Sabtu, 10 Juni 2017

PERUBAHAN MENJADI MANUSIA YANG BERNURANI ILAHI


PERUBAHAN MENJADI MANUSIA YANG BERNURANI ILAHI
 
Kolose 3:5-10
5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
6 semuanya itu mendatangkan murka Allah [atas orang-orang durhaka].
7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, 
10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Setiap orang percaya harus mengalami pembaharuan pikirannnya terus menerus sehingga memiliki karakter ilahi yang memiliki nurani Ilahi.
Sesungguhnya perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, bisa menjadi gambaran atau ilustrasi perjalanan hidup orang percaya.
Mesir bukanlah tanah air mereka, Allah telah menyediakan bagi mereka tanah air yang permai di Kanaan.
Kanaan adalah tanah perjanjian bagi bangsa Israel. Demikian pula orang percaya, dunia ini bukanlah tanah air kita, Tuhan telah menyediakan suatu tanah air yang permai di Kerajaan Bapa kita di Surga.
Tuhan Yesus berkata bahwa Ia ingin di mana diri-Nya ada, kita juga berada (Yohanes 14:1-3). Tanah Perjanjian kita adalah di langit baru dan bumi yang baru yaitu rumah Bapa di Surga. Kalau perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan adalah perjalanan menempuh suatu jarak, tetapi perjalanan hidup orang percaya adalah perjalanan perubahan atau pembentukan hati nurani atau manusia batiniahnya. Hal tersebut sangat menentukan kualitas karakter seseorang.
Sama dengan perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan, begitu banyak pencobaan yang harus ditempuh, demikian pula perjalanan hidup orang percaya.
Bagi mereka yang tidak hidup dalam ketaatan penuh kepada kehendak Tuhan, pencobaan-pencobaan tersebut seperti ranjau darat yang bisa membuat mereka tewas di padang gurun Hal ini sama dengan yang dialami orang percaya.

Kalau seseorang hatinya masih terikat dengan dunia ini, berarti ia ada di dalam percintaan dunia, percintaan dunia adalah ranjau iblis yang cukup dapat membinasakan orang percaya kepada api kekal. 
Pasti orang seperti itu tidak pernah bersedia melakukan perjalanan ke tanah perjanjian. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa seseorang yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya tidak dapat menjadi murid Tuhan Yesus (Lukas 14:33).
Tidak dapat menjadi murid artinya tidak dapat diubah. Tidak dapat diubah artinya tidak dapat diajak menempuh suatu perjalanan.
Itulah sebabnya, kalau seorang Kristen mau memiliki hati nurani Ilahi, maka ia harus meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Orang Kristen seperti ini tidak boleh mengharapkan bisa menikmati kebahagiaan dari dunia ini.
Bagi orang percaya, meninggalkan dunia dan kesenangannya berarti tidak dapat dibahagiakan oleh apa pun yang ada di dunia ini sebab bagi orang percaya yang memiliki nurani Ilahi, kebahagiaannya hanya terletak kepada Pribadi Tuhan, kehadiran-Nya dan perkenanan-Nya. Bagi mereka sekolah, kuliah, bekerja, bisnis, berkeluarga dan melakukan segala sesuatu yang lain semuanya itu ditujukan supaya ia semakin efektif dipakai oleh Tuhan menjadi alat kerajaan-Nya, menyatakan kemuliaan-Nya dan menjadi berkat bagi sesama.
Pada zaman Gereja mula-mula, jemaat dikondisikan Tuhan untuk dapat mengalami perubahan secara cepat melalui aniaya. Aniaya bisa menjadi paket cepat untuk merubah mereka. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang percaya yang mengalami penderitaan badani berhenti berbuat dosa (1 Petrus 4:1-3).
Penderitaan badani tersebut menghentikan mereka dari cara hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Berbeda dengan orang percaya hari ini. Tanpa aniaya harus berjuang untuk mengubah diri menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Allah. Orang percaya tidak boleh lagi hidup dengan cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang kita. Cara hidup kita harus cara hidup keluarga Kerajaan Surga, di mana Tuhan Yesus menjadi Yang Sulung bagi kehidupan orang percaya dan orang percaya harus mengikuti jejak-Nya dan menjadi serupa dengan Dia (Roma 8:28-29).

Kesalahan banyak orang Kristen adalah mereka merasa bahwa setelah menjadi orang Kristen secara otomatis mereka sudah ada di tanah perjanjian, artinya mereka merasa bahwa nanti kalau mati pasti masuk surga. Padahal Tuhan Yesus sendiri jelas mengatakan bahwa setiap orang percaya harus dimuridkan. Dimuridkan artinya diubah. Jelas sekali, Alkitab Perjanjian Baru banyak memuat Firman Tuhan yang menyatakan bahwa orang percaya harus mengalami proses pendewasaan, proses kesempurnaan menjadi serupa dengan Tuhan Yesus atau sempurna seperti Bapa.
Orang percaya harus memiliki kehidupan yang berkenan kepada Allah.
Keberkenanan di hadapan Allah bukan sesuatu yang terjadi atau berlangsung secara otomatis, tetapi harus diperjuangkan. Sangat keliru atau sesat kalau ada yang mengajarkan bahwa darah Yesus sudah menudungi orang percaya, sehingga mereka secara otomatis sudah menjadi manusia yang berkenan kepada Allah. Pengertian yang dangkal ini membuat seseorang tidak memiliki perjuangan yang penuh untuk semakin berkenan, memberikan buah pertobatan dan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.
Darah Yesus memang menghapus semua dosa yang dilakukan manusia, tetapi keberadaan hati nurani atau manusia batiniahnya harus diproses melalui perjuangan untuk bertumbuh menjadi dewasa atau sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Tuhan Yesus.
Dalam hal ini perubahan hati nurani seseorang sangat ditentukan oleh masing-masing individu.
Kalau seseorang masih sibuk dengan dunia ini, maka ia tidak pernah mengalami proses pembentukan nurani dan tidak dapat diubahkan menjadi seorang yang dimuridkan oleh Tuhan untuk dapat melakukan kehendak-Nya.

Kalau jiwa manusia diwarnai terus menerus oleh filosofi dunia yang sudah jelas bertentangan dengan Injil, maka nurani manusia menjadi gelap.
Jadi, hasil dari apa yang diserap seseorang dari lingkungannya memainkan peran terhadap kualitas nuraninya.
Kualitas hati nurani sangatlah ditentukan oleh apa yang dikonsumsi oleh jiwanya setiap hari. Kalau yang dikonsumsi salah, maka hati nurani pun juga bisa rusak (Titus 1:15).
Kalau Tuhan Yesus berkata, kamu harus sempurna seperti Bapa, maksudnya bahwa hati nurani kita harus memiliki chemistry dengan Bapa di Surga.
Untuk bisa chemistry dengan Bapa maka nurani kita harus diwarnai terus menerus dengan kebenaran Firman Tuhan dan hubungan yang harmoni dengan Bapa melalui persekutuan doa penyembahan setiap hari kepada-Nya sehingga tergores warna nurani dan roh yang sama dengan kehendak Bapa di Surga.
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Matius 6:22-23).
Mata menunjuk kepada pengertian atau kemampuan berpikir/kuliatas nuraninya.
Dalam hal ini mata yang dimaksud Tuhan Yesus bisa menunjuk hati nuraninya.
Kalau nuraninya diisi dengan isian yang tidak sesuai dengan pikiran Tuhan yaitu warna dunia dan keindahannya, maka betapa gelapnya kegelapan itu, sebaliknya jika nuraninya diisi dengan isian yang benar melalui kebenaran firman Tuhan yang benar dan hubungan yang melekat kepada Tuhan setiap saat maka nuraninya menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan Tuhan sehingga seseorang dapat melakukan kehendak Tuhan apa yang baik, berkenan kepada Tuhan dan yang sempurna.
Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar