Sabtu, 17 Desember 2016

MEMAHAMI MAKNA TUHAN YESUS DATANG MENGGENAPI HUKUM TAURAT


Matius 5:17-20
17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia juga datang untuk menggenapi hukum Taurat.
Apakah yang dimaksud Tuhan dengan menggenapi hukum Taurat?
Yang dimaksud dengan menggenapi berarti bukan menghilangkan hukum Taurat tersebut tetapi Tuhan memberikan teladan sebagai yang sulung dalam melaksanakan dengan tepat segala yang dituntut dari hukum Taurat, Ia membawa Taurat kepada kepenuhannya, yaitu menuntun dan mengajarkan kepada orang percaya kepada kehidupan yang berkenan kepada Allah.
Mengapa Tuhan mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, sebab seluruh hukum Taurat menyatakan kehendak Allah untuk manusia hidup didalam kebenaran.
Inilah yang Tuhan inginkan sehingga Dia memberikan hukum Taurat kepada Israel.
Dia menginginkan umat-Nya hidup dengan cara yang diperkenan oleh-Nya.
Hukum Taurat diberikan Tuhan supaya manusia memiliki cara hidup yang berkualitas tinggi sebagai warga kerajaan sorga dimana didalamnya mereka mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri.
Alasan mengapa para ahli Taurat orang Yahudi gagal memahami Taurat yang diberikan oleh Allah karena mereka tidak mengenal Allah dan kehendak-Nya secara lengkap, ketaatan mereka hanya bersifat lahiriah semata.
Apa yang mereka lakukan tidak didasarkan atas kasih kepada Allah dan kepada sesamanya.
Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat sepertinya sanggup menjalankan semua yang diperintahkan oleh Tuhan dengan akurasi yang sedemikian tinggi.
Tetapi hati mereka, yang juga Tuhan tuntut untuk mentaati hukum Taurat, tidak ditundukkan kepada Taurat itu sendiri.
Mereka gagal memahami hukum Taurat walaupun secara tindakan lahiriah mereka tidak bercacat, tetapi sebenarnya mereka tidak ada kesungguhan dan kerinduan sejati yang menjadi pendorong mereka untuk melakukan apa yang diperintahkan didalam hukum Taurat tersebut.
Taurat mengajar hati umat Tuhan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa.
Dari kasih itulah lahir ketaatan dan penghormatan yang tertinggi untuk dipersembahkan dengan hati yang murni kepada Allah, bukan dengan paksaan.
Tindakan yang tidak lahir dari hati yang mengasihi Tuhan tidak dianggap sebagai ketaatan yang sejati.

Oleh sebab itu, Tuhan Yesus menasehati para murid-Nya untuk tidak memiliki hidup keagamaan seperti yang dimiliki ahli Taurat dan orang Farisi.
Tuhan Yesus ingin para murid-Nya memberlakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh mulai dari hati yang murni mengasihi dan menghormati Tuhan dan bukan hanya sekedar tingkah laku secara lahiriah belaka.
Olehnya Tuhan mengatakan dengan tegas diayat 20 : "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga".
Jika demikian apa yang dituntut oleh Tuhan didalam diri anak-anak Allah? Tentu tidak lain dan tidak bukan adalah kesempurnaan hidup didalam kebenaran dihadapan Allah.
Olehnya di ayat 48 didalam Injil Matius 5 Tuhan Yesus menutup perkataan-Nya dengan kalimat "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Siapa yang berkomitmen dengan segenap hati dan perbuatan untuk melakukan hukum Taurat, dialah yang akan dihargai oleh Allah (Matius 5:19).
Mengajarkan, menjalankan, mencintai Taurat-Nya adalah bagian-bagian yang tidak dapat terpisah satu dengan lainnya.
Siapa yang mengajarkan tetapi tidak melakukan, dia adalah orang yang tidak berkomitmen total untuk mengasihi Tuhan secara benar.
Siapa yang mengajarkan orang lain untuk tidak melakukan satu saja dari apa yang diperintahkan didalam hukum Taurat, dia akan dipandang rendah oleh Allah.
Tuhan menuntut segenap Taurat ditaati dengan segenap hati.
Namun dari semua yang kita lakukan ini, yaitu ketaatan kita kepada segala apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan kepada kita bukan karena supaya dipandang sebagai sebuah jasa sehingga beroleh selamat oleh karena melakukan hukum-hukum tersebut, sebab keselamatan manusia hanya oleh anugerah-Nya melalui penebusan darah Tuhan Yesus diatas kayu salib.
Tuhan Yesus menggenapi hukum Taurat itu artinya hal ini juga memuat panggilan agar orang percaya mengikuti jejak-Nya menggenapi apa yang diperintahkan Tuhan didalam hukum Taurat, namun sekali lagi hal ini bukan supaya kita menjadi selamat melainkan sebagai respon orang percaya terhadap panggilan Tuhan Yesus yang telah menebusnya untuk hidup sempurna seperti Bapa di Sorga yang adalah sempurna.

Kekristenan tidak boleh meniadakan salah satu bagian dari hukum Taurat dan kitab-kitab nabi, ataupun mengajarkannya demikian.
Mengapa? Sebab itu merupakan wahyu dari Allah, sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk menguranginya, sekalipun bagian yang terkecil.
Tuhan menuntut kesempurnaan hidup kebenaran kita dihadapan-Nya harus sesuai dengan nilai kesempurnaan didalam kesucian seperti Tuhan sendiri (Matius 5:48).
Kesempurnaan disini adalah kesempurnaan hubungan yang benar antara manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamanya.
Di dalam penjelasan-Nya Tuhan mengungkapkan, Hukum Taurat melarang pembunuhan, namun yang menjadi kepedulian Allah bukan hanya pembunuhan melainkan juga kemarahan, khususnya kemarahan kepada saudara-saudara seiman (Matius 5:22), sebab Allah melihat apa yang ada di dalam hati.
Kemarahan yang menyala-nyala dapat mengarahkan seseorang kepada tindakan dosa yaitu tindakan kekerasan, hati yang membenci dan mendendam bahkan sampai masuk kepada pembunuhan.
Kemarahan yang seringkali diekspresikan dengan kata-kata makian atau kata-kata tuduhan, akan membawa dampak bagi kehidupan ibadah seseorang menjadi tidak berkenan dihadapan Tuhan, bahkan hal ini dapat menyeret seseorang kepada penghukuman abadi (Matius 5:23-26).

Dengan demikian kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali dibumi bukanlah untuk membatalkan hukum Taurat tetapi menggenapinya.
Penggenapan itu meliputi apa yang dilakukan dan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Ia menjadi yang sulung memberikan teladan-Nya bagaimana membawa hidup mentaati hukum-hukum Allah secara benar didalam kasih yang sempurna, mulai dari sikap hati, perkataan maupun perbuatan.
Karena itu setiap orang yang mengaku pengikut Kristus harus hidup didalam ketaatan "melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum-hukum Allah dengan segenap hati dan jiwanya, namun hal ini bukan dipandang sebagai suatu jasanya kepada Tuhan, tetapi harus dipandang sebagai responnya yang sungguh-sungguh murni tulus mengasihi Tuhan yang telah menebusnya dari segala dosa yang memperkenan dirinya untuk mengenal dan memperagakan hidup yang kekal didalam kebenaran-Nya yang memerdekakan hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar