Rabu, 14 Desember 2016
HIDUP SEBAGAI PEMBAWA DAMAI SECARA BENAR
Matius 5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Dunia tempat kita hidup hari ini keadaannya semakin jahat. Kasih kebanyakan orang menjadi semakin tawar (Matius 24:12), sehingga konflik dan pertikaian antar manusia pun semakin meningkat, baik di keluarga, antar kelompok, antar suku, antar agama, sampai antar bangsa, dan yang paling menyedihkan, keributan di antara anak-anak Tuhan dan gereja-gereja.
Dalam ucapan bahagia-Nya di bukit, Tuhan Yesus memberikan panggilan kepada kita untuk menjadi pembawa damai.
Kata “pembawa damai” di sini dalam teks Yunani adalah "eirenopoios" yang juga dapat diterjemahkan sebagai “pembuat damai” (peacemaker).
Yang dimaksud “damai” di sini ialah :
Pertama, hubungan yang harmonis antara manusia dan Allah (Roma 3:25).
Kedua hubungan yang baik dan harmonis antara sesama manusia, baik didalam keluarga, di masyarakat dan antar bangsa (Markus 9:50).
Berkenaan membangun hubungan yang harmonis dengan Allah, seharusnya seseorang tergetarkan oleh realitas kematian kekal dan kehidupan kekal sehingga sungguh-sungguh menjadi takut dan berdamai dengan Allah secara benar. Harus diperhatikan, bahwa seorang yang datang ke gereja belum berarti berdamai dengan Allah.
Perdamaian dengan Allah ditandai dengan kesediaan hidup menuruti segala keinginan-Nya setiap saat.
Penyesatan dewasa ini kepada jemaat yaitu dikesankannya, kalau sudah percaya kepada Tuhan Yesus dan pergi ke gereja berarti sudah berdamai dengan Allah. Padahal kata "percaya kepada Tuhan Yesus" tidak sesederhana itu.
Percaya kepada Tuhan Yesus artinya menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Yesus dan menyediakan diri hidup melakukan kehendak-Nya setiap waktu, sebab keselamatan yang Allah berikan harus tetap dikerjakan dengan sikap takut dan gentar terhadap Allah sejak seseorang masih hidup di dunia ini.
Jika ia tidak ada didalam perjuangan melakukan kehendak Bapa setiap hari maka ia belumlah dikatakan berdamai dengan Allah secara benar.
Tuhan Yesus mengatakan agar manusia takut akan Allah yang berkuasa, yang bukan saja dapat membunuh tubuh tetapi yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28).
Takut akan Allah harus diwujudkan secara konkret dalam kehidupan dengan melakukan kehendak-Nya.
Kenyataannya dalam kehidupan orang Kristen, jangankan melakukan kehendak-Nya, mengerti kehendak-Nya saja, tidak. Bagaimana bisa mengerti kehendak-Nya jika usaha untuk mencari kehendak-Nya untuk dilakukan pun tidak pernah ia perjuangkan.
Seseorang yang ingin benar-benar berdamai dengan Allah maka ia harus mengenal Injil-Nya secara lengkap dan utuh dan terus memberi diri untuk hidup didalam kebenaran-Nya.
Jika tidak, bagaimana memiliki kepekaan terhadap kehendak-Nya kalau tidak belajar Injil dengan benar?
Belajar Injil dengan benar artinya tekun dan sungguh-sungguh mencari kehendak Allah didalam Injil-Nya, terus bertumbuh mengasihi-Nya dan tidak lagi mengasihi dunia ini dengan apa yang ada didalamnya yaitu keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup sebab hal tersebut bukan berasal dari Allah (1 Yohanes 2:15).
Orang yang mengasihi dunia pikirannya menjadi gelap, ia tidak akan bisa mengerti kebenaran (Lukas 16:11).
Sehingga gaya hidupnya pun tidak sesuai dengan standar Allah.
Hidup sesuai dengan standar Allah artinya kesediaan manusia untuk terus mengambil bagian didalam kekudusan-Nya (Ibrani 12:10 ; 1 Petrus 1:14-16), segala tindakannya selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya.
Orang-orang yang tidak ada didalam perjuangan membawa hidupnya untuk meraih kehidupan yang sesuai dengan standar Allah, maka sebetulnya ia tidak pernah berjalan secara benar dalam membangun hubungan yang harmonis dengan Allah.
Mereka belum bisa dikatakan ada didalam persekutan dengan Tuhan Yesus.
Inilah yang dimaksud dengan belum berdamai dengan Allah.
Dalam hal ini perdamaian dengan Allah bukan saja pengakuan atau status bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi sebuah keberadaan atau fakta yang konkret dimana seseorang selalu taat melakukan segala apa yang menjadi kehendak-Nya untuk dilakukan disertai dengan sikap takut dan gentar terhadap Allah.
Itulah sebabnya kalimat “diperdamaikan dengan Allah” menuntut respon dua belah pihak.
Allah menyediakan fasilitas pendamaian yaitu Kesediaan Allah mengorbankan darah-Nya tercurah diatas kayu salib menebus semua dosa-dosa manusia supaya manusia yang ditebus-Nya dipanggil untuk menyediakan dirinya hidup didalam kehendak-Nya dan meresponinya dengan penuh tanggung jawab, setia mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar kepada Allah yang telah menebusnya.
Setelah berdamai dengan Allah kita juga dipanggil sebagai utusan-Nya, menjadi duta-duta-Nya yang membawa damai dibumi ini.
Orang percaya dipanggil untuk mendatangkan damai bagi sesamanya, maka orang percaya harus mempunyai hati yang penuh pengampunan dan kesediaan untuk menerima sesama apa adanya, memberi pertolongan kepada sesama yang membutuhkan uluran tangan sehingga kehadirannya di mana pun membawa damai sejahtera, berdampak yang positif bagi sesama.
Dan yang terpenting adalah kita harus memperkenalkan Injil, yaitu berita tentang Sang Raja Damai yang mampu memperdamaikan manusia dengan Allah.
Oleh sebab itu menjadi hal utama sebelum kita menjadi orang yang membawa damai Tuhan di bumi ini maka kita harus menyediakan diri untuk diperdamaikan terlebih dahulu dengan Sang Raja Damai.
Didalam ungkapan Tuhan Yesus, pembawa damai disebut berbahagia. Mengapa bahagia? Karena mereka sudah terlebih dahulu telah berdamai dengan Allah dan dilayakkan disebut sebagai anak-anak-Nya yang memiliki hak ahli waris yang bersukacita karena boleh mendiami tempat kerajaan sorga bersama-sama dengan Bapa di sorga yaitu Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus.
Jadi bertapa terhormat dan mulia posisi yang dimiliki bagi mereka yang menyediakan dirinya sebagai pembawa damai dibumi karena mereka disebut sebagai anak-anak Allah yang memiliki hak ahli waris dari-Nya.
Hidup kekristenan kita harus sampai kepada tingkat dimana kita menyediakan diri sebagai orang-orang yang membawa damai yang berasal dari Sang Raja Damai Allah kita Yesus Kristus, oleh sebab itu marilah kita terus-menerus mengoreksi diri dan membereskan diri, senantiasa bertobat secara sungguh-sungguh, tetap memelihara iman kita kepada Tuhan dan menjaga hubungan kasih antara sesama kita, supaya hubungan kita dengan Tuhan dari hari ke hari selalu semakin harmonis.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar