Selasa, 20 Juni 2017

MENGENAL TEOLOGIA KEMAKMURAN DAN PENYESATANNYA




Shalom saudaraku mari sejenak kita mengenal tentang "pengajaran teologia kemakmuran" kenali ciri-cirinya dan jangan mengikuti ajaran dan jalan lebar yang ditawarkan olehnya.

MENGENAL TEOLOGIA KEMAKMURAN

Teologi kemakmuran atau doktrin kemakmuran (bahasa Inggris: prosperity theology atau prosperity gospel), yang kadang-kadang disebut pula teologi sukses, adalah teologi Kristen yang mengajarkan bahwa kemakmuran dan sukses (kaya, berhasil, dan sehat sempurna) adalah tanda-tanda eksternal dari Allah untuk orang-orang yang dikasihi-Nya.
Kasih Allah ini diperoleh sebagai sesuatu takdir (predestinasi), atau diberikan sebagai ganjaran untuk doa atau jasa-jasa baik yang dibuat oleh seseorang.
Mereka meyakini penebusan dosa yang dalam Kristen dilakukan melalui Yesus Kristus bertujuan agar umat hidup dalam berkat kesuksesan dan kesehatan.
Pahadal Tuhan Yesus mengajarkan sebaliknya.
Dalam Matius 10:38-39
38 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
39 Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Hal ini sejajar dengan apa yang beritakan oleh Paulus bahwa "orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia".
Teologi kemakmuran menekankan gerakan roh secara mistik, setiap orang meminta dipenuhi Roh Kudus dengan tanda bisa berbahasa roh tanpa mengerti maksud karunia itu diberikan.
Mereka antusias meminta karunia berbahasa roh tetapi mengesampingkan buah-buah roh.
Teologi kemakmuran adalah ajaran tentang kesempurnaan hidup secara jasmani, mereka meyakini tujuan salib diberikan supaya umat hidup bebas dari segala kutuk ekonomi dan sakit penyakit dan penderitaan hidup lainnya dan beriman dalam hal ekonomi dan kesehatan bahwa Allah akan membuat mereka sejahtera berlimpah secara jasmani.
Dalam hal ekonomi, teologinya disebut sebagai "teologi sukses," yang bercirikan pada kesuksesan.
Teologi ini meyakini bahwa seorang Kristen yang diberkati adalah mereka yang sukses dalam hidupnya, perkenanan Tuhan diukur dari, bisnis tambah besar, punya mobil mewah, rumah tambah banyak dan mewah dan lain sebagainya, bagi rohaniwannya gereja tambah besar, jemaat semakin banyak dan jemaat semakin diberkati dengan kelimpahan berkat secara jasmani.
Hal lainnya dalam kesehatan, mereka meyakini akan selalu diberkati Allah selalu sehat, namun sebenarnya mereka mengesampingkan tanggung jawab untuk menjaga pola hidup yang baik dan sehat.
Teologi ini secara sederhana dapat disebut sebagai ajaran yang menekankan bahwa Allah adalah Allah yang Mahabesar, kaya, penuh berkat dan manusia yang beriman pasti akan mengalami kehidupan yang penuh berkat pula, kaya, sukses dan berkelimpahan.

Selain itu, sering sekali pengajarannya menonjolkan mencomot ayat-ayat perjanjian lama tanpa melihat dan mengerti konteks ayat, latar belakang zaman pada waktu ayat itu muncul dan kepada siapa ditujukan ayat Firman Tuhan tersebut, kemudian memaksakan mengenakannya kepada umat perjanjian baru.
Padahal standard panggilan hidup umat perjanjian lama dan umat perjanjian baru sangatlah berbeda, hal ini terlihat jelas dari pengajaran Tuhan Yesus yang tentang habis-habisan oleh para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang sangat ketat taat menjalankan hukum Taurat.
Tuhan Yesus mengajarkan kumpulkan harta di surga bukan dibumi, namun bagi bangsa Yahudi tidak bisa menerima hal ini sebab justru berkat jasmani berlimpah susu dan madu adalah tanda dari perkenanan Allah atas hidup mereka.
Teologia kemakmuran memandang persembahan ataupun perpuluhan, persembahan buah sulung sebagai wujud investasi kepada Tuhan, seperti yang terdapat dalam Kitab Maleakhi 3:10.
Ayat ini seringkali dirujuk dalam teologi kemakmuran guna mengumpulkan persembahan di gereja.
Umat yang meyakini pengajaran ini biasanya memberikan persembahannya dengan harapan akan mendapat berkat dari Tuhan lebih lagi dan dijauhkan dari segala masalah-masalah dan kutuk-kutuk.
Tuhan dipahami lebih mirip mesin ATM; manusia dapat memperoleh uang sebanyak-banyaknya dari Tuhan yang mencintai anak-anak-Nya dan memberikan hadiah kepada mereka. Persembahan perpuluhan dari hasil setiap umat dianggap dapat membuka 'pintu surga' untuk menurunkan berkat yang berlimpah.

APA KATA ALKITAB MENGENAI TEOLOGIA KEMAKMURAN ?

Dalam teologi kemakmuran, dikenal istilah “Kata-Kata Iman,” di mana orang percaya diijinkan mengimani apa saja yang ada didalam pikirannya untuk bisa diwujudkan oleh Allah, jika mereka hidup taat mereka meyakini Allah akan mewujudkan keinginan mereka namun secara tidak sadar mereka sebenarnya sedang berdagang dan memperalat Allah untuk meraih apa yang mereka ingini mendapat kepuasan hidup dari fasilitas dunia yang menjadi sukacita hidup dan demi kelangsungan kebahagiaan hidupnya dibumi ini.
Mereka tidak sadar mereka sedang mengumbar hidup didalam keinginan daging, diperbudak hidup didalam keduniawian, dan tidak hidup didalam gairah Roh Kudus yang memikirkan hal-hal yang dari Roh.
Mereka adalah orang-orang yang tidak bersedia kehilangan nyawanya/kesenangan hidup dibumi ini.
Padahal kebenaran Kekristenan yang sejati justru sebaliknya Allah yang menggunakan orang percaya menjadi alat-Nya untuk menyatakan rencana-Nya, memperagakan kekudusan-Nya dan melayani seluruh kehendak-Nya.
Injil yang benar akan mengajarkan orang percaya hidupnya sepenuhnya dimiliki oleh Tuhan termasuk kekayaan yang dimiliki semuanya adalah milik Tuhan yang dipercayakan untuk digunakan bagi pengabdian diri kepada Tuhan semata-mata (2 Korintus 5:15). Sedangkan harta orang percaya yang sesungguhnya sudah tersedia di kerajaan Bapa surga.

Teologi kemakmuran memandang Roh Kudus sebagai kuasa yang dapat digunakan sebagaimana yang diinginkan oleh orang-orang percaya sesuai menurut kehendaknya.
Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus merupakan Pribadi yang memampukan orang percaya menjalankan kehendak Allah, menginsafkan dunia akan dosa.
Gerakan teologi kemakmuran amat mirip dengan beberapa sekte ketamakan yang menyusupi dan merusak gereja mula-mula.
Paulus dan rasul-rasul lainnya tidak berkompromi atau berdamai dengan para guru palsu yang menyebarkan ajaran sesat semacam itu. Mereka menyebut mereka sebagai pengajar-pengajar sesat yang berbahaya dan menasihati orang-orang Kristen supaya menghindari mereka (Roma 16:18).
Paulus memperingatkan Timotius akan orang-orang semacam ini dalam 1 Timotius 6:5; 9-11. Orang-orang "yang tidak lagi berpikiran sehat" yang mengira ibadah itu adalah sumber keuntungan dan keinginan mereka akan kekayaan merupakan jebak yang menenggelamkan mereka "ke dalam keruntuhan dan kebinasaan" (ayat 9).
Mengejar kekayaan merupakan jalan yang berbahaya bagi orang-orang Kristen dan menjadi sesuatu yang diperingatkan Allah: Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (ayat 10).

Kalau kekayaan merupakan tujuan yang baik bagi orang-orang saleh, Yesus sudah pasti akan mengejar kekayaan. Namun, Dia tidak melakukan itu, dan lebih memilih tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20) dan mengajar murid-murid-Nya untuk bersikap serupa. Malahan Tuhan mengajarkan orang yang mau menjadi pengikut-Nya harus bersedia melepaskan segala milik-Nya untuk dapat menjadi murid-Nya.
Harus pula diingat baik-baik jabatan rohaniwan tidak menjamin bisa kebal atau terlepas dari ikatan percintaan dunia, contohnya dari 12 Rasul yang mengejar kekayaan adalah Yudas Iskariot.
Paulus menyatakan bahwa ketamakan merupakan penyembahan berhala (Efesus 5:5) dan mengajarkan orang-orang Efesus untuk menghindari orang-orang yang mengajarkan berita percabulan rohani atau ketamakan (Efesus 5:6-7).
Istilah yang paling digemari dalam ajaran teologia kemakmuran adalah “pengakuan positif/perkataan iman.” Ini merupakan rujukan pada pengajaran bahwa setiap kata-kata yang diucapkan dengan yakin memiliki daya cipta kuat. Apa yang di ucapkan, menentukan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Pengakuan yang diutarakan secara positif dan tanpa keraguan maka Allah wajib menjawabnya (seolah-olah manusia dapat menuntut sesuatu dari Allah).
Jelas ini ajaran yang keliru karena ajaran ini jelas-jelas seolah-olah Allah bisa diatur dengan kata-kata yang mereka ucapkan dengan hanya cukup bermodal meyakini tanpa keraguan.

Yakobus 4:13-16 jelas-jelas menentang pengajaran demikian:
13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",
14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.
Orang percaya yang benar tidak akan pernah berdagang dengan Allah, mereka akan menyerahkan hari esoknya sesuai dengan kehendak dan perkenanan Tuhan saja, sebab bagi mereka apapun yang mereka lakukan dibumi ini, baik makan minum, bekerja, bisnis, sekolah kuliah atau melakukan sesuatu yang lain semuanya dilakukan demi dapat memberikan dirinya mengabdi kepada kehendak Allah secara penuh dan selalu dapat mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan menyenangkan hati-Nya.
Teologia kemakmuran mengajarkan pentingnya hidup dalam kelimpahan kekayaan sebagai tanda perkenanan Tuhan, Alkitab malah memperingatkan kita untuk tidak mengejarnya. Orang-orang percaya, khususnya para pemuka gereja (1 Timotius 3:3), harus bebas dari mencintai uang (Ibrani 13:5).
Cinta uang menjadi akar dari segala kejahatan (1 Timotius 6:10).

Tuhan Yesus memperingatkan, Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."(Lukas 12:15).
Hal ini sejajar dengan pernyataan Tuhan Yesus didalam Matius 6:19-21 tentang hal mengumpulkan harta.
Matius 6:19-21
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.

Kontradiksi yang begitu besar antara teologi kemakmuran dan Injil yang benar yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, paling tepat dirangkumkan melalui kata-kata Tuhan Yesus dalam Matius 6:24, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon.”

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar