Selasa, 13 Desember 2016
BERBAHAGIALAH ORANG YANG SUCI HATINYA
Matius 5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan yaitu harus hidup suci, sebab tanpa kesucian tidak seorangpun akan melihat Allah.
Kata “suci” dalam Matius 5:8 dari terjemahan kata Yunani yaitu katharoi.
Kata “katharoi” berarti bebas dari campuran, tidak bercacat, tidak bernoda.
Katharoi lebih menunjuk keadaan hati yang tidak tercemar dan terpelihara dari kejahatan dunia, seperti hati yang bebas dari segala perasaan negatif, dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya dan lain sebagainya.
Jadi kesucian ini adalah kesucian yang menunjuk hal yang bertalian dengan keadaan batiniah seseorang.
Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang jujur, tidak ada motivasi terselubung, tulus di dalam perkataan dan perbuatan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang memiliki keadaan hati tulus yang sinkron dengan tindakan maupun perkataannya.
Ia besikap murni apa adanya, tidak punya keinginan menipu, atau memainkan strategi apa pun di dalam relasinya dengan Tuhan maupun dengan orang lain. Banyak orang pura-pura mau menyembah Tuhan, datang kepada Dia, tetapi ternyata mencari keuntungan bagi diri sendiri. Tidak ada kerinduan yang tulus untuk datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang pura-pura ini akan dihakimi oleh Tuhan. Tuhan tidak pernah berkenan kepada orang-orang yang berpura-pura. Siapa yang belat-belit, kepada dia Tuhan juga akan bertindak belat-belit (Mazmur 18:27).
Seorang anak Tuhan yang sejati adalah seorang yang bisa menjaga dan memelihara kesucian hidupnya dengan benar dihadapan Allah dimana ketika ia memiliki peluang untuk berbuat dosa, ia lebih memilih tidak melakukannya, ia tetap berpegang teguh kepada integritasnya sebagai anak-anak Allah yang menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dihadapan Allah daripada menikmati dosa yang sedianya berasal dari iblis (1 Petrus 1:16).
Dengan menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dihadapan Allah maka kita akan semakin dapat memusnahkan potensi untuk berbuat suatu kesalahan atau dosa yang sangat merintangi kita untuk bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Didalam Kitab Mazmur 15:1-5 menjelaskan tentang orang yang murni hatinya.
Mereka yang murni hatinya boleh mendekat ke gunung Tuhan. Mereka boleh memandang wajah Allah mereka karena Allah mereka juga adalah Allah yang murni hatinya.
Allah kita adalah Allah yang jujur.
Dia tidak mungkin berdusta, Dia tidak mungkin mengucapkan firman yang berbeda dengan keadaan yang nyata. Dia tidak mungkin berbeda antara yang dinyatakan dengan apa yang sebenarnya. Tuhan adalah teladan di dalam kemurnian hati, dan oleh karena itu siapa yang meneladani Dia dengan sesungguh-sungguhnya akan melihat wajah-Nya.
Berkenaan dengan kesucian hidup, maka kita perlu juga memperhatikan kata “melihat” dalam Matius 5:8, teks asli Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani adalah opsontai, kata dasarnya adalah horao (ὁράω).
Kata "melihat" di sini lebih ditekankan melihat dengan pikiran atau pengertian atau dengan hati.
Dan bukan melihat dengan mata fisik atau mata jasmani.
Ini berarti seorang yang suci hatinya akan diberi dan dimampukan oleh Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya.
Mengerti kehendak Tuhan menunjuk kepada kepekaan seseorang menangkap apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya pribadi dan rencana-rencana-Nya bagi dunia sekitar.
Jadi kata "melihat" dalam Matius 5:8 lebih berarti sebagai melihat dengan hati.
Orang-orang seperti ini adalah pribadi-pribadi yang tergolong memiliki sensitivitas/kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Allah.
Inilah kemampuan yang disediakan oleh Tuhan untuk mendengar suara Roh Kudus didalam batiniahnya.
Olehnya bertapa penting setiap anak Tuhan menghidupi nilai kesucian diri dihadapan Allah, sehingga dalam pelayanannya kepada Tuhan ia akan dikaruniai untuk memiliki kemampuan mendengar suara Tuhan dan berdialog dengan-Nya melalui Roh Kudus dikedalaman batiniahnya.
Kesucian hati seperti yang dimaksud Tuhan dalam Matius 5:8 merupakan panggilan yang mutlak harus dialami oleh setiap warga Kerajaan Sorga.
Orang percaya sebagai warga Kerajaan Sorga diperkenan untuk mengenal Allah secara dekat dan intim.
Orang percaya bukanlah pribadi yang terpisah dari Allah sehingga tidak mengenali-Nya.
Anugerah Allah dalam Yesus Kristus memberi peluang orang percaya untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan mengenal dekat pribadi-Nya.
Tuhan Yesus adalah Bapa yang berkenan dekat dengan anak-anak-Nya.
Kehendak dan rencana-rencana-Nya rela dikenali oleh anak-anak-Nya.
Namun terlebih dahulu Ia menghendaki kita memenuhi panggilan-Nya untuk hidup kudus seperti Dia kudus.
Sebab seseorang tidak mampu mengerti kehendak Allah dan rencana-rencana-Nya jika ia belum bersedia memenuhi panggilan mengambil bagian didalam kekudusan-Nya.
Tuhan bukan pribadi yang “pelit” menunjukkan kehendak dan rencana-rencana-Nya untuk kehidupan umat-Nya, tetapi oleh karena umat itu sendiri yang tidak mampu menangkap panggilan untuk hidup didalam kesucian yang dikehendaki-Nya.
Orang Kristen yang sejati adalah orang yang dipanggil untuk mencapai, menghargai dan memelihara standar kesucian dan kebenaran Tuhan.
Itulah sebabnya Tuhan menghendaki kita memprioritaskan kerajaan-Nya (Matius 6:33) agar Tuhan menambahkan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri-Nya dan menyingkapkan segala rahasia kebenaran kerajaan sorga bagi anak-anak-Nya yang terus bertekun tinggal didalam Firman-Nya yang senantiasa memenuhi panggilan mencapai, menghargai dan memelihara standar kesucian yang dikehendaki oleh Allah, kudus seperti Dia kudus.
Memelihara kesucian hidup dihadapan Tuhan ini tidak akan mengganggu kegiatan hidup kita setiap-hari, bahkan sebaliknya Tuhan akan mendidik kita melalui berbagai sarana didalam seluruh aspek kehidupan kita guna mengambil bagian didalam kekudusan-Nya, mencapai standar kesucian dan kebenaran-Nya.
1 Petrus 1:15-16
15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar