Jumat, 09 Desember 2016

MEMAHAMI KUALITAS LEMAH LEMBUT YANG TUHAN KEHENDAKI


Matius 5:5  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Ucapan bahagia yang berikut akan kita bahas di sini adalah mengenai kelemahlembutan.
Tuhan Yesus adalah seorang yang lemah lembut.
Menyambung undangan menerima kelegaan dari-Nya, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai pribadi yang lemah lembut dan rendah hati (Matius 11:29).
Dan dalam khotbah-Nya di bukit, Tuhan mengatakan, “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.” Apakah kelemahlembutan itu?
Seorang yang lemah lembut bukanlah seorang yang lemah.
Kata “lemah lembut” dalam bahasa Yunani adalah "praios" yang sering dipakai bagi kuda jantan dewasa yang sudah dijinakkan dan dapat ditunggangi.
Itulah gambaran kelemahlembutan: kuat tetapi taat kepada kekang, dan menggunakan kekuatannya sesuai dengan perintah penunggangnya.
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat dan berakar didalam kebenaran Tuhan, menggunakan kekuatannya itu sesuai kehendak Tuhan saja.

Ciri-ciri sikap lemah lembut yang didemonstrasikan oleh Tuhan Yesus.
Pertama, Ia rela diperlakukan tidak adil, bahkan dilukai.
Saat menjadi tawanan, Tuhan Yesus diperlakukan tidak adil oleh kelompok orang yang memusuhi-Nya, baik dari pihak Yahudi maupun tentara Romawi.
Namun Ia menerimanya tanpa membalas. Bahkan dari mulutnya mengalir doa “Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).
Tidak heran Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar kita memberi pipi kiri juga bila pipi kanan kita ditampar (Matius 5:39).
Orang percaya harus memiliki kualitas kelemahlembutan hati seperti yang diperagakan oleh Tuhan Yesus, yang memiliki ketenangan, tidak mudah tersinggung, tidak mudah tersulut emosinya, tidak pernah membela hak sendiri walau mendapat perlakuan tidak adil, tidak mendendam dan tidak memberikan fokus hati kepada dirinya sendiri tetapi terus memfokuskan hati pikiran dan perasaan kita kepada Tuhan yang memanggil kita untuk selalu hidup didalam kasih, termasuk harus mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka.

Kedua, Tuhan Yesus menerima keberadaan orang lain sebagaimana adanya.
Tuhan tidak keberatan berada di sekitar pemungut cukai dan orang berdosa. Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (Matius 9:12).
Berkenaan dengan ini Rasul Paulus menasihati orang percaya untuk saling menerima satu dengan yang lain, seperti Kristus telah menerima kita (Roma 15:7).
Hal ini sejajar dengan perintah baru yang Tuhan Yesus berikan kepada murid-murid-Nya dengan pernyataan :
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:34-35).

Ketiga, Tuhan Yesus bertindak tegas, tetapi tidak berdosa.
Kelemahlembutan Tuhan Yesus juga ada terdapat didalam ketegasan-Nya.
Tuhan masih berkenan memasukan unsur pengajaran-Nya didalam ketegasan-Nya terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Hal ini bisa kita lihat pada waktu Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya untuk tidak menghalangi anak-anak kecil datang kepada-Nya (Markus 10:13-15), Tuhan hendak mengajar kepada para murid-Nya untuk belajar memiliki hati seperti anak kecil yang lembut, tulus dan murni hatinya.
Kejadian lainnya Petrus ditegur oleh Tuhan Yesus karena Petrus tidak mengenakan pikiran yang Allah pikirkan dengan mencoba menghalagi Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem (Markus 8:33). Dalam ketegasan-Nya, Tuhan Yesus hendak mengajar Petrus untuk selalu mengenakan pikiran yang searah dengan pikiran Tuhan.
Di peristiwa lainnya ketika Tuhan menyucikan bait Allah, kemarahan-Nya tetap terkendali.
Ia mengambil waktu untuk memikirkan apa yang harus dilakukan-Nya.
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir para pedagang yang berjual beli di bait Allah dengan membalikkan meja-meja dan bangku-bangku para pedagang tersebut (Yohanes 2:15).
Dalam hal ini Tuhan hendak menunjukkan adalah kesalahan menjadikan Bait Allah sebagai tempat untuk berjual beli.

Memang sulit kedengarannya menjadi seorang yang lemah lembut seperti Tuhan Yesus.
Bahkan beberapa orang-orang farisi menganggap nasehat-Nya mustahil untuk dilakukan, tetapi dengan kekuatan kuasa Roh Kudus dan oleh benih Firman-Nya yang penuh kuasa yang ada tertanam didalam diri kita, Tuhan Yesus akan menyanggupkan kita dapat melakukan segala kehendakNya.
Maka dengan pertolongan-Nya, kita percaya kita dapat menjadi pribadi yang lemah lembut seperti Tuhan Yesus.

Hidup ini adalah proses pembelajaran untuk menjadi seperti Tuhan Yesus.
Menjadi seperti Tuhan Yesus artinya mengenakan filosofi hidup-Nya.
Diantara sikap Tuhan Yesus adalah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Dalam Perjanjian Lama terdapat orang-orang yang luar biasa berkenaan dengan mengenai kelemahlembutan hati.
Pertama adalah Yusuf.
Walaupun ia memiliki kemampuan dan kesempatan untuk membalas kejahatan saudara-saudaranya tetapi ia tidak melakukannya.
Yusuf mengampuni mereka bahkan memberi pertolongan.
Kedua adalah Musa.
Walaupun Musa ditentang hebat oleh Miryam, ia tetap diam.
Tuhanlah yang membalas perlawanan Miryam terhadap Musa.
Nama yang lain adalah Daud.
Walaupun ia dijahati oleh Saul, dimana Saul berusaha untuk membunuh Daud, tetapi ketika Daud memiliki kesempatan untuk membalas dendam, ia tidak mengulurkan tangan membunuh Saul. Daud tidak takut kepada Saul tetapi ia takut terhadap Tuhan.

Inilah kehebatan orang-orang yang menjadi kekasih Tuhan.
Hebatnya Yusuf bukan hanya ketika ia bisa menolak ajakan tidur dari nyonya Potifar, bukan hanya ketika ia bisa menafsir mimpi Firaun dan menjadi pejabat tinggi Firaun, tetapi juga kelembutan hatinya untuk memaafkan saudara-saudaranya.
Kehebatan Musa bukan hanya bertemu dengan Tuhan dan segudang pengalaman dahsyatnya mengadakan mujizat tetapi juga kelembutan hatinya menghadapi orang-orang yang menentang terhadap dirinya.
Musa menyerahkan penghakiman dan pembalasan di tangan Tuhan.
Demikian juga dengan Daud.
Kehebatan Daud bukan hanya ketika ia bisa menewaskan singa, beruang bahkan Goliat, tetapi juga kelembutan hatinya untuk tidak membalas dendam kepada Saul.
Orang seperti ini pantas disebut sebagai kekasih Tuhan.

Dalam 1 Petrus 2:23 tertulis: “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”
Selanjutnya dalam 1 Petrus 3:9 tertulis: “…dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.”
Sebagai orang percaya hendaknya kita harus belajar untuk bisa mengenakan kelemahlembutan yang Tuhan Yesus kenakan ini.
Dalam pergumulan hidupnya, Paulus juga menghadapi hal-hal tersebut.
Di dalam suratnya kepada Timotius ia menulis: “Aleksander, tukang tembaga itu, telah banyak berbuat kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya"(2Timotius 4:14).
Melalui segala pengalaman Paulus tersebut Tuhan hendak mengajar orang percaya memiliki hati seperti Tuhan Yesus dan menjadikan Dia sebagai pembela.

Satu tanda kedewasaan rohani adalah ketika kita memberi diri untuk belajar mengenal pribadi Tuhan kita Yesus Kristus dengan tanpa batas.
Hanya oleh anugerah-Nya kita beroleh kelayakan untuk belajar dari-Nya.
Pribadi-Nya yang lemah lembut mengundang kita semua untuk datang kepada-Nya setiap saat, belajar menjadi pribadi yang memiliki kelembutan hati seperti yang dimiliki oleh Tuhan Yesus Kristus.
Dengan demikian kita memenuhi panggilan Tuhan untuk menyediakan diri dimuridkan oleh Tuhan yang menghendaki seluruh dunia mengetahui bahwa kita semua adalah murid-murid Tuhan Yesus yang memiliki kualitas kehidupan kerajaan sorga yang tidak serupa dengan dunia ini.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar