Sabtu, 19 Agustus 2017
KAYA DI HADAPAN TUHAN
Lukas 12:20-21
20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Mari kita persoalkan dengan serius apa definisinya kaya itu?, apakah punya harta yang begitu banyaknya, sehingga tidak habis dipakai tujuh turunan?
Kalau seperti itu ukurannya, orang kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini benar-benar kaya (Lukas 12:19) namun, mengapa Tuhan Yesus menyebut bahwa orang kaya ini bodoh (Lukas 12:20), dan juga bahwa orang kaya ini "tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:21)?
Perumpamaan ini merupakan jawaban Tuhan Yesus atas permintaan seseorang agar Tuhan membela dia mengenai harta warisan.
Tuhan Yesus menolak permintaan itu, sebaliknya mengingatkan bahwa keterikatan pada harta kekayaan itu berbahaya (Lukas 12:15 ; 1Timotius 6:9-10).
Hal ini bisa membuat seseorang tidak kaya dihadapan Tuhan.
Dalam perikop ini kalimat "malam ini juga jiwamu akan diambil" menunjuk orang kaya tersebut tidak memperhitungkan adanya panggilan mendadak yaitu waktu ia harus menghadap Allah Yang Maha Tinggi, meninggalkan semua harta yang telah dikumpulkan dengan susah payah dan mempertanggungjawabkan seluruh isi hidupnya dihadapan Tuhan.
Dalam segala hal kita memang harus berharap dan bergantung kepada Tuhan. Tetapi berharap atas sesuatu yang telah disediakan oleh Tuhan dimana kita harus meraihnya sendiri dan bergantung kepada Tuhan dengan menunggu tindakan-Nya atas sesuatu yang sebenarnya menjadi tanggung jawab kita adalah kesalahan fatal.
Banyak orang terjebak dalam kesalahan ini. Mereka menunggu lawatan Tuhan, jamahan Tuhan, pemulihan, kebangunan rohani atau apa pun namanya demi pendewasaan tetapi mereka tidak memperolehnya, sebab Tuhan sudah memberikan atau menyediakan, dan orang percaya harus meraihnya dengan tindakan nyata atau respon yang memadai.
Inilah tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di kekekalan nanti.
Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah, kita harus percaya bahwa setiap hari Tuhan sudah menyediakan “menu” pendewasaan yang pasti akan berdaya guna untuk mengubah hidup kita dari manusia duniawi menjadi manusia Allah/manusia Roh yang dapat berjalan seiring dengan-Nya.
Menu untuk pendewasaan rohani/pendewasaan hidup adalah “berkat kekal”.
Dalam Mazmur 23:5 tertulis:“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.”
Hidangan di ayat ini tentu bukan hidangan jasmani (bukan rumput untuk makanan jasmani) tetapi makanan rohani dalam dimensi Allah untuk dicurahkan bagi pendewasaan hidup kita sebagai anak-anak-Nya.
Hidangan ini lebih jauh bernilai dibanding dengan hidangan untuk pemenuhan kebutuhan jasmani kita.
Untuk ini kita harus benar-benar jeli menangkap segala sesuatu yang Tuhan sediakan tersebut.
Berkat jasmani seharusnya bukan lagi menjadi fokus hidup orang percaya, tetapi berkat kekal/didikan Tuhan melalui hidup kita harus selalu menjadi menu makanan utama dalam hidup kita yaitu pembelajaran tentang bagaimana hidup didalam kehendak Tuhan dan selalu berkenan dihadapan-Nya setiap saat.
Kenyataannya hidup manusia di akhir zaman ini menunjukkan adanya fakta dimana manusia lebih banyak terfokus kepada berburu berkat jasmani dari pada berkat rohani/berkat kekal yang disediakan oleh Tuhan yang kelak akan dibawa pada saat menghadap tahkha pengadilan Kristus.
Orientasi berpikir manusia akhir zaman yang tidak mengenal Allah adalah mereka akan selalu terfokus kepada hal-hal pemenuhan berkat jasmani yang fana, pergumulan hidup mereka tidak lain adalah apa yang hendak kami makan, apa yang hendak kami minum dan kami pakai yang tidak lain adalah hal-hal yang dicari oleh manusia yang tidak mengenal Allah (Matius 6:31:32).
Hal ini bukan berarti kita tidak perlu mempersoalkan berkat jasmani, kita percaya berkat jasmani sudah disediakan Tuhan bagi kita yang selalu mengandalkan Tuhan, meraihnya dengan melakukan bagian kita bekerja dengan rajin dan dengan tanggung jawab, doa dan dengan penuh ucapan syukur.
Bukan hal yang sederhana kalau Tuhan Yesus berkata bahwa manusia hidup bukan hanya dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4:4).
Firman dalam arti logos tidak boleh berlalu, kita harus dengan tekun belajar dan menerima yang disediakan Tuhan setiap kali ada pertemuan-pertemuan bersama didalam ibadah, apalagi Firman dalam arti Rhema (suara Tuhan/pesan Tuhan yang harus kita kenakan).
Rhema adalah suara Tuhan yang diterima seseorang pada waktu-waktu tertentu berkenaan dengan peristiwa kehidupan yang dijalani.
Dalam waktu yang singkat di hidup ini Tuhan menyediakan rhema-Nya untuk mengubah manusia menjadi manusia Roh yang bisa berjalan seiring dengan pikiran, perasaan dan kehendak-Nya.
Oleh sebab itu betapa berharganya waktu hidup ini.
Ketika seseorang menutup mata, ia dapat menghayati betapa dahsyat dan berharganya waktu hidup ini, sebab di dalamnya Tuhan mau berurusan dengan anak manusia guna menjadikan mereka sebagai anak-anak yang berperilaku sesuai dengan kehendak-Nya.
Kesempatan ini hanya satu kali dan singkat. Ini merupakan anugerah yang tiada taranya.
Tidak menghargai anugerah ini berarti tidak menghargai Tuhan sendiri.
Orang yang dengan tekun memungut manna sorgawi yaitu suara Tuhan yang didapat untuk dikenakan didalam hidup setiap hari akan menjadikan dirinya kaya di hadapan Tuhan, tetapi orang yang ditenggelamkan dengan berbagai urusan pemenuhan kebutuhan jasmani sema-mata akan mati dalam keadaan tidak kaya di hadapan Tuhan.
Jadi sebenarnya inilah alasan Tuhan Yesus mengatakan : kumpulkan bagimu harta di sorga dan bukan harta dibumi, sebab Tuhan sangat mementingkan kekayaan harta sorgawi yang akan dibawa pada saat menghadap tahkta-Nya.
Ini adalah pilihan, kita menjadi kaya di bumi ini atau menjadi kaya di sorga.
Kita tidak bisa menjadi kaya dua-duanya.
Sebab firman Allah berkata " Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (Matius 6:24)."
Kalau pun secara duniawi kita kaya, kita harus menggunakan kekayaan itu untuk kepentingan Kerajaan Sorga dan tidak merasa memilikinya.
Orang percaya yang secara finansial berlimpah tidak merasa kaya secara materi sebab ia merasa bahwa semuanya itu milik Tuhan yang harus dikelola secara benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Seorang anak Tuhan tidak boleh terikat dengan apapun selain terikat kepada Tuhan.
Orang yang hatinya terikat kepada Tuhan akan selalu berpikir bahwa mutlak dalam penggunaan berkat-Nya harus dalam komando Tuhan, bukan berdasarkan pertimbangan pribadi.
Inilah bendahara-bendahara yang jujur di hadapan Tuhan yang berkatnya adalah mengerti kebenaran dan memiliki hartanya sendiri di Kerajaan Sorga nanti.
Lukas 16:11-13
11 Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
12 Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar