Kamis, 29 Juni 2017

PERJUANGAN MENGISI ROH DENGAN FIRMAN TUHAN


Roma 1:16-17
 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Paulus mengatakan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, hal ini menunjuk jika seseorang tidak mengisi pikirannya dengan Injil secara serius maka ia tidak dapat mengerti mengisi dan mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar kepada Allah.
Mengisi neshamah manusia dengan kebenaran Firman Tuhan secara ketat setiap hari adalah pergumulan yang tidak mudah karena warna kesenangan dunia juga menampilkan keindahannya untuk dikomsumsi didalam pikirannya.
Sebagai contoh ketika seseorang terbangun dipagi hari, hal apakah yang mendominasi pikirannya, jika Firman Tuhan yang mendominasi pikirannya maka ia akan memilih bertemu dengan Tuhan melalui doa pribadi dan membaca Alkitab kemudian melakukan sesuatu yang lain untuk kemuliaan Tuhan, tetapi jika filosofi dunia/cara pandang dunia lebih banyak mengisi pikirannya maka ketika bangun dipagi hari ia akan memilih melakukan hal yang lain, seperti mengambil sarapan dan bersiap memulai aktivitasnya kembali seperti biasa yang semuanya itu ditujukan bagi kepentingan dirinya.
Seorang yang tadinya bukan seorang perokok ketika bergaul dengan teman-temannya yang adalah perokok kemudian menyerap isian yang salah dalam pergaulan yang ada dilingkungan yang salah tersebut maka ia berubah menjadi seorang perokok.
Sangat besar kemungkinan inilah pergumulan manusia pertama Adam, yang disimbolkan dengan adanya dua pohon di tengah taman.
Di sini Adam diperhadapkan kepada pilihan: apakah Adam mengkonsumsi buah pohon kehidupan atau buah pengetahuan yang baik dan jahat. Pada dasarnya pergumulan tersebut adalah pergumulan untuk mengisi neshamah-nya dengan kebenaran Tuhan, cara pandang Tuhan, pikiran dan perasaan Tuhan untuk dikenakan yang dilambangkan dengan pohon kehidupan sehingga bisa mendengar suara Tuhan sebab neshamah-nya menjadi pelita/terang Tuhan, atau mengisinya dengan isian yang lain yang berasal dari cara pandang dunia, cara hidup yang kita warisi dari nenek moyang yang dilambangkan dengan pohon pengetahuan yang baik dan jahat sehingga neshamah-nya menjadi gelap.
Ternyata manusia memilih mengkonsumsi buah yang dilarang untuk dikonsumsi, maka sebagai akibatnya manusia jatuh dalam dosa atau “meleset”. Dengan neshamah yang diisi dengan isian yang salah, maka cara memandang sesuatu menjadi kacau atau rusak.

Adam dan Hawa yang tadinya tidak malu dalam keadaan telanjang, tetapi karena kejatuhannya ke dalam dosa membuat mereka merasa malu. Dalam hal ini yang berubah bukan aspek eksternalnya, tetapi internalnya/cara berpikirnya/kualitas batiniahnya tidak lagi mampu menangkap suara Tuhan dan kehendak-Nya.
Dari masukan yang salah ke dalam neshamah, maka terbangunlah dalam diri seseorang pola atau cara berpikir yang rusak yang sama dengan cara pandang iblis yang hidupnya mau berdaulat atas dirinya sendiri.
Cara berpikir seseorang menentukan kecerdasan hati nuraninya. Karena masukan yang salah, maka hati nurani menjadi tidak cerdas. Tidak cerdas sama dengan berselera rendah, tidak seperti selera Allah.
Dengan hal ini manusia tidak memiliki perasaan seperti Tuhan. Tidak cerdas juga berarti tidak memiliki perspektif berpikir seperti Allah/tidak memiliki cara pandang seperti Allah memandang.
Dalam hal ini manusia gagal menempatkan segala sesuatu pada tempat yang benar. Awalnya keberadaan telanjang tidak membuat mereka merasa malu, kemudian menjadi malu. Hal ini menunjukkan adanya perspektif baru dalam cara memandang sesuatu.
Mengkonsumsi perspektif yang bukan dari Allah membuat seseorang melakukan dosa-dosa yang dianggap kecil, tidak jujur, tidak tulus, iri hati, kesombongan, mencari hormat dihadapan manusia lainnya merupakan perilaku yang dianggap biasa dan lumrah.
Inilah buah dari cara pandang seseorang jika mengisi pikirannya dengan filosofi cara pandang dunia.

Kesalahan manusia mengakibatkan manusia tidak mampu melakukan apa yang tepat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Bahkan manusia melakukan tindakan yang tidak mencerminkan sebagai makhluk yang segambar dengan Allah. Peristiwa pembunuhan Habel oleh Kain merupakan gambaran yang jelas bahwa manusia mengikuti suara yang salah dalam dirinya (Kejadian 3:7).
Kata dosa dalam teks asli Ibrani adalah khattah (האָטָּחַ), yang lebih dekat diterjemahkan sinful nature atau dosa dalam arti kodrat.
Kata mengintip dalam teks asli Ibraninya adalah rabats (ץבַרָ), juga berarti berbaring.
Hal ini menunjukkan bahwa kodrat dosa sudah berbaring di dalam kehidupan manusia. Mestinya suara Tuhan yang berbaring (di dalam nuraninya), tetapi ternyata ada suara lain yang sudah berbaring atau sengaja dibaringkan. Pembunuhan terhadap Habel terjadi oleh karena Kain tidak menolak dosa yang “mengintip” atau berbaring di dalam dirinya. Kain tidak sanggup menuruti apa yang baik, sehingga ia melakukan apa yang jahat atau salah.
Dalam Alkitab dikisahkan bahwa keturunan Set yang masih dipimpin oleh Roh Allah walaupun nenek moyangnya telah gagal hidup dalam pimpinan Roh Allah, tetapi oleh karena memiliki sinful nature/kondrat dosa, maka mengakibatkan mereka juga tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Dalam Kejadian 6:3, Tuhan sendiri mengakui manusia daging semata-mata (kata "daging" teks Ibraninya basar; בָּשָׂר) yang artinya kecenderungan hatinya melakukan apa yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Mereka memilih jodoh sesuka hati mereka tanpa mau mengerti kehendak Allah.
Manusia yang mestinya mendengar suara Allah dalam neshamah-nya ternyata lebih mengikuti kehendak dagingnya. Maka Roh Allah undur sampai nanti di zaman anugerah di mana Roh Allah akan menuntun manusia kembali untuk bisa menemukan suara-Nya.

Perlu kita perhatikan kata berbaring (rabats) di atas, sebab pada saat-saat tertentu sinful nature seperti tertidur, tidak memunculkan ekspresi atau perwujudannya. Tetapi di saat lain dapat bangun dan mendorong kita untuk melakukan suatu tindakan tertentu, yang tentu saja bertentangan dengan kehendak Allah. Itulah sebabnya kadang-kadang ada orang yang bisa berbuat kebaikan tetapi tiba-tiba bisa melakukan perbuatan yang keji dan memalukan.
Hal ini menunjukkan, kalau seseorang mengisi dirinya dengan banyak filosofi yang salah yang diajarkan melalui cara hidup manusia dunia pada umumnya, maka hal tersebut menjadi potensi untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Potensi seperti ini dapat dimatikan melalui proses keselamatan yang dikerjakan dengan sunguh-sungguh.
Proses keselamatan ini adalah perjuangan mengubah sinful nature menjadi divine nature (kodrat Ilahi) melalui mengisi isian didalam pikiran dengan Firman Tuhan setiap hari secara ketat, bertindak dalam pimpinan Roh Kudus. Dengan demikian jika seseorang memiliki divine nature/kodrat Ilahi sebagai anak-anak Allah yang menjunjung tinggi nilai kebenaran Allah, yang sama dengan memiliki hati nurani Ilahi, maka bagaimanapun ia tidak mau berbuat dosa lagi atau melakukan sesuatu yang dapat melukai hati Allah.

1 Yohanes 3:6
Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar