Selasa, 15 Agustus 2017

MERUBAH KODRAT DOSA MENJADI BERKODRAT ILAHI


2 Petrus 1:3-4
3 Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.
4 Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.

Bagi orang beragama pada umumnya yang memiliki hukum-hukum atau syariat yang harus ditaati, maka mereka tidak memerlukan perubahan kodrat hidup.
Bagi mereka yang penting adalah pembinaan atau pendidikan agama, supaya umat mengenal tatanan hukum mereka dan memenuhinya dalam hidup keseharian. Seperti bangsa Israel, mereka tidak perlu mengalami kelahiran baru yang mengubah kodrat hidup mereka, dari kodrat manusia ke kodrat Ilahi. Dengan kodrat manusia (human nature) saja mereka sudah bisa melakukan hukum-hukum atau syariat agama mereka. Keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa masih berpotensi menjadi manusia yang bermoral baik. Tentu kebaikan di sini adalah kebaikan yang sangat relatif. Kebaikan yang relatif artinya kebaikan dari sudut pandang mata manusia yang bisa berubah dan masing-masing individu atau komunitas memiliki perspektif yang berbeda.
Dalam hal tersebut di atas harus dipahami bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa tidak membuat manusia harus atau mesti menjadi seperti hewan. Manusia tetap dapat memiliki moral yang baik, karena masih berkemampuan untuk melakukan perbuatan baik berdasarkan hukum. Manusia masih bisa berkuasa atas dosa, dalam arti kejahatan yang melanggar norma manusia. Karena hal inilah maka Allah berkata kepada Kain bahwa dosa sudah mengintip di depan pintu, tetapi ia harus berkuasa atasnya (Kejadian 4:7, tapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya).
Dalam kasus tersebut jelas sekali bahwa Kain mestinya dapat menghindari praktik pembunuhan, tetapi ternyata Kain memilih untuk membunuh adiknya. Dalam kehendak bebasnya Kain memilih membunuh adiknya.

Adalah sangat keliru kalau seseorang berpikir bahwa kejatuhan manusia membuat manusia tidak dapat berbuat kebaikan sama sekali.
Kebaikan yang mampu manusia pada umumnya lakukan adalah kebaikan berdasarkan norma umum, bukan berdasarkan standar kesucian Allah.
Berdasarkan norma umum artinya berdasarkan hukum yang diterapkan secara legalistis.
Legalistis artinya melakukan hukum sesuai dengan bunyinya.
Bagi umat perjanjian lama kalau hukum berbunyi : jangan membunuh artinya tidak menghabisi nyawa seseorang dengan tindakan pembunuhan.
Kalau hukum berbunyi : Jangan berzinah artinya tidak melakukan hubungan badan dengan seseorang yang bukan pasangan sahnya atau belum disahkan secara hukum agama.
Bagi umat Perjanjian Baru adalah umat yang harus hidup berdasarkan kesucian Allah.
Maka kategori membunuh untuk umat perjanjian baru adalah bukan hanya dalam arti menghabisi nyawa secara fisik tetapi jika seseorang membenci sesamanya maka ia adalah seorang pembunuh (1 Yohanes 3:15  Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya).
Demikian juga seseorang telah berzinah jika telah memandang perempuan serta mengingininya maka ia sudah berzinah dengan dia didalam hatinya.
Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus didalam Matius 5:27-28 dengan kalimat :
27 Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
28 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.

Umat perjanjian baru dipanggil untuk hidup secara sempurna untuk mengenakan Kodrat Ilahi yaitu perilaku hidup yang berdasarkan kesucian Allah dimana segala tindakannya yang selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah.
Untuk bisa memiliki kemampuan selalu bertindak sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah, tidak cukup hanya melalui pembinaan atau pendidikan oleh sistem agama atau manusia, tetapi harus dikerjakan oleh Roh Kudus atas mereka yang meresponi dan memiliki kesediaan mengerjakan keselamatan dengan sikap takut dan gentar karena mengasihi Allah.
Penggarapan Roh Kudus tersebut bisa sampai pada tingkat di mana kodrat seseorang diubah, dari kodrat manusia (human nature) berubah berkeadaan menjadi berkodrat Ilahi (divine nature).
Kodrat Ilahi dapat menempatkan manusia atau memberi kemampuan manusia untuk dapat mengerti kehendak Allah.
Kodrat yang diubah berarti pola berpikir yang diubah sama sekali sehingga seirama, sepikir, seperasaan dengan apa yang dipikirkan oleh Kristus untuk dikenakan (Filipi 2:5-7).
Pola berpikir yang diubah dari pola berpikir manusia menjadi seperti pola berpikir Tuhan Yesus, akan membuat seseorang dapat mengerti kehendak Allah dalam hidupnya dengan tepat. Setelah mengerti kehendak Allah, maka barulah dapat melakukan kehendak Allah dengan benar.
Perubahan kodrat ini sama dengan pengalaman kelahiran Baru.
Hal ini hanya dapat terjadi dalam kehidupan umat pilihan Perjanjian Baru.
Roh Kudus menuntun orang percaya melalui proses yang panjang sampai seseorang mengalami kelahiran baru. Kelahiran baru adalah titik awal dari perjalanan di mana kodrat Ilahi ditemukan dalam kehidupan seseorang.

Yohanes 3:5-6
5 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
6 Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.

Amin.

1 komentar: