawali dari penebusan atas manusia berdosa di kayu salib. Ini barulah langkah awal yang dilakukan oleh Tuhan, tanpa peran kita sama sekali. Tetapi selanjutnya orang yang telah ditebus oleh darah Yesus harus meninggalkan cara hidup sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang (1 Petrus 1:17-18), yaitu hidup menurut roh bukan menurut daging agar terbebas dari penghukuman.
Itulah sebabnya dalam Roma 8:12-13, tertulis bahwa orang percaya berhutang bukan untuk hidup menurut daging, tetapi hidup menurut roh. Dalam hal ini orang percaya sebagai orang yang berhutang harus membayar hutangnya dengan membentuk hati nuraninya menjadi hati nurani yang sama dengan Tuhan. Orang yang hati nurani sama dengan Tuhan tidak lagi hidup dalam daging, tetapi menurut roh.

Orang yang hidup dalam daging adalah orang yang tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Di zaman Perjanjian Baru, perkenanan Allah diukur dengan hidup atau berperilaku selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, artinya harus tepat sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Itulah sebabnya kita harus memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Filipi 2:5-7).
Inilah yang diusahakan Paulus, bahwa dengan sungguh-sungguh ia menaklukkan akal budinya kepada hukum Allah, sekalipun ia masih mengenakan tubuh yang terikat dengan kodrat dosa (Roma 7:25).
Hukum Allah di sini merupakan kebalikan dari hukum dosa (hamartia). Jadi hukum dosa (hamartia) menunjuk kepada kodrat dosa, sedangkan hukum Allah dalam konteks ini menunjuk kepada kodrat Ilahi atau hidup standar kesucian Allah.

Usaha menaklukkan akal budi kepada hukum Allah (kodrat Ilahi yang berstandar kesucian Allah) merupakan usaha untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus agar menghasilkan hidup menurut roh, yaitu segala sesuatu dilakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ini adalah usaha untuk memiliki pembebasan dari hukum dosa atau kodrat dosa. 
Hal ini sama dengan mengubah hati nurani menjadi hati nurani Ilahi, sehingga buah dari kehidupan seseorang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Kudus yang hidupnya menurut roh maka didalam hidupnya ia tidak akan mau lagi berbuat dosa atau perbuatan yang dapat melukai hati Allah.

1 Yohanes 3:6 
Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar