Jumat, 11 Agustus 2017
PERUMPAMAAN BENIH YANG JATUH DI SEMAK DURI
Matius 13:22
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Selain kekhawatiran, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa semak duri adalah tipu daya kekayaan.
Ketika seorang penabur menabur benih, ada benih yang jatuh di tanah yang ditumbuhi semak duri. Harus kita pahami, bahwa semak duri adalah tanaman juga, berarti ada kehidupan; namun jelas bukan tanaman yang diinginkan Tuhan.
Tidak dikatakan bahwa benih yang ditabur ini mati; benih tersebut masih hidup menjadi tanaman, namun tidak berbuah.
Padahal penabur menginginkan tanaman tersebut berbuah. Tuhan mengatakan bahwa salah satu yang digambarkan dengan semak duri ialah kekhawatiran dunia. Apakah itu?
Kekhawatiran dunia adalah seseorang takut, gelisah, cemas tidak dapat menyelenggarakan kehidupan dengan wajar dan normal.
Kita khawatir akan masa depan kita dan anak cucu kita, kita khawatir dengan keamanan hidup kita sehingga kita menggunakan harta kekayaan untuk menopang kekhawatiran tersebut sehingga secara tidak sadar kita masuk kedalam perangkap tipu daya kekayaan yang sebenarnya tidak dapat menolong kita di kekekalan.
Kita hidup didalam suatu pakem yang dijelaskan Rasul Petrus di 1 Petrus 1:17–18, yaitu cara hidup yang diwarisi dari nenek moyang kita. Pakem-pakem yang sudah kita anggap menjadi jalan hidup ini misalnya: secara ekonomi, kita harus memiliki pekerjaan dan penghasilan yang cukup.
Secara sosial, kita merasa perlu untuk berteman, bersosialisasi, berpasangan, beranak cucu, serta membangun keluarga dengan baik. Mengenai keamanan hidup, kita perlu mempersiapkan segala sesuatu, seperti tabungan, asuransi dan rencana masa depan. Jika tidak demikian, kita khawatir tidak dapat menyelenggarakan kehidupan dengan wajar dan normal. Kita khawatir akan masa depan kita dan anak cucu kita.
Itulah cara hidup yang kita warisi dari leluhur kita.
Dengan dalih “sayang anak”, secara tidak langsung mereka mengajarkan bahwa kehidupan harus dibangun dengan penuh kekhawatiran dimana seseorang hidupnya akan menjadi lengkap dan bahagia jika ditopang dengan harta kekayaan dunia.
Pada dasarnya tidak ada yang salah terhadap kekayaan, namun karena manusia sudah memiliki kodrat dosa sejak jatuhnya manusia pertama jatuh didalam dosa maka tidak mudah bagi manusia untuk bisa melepaskan daya pikat kekayaan yang begitu kuat memikat hatinya.
Jika manusia memberi respon yang salah maka daya pikatnya bisa menguasai dan menduduki tempat yang tertinggi didalam hatinya.
Mengapa kekayaan dianggap semak duri ?
Dalam 1 Timotius 6:9-10 dijelaskan bahwa karena ingin kaya, orang akan menghalalkan segala cara, tidak tulus, dan penuh kepentingan sendiri.
Sehingga tidak sedikit dari mereka yang menumpuh jalan pintas (berbuat curang, berbohong, menipu, korupsi dan lain sebagainya) agar bisa meraup untung sebanyak-banyaknya demi terwujudnya cita-cita dan kesenangan hidup dibumi ini.
Jadi tipu daya kekayaan adalah merupakan semak duri yang bisa membinasakan, sebab hasrat ingin kaya sangat efektif untuk menggeser fokus kita dari pencarian Firman menjadi kepada hal-hal duniawi.
Seseorang yang ditelah dirancuni dengan pola pikir kekhawatiran dunia maka sebenarnya ia sedang menumbuhkan semak duri dalam dirinya. Perlu diketahui bahwa pola pikir ini tidak datang tiba-tiba, namun dari perjalanan hidup kita, pelajaran yang salah dan filosofi dunia yang diserap setiap hari, kesalahan yang kita lakukan, nasihat orang-orang yang salah dan banyak hal lain, yang membawa kita pada satu kesimpulan bahwa hidup itu berat dan rumit.
Itulah sebabnya tipu daya kekayaan dapat pula mengakibatkan kebenaran Firman Tuhan yang didengarnya tidak bertumbuh dan berbuah.
Ketika seseorang masih terikat kecintaannya dengan mamon dan ia mengalami kehilangan/kerugian yang cukup besar dalam usaha pekerjaannya, maka pada umumnya hal ini akan membuat tidurnya menjadi tidak nyenyak, hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan sebab yang sudah bertahkta didalam hatinya sejak lama adalah mamon tersebut.
Fakta ini menunjukkan bahwa benarlah Firman Tuhan Yesus yang mengatakan "Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada"
Orang percaya tidak boleh memberi nilai tinggi kekayaannya dari pada Tuhan yang memberikan hidup kekal kepadanya.
Tuhan Yesus sering kali menunjukkan bahayanya kekayaan dalam berbagai nasehat agar kita waspada dan memperingatkan bahwa kehidupan manusia tidaklah tergantung dari pada kekayaan.
Di dalam bagian lain Tuhan Yesus memperingatkan kita agar menjaga diri dari kepentingan-kepentingan duniawi (Lukas 21:34).
Hal ini perlu kita sadari dan waspadai sebab kekayaan memiliki tipu daya yang tanpa disadari akan dapat membuat mata rohani kita tertutup untuk melihat kebenaran Allah. Kalau seseorang sudah terikat oleh berhala materialisme, maka sukarlah ia mengerti dan menangkap kebenaran Firman Tuhan (2 Korintus 4:4).
Dalam suatu kisah didalam Matius 19:16-26 dikatakan bahwa orang kaya yang hendak mencari hidup kekal namun ia gagal mendapatkannya oleh karena ia tidak rela melepaskan hartanya yang banyak, ia tidak sadar kekhawatiran dunia telah mengusai pikirannya sehingga memasung hatinya menuju kepada kebinasaan kekal.
Ia tidak dapat memiliki dan menikmati hidup kekal sebab wilayah hati, jiwa, perhatian dan seluruh hidupnya telah dikuasai oleh mamon.
Yudas mengkhianati Tuhan Yesus juga karena tipu daya kekayaan.
Dalam hal ini kita mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk ke dalam Kerajaan Surga (Matius 19:23).
Jemaat di Filipi pada zaman Paulus pun sebenarnya sudah ada petunjuk yang menginformasikan bahwa terdapat jemaat yang tuhan mereka adalah perut mereka sendiri, pikirannya semata-mata tertuju kepada perkara-perkara duniawi (Filipi 3:19).
Mengenai hal ini rasul Paulus memberikan nasehat yang tajam dan sangat jelas, bahwa orang percaya harus merasa cukup bila ada makanan dan pakaian.
Apabila Tuhan menganugerahi lebih, hal itu harus diterima sebagai anugerah, berkat tambahan dan berkat tersebut haruslah dipergunakan untuk membela kepentingan Tuhan dan dipergunakan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Tuhan Yesus harus yang menempati posisi yang terutama dan terbesar didalam hati dan pikiran kita.
Kita tidak boleh menggantikan posisi Tuhan yang terbesar didalam dihati ini dengan seseorang yang mungkin kita sayangi, harta, pangkat, kehormatan, dan kesenangan-kesenangan hidup lainnya yang ada didalam dunia ini.
Sebagai orang percaya kita harus selalu ingat, bahwa kita sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem Baru dan dunia ini hanyalah tempat berpijak untuk sementara waktu. Dunia ini bukan rumah kekal orang percaya, kita tidak boleh menjadikan dunia ini sebagai kesempatan menjadi tujuan kebahagiaan untuk hidup kita, sebab kebahagiaan orang percaya bukan karena fasilitas dunia ini tetapi oleh kehadiran Tuhan Yesus sebagai harta abadi kita.
Semua yang ada pada kita khususnya kepercayaan dari Tuhan atas harta kekayaan yang dipercayakan kepada kita harus menjadi sarana pengabdian kita kepada Tuhan dan kerajaan-Nya.
Tawaran iblis adalah kalau Tuhan Yesus mau sujud menyembah iblis maka kekayaan dunia ini akan diberikan kepada-Nya. Tetapi Tuhan Yesus menolak bujukan iblis itu dengan berkata bahwa “...engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti”. Sikap ini harus menjadi teladan bagi kita. Kita harus juga tegas berkata “tidak” untuk bujuk rayu iblis yang hendak menjatuhkan kita dengan dosa mamonisme tersebut.
Untuk mencegah semak duri tumbuh, ingatlah perkataan Tuhan Yesus, “Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Jangan kamu khawatir.” (Matius 6:33–34).
Utamakanlah kerajaan Allah, dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita dan pasti akan memelihara kita.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar