Minggu, 11 Desember 2016

LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN INJIL KERAJAAN SORGA (Bagian 2)


Mazmur 42:2–3
2 Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
3 Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

Ungkapan berbahagia oleh Tuhan Yesus bagi orang yang lapar dan haus akan kebenaran sebenarnya sejajar dengan ungkapan Pemazmur yang merindukan Tuhan yang digambarkan seperti rusa yang merindukan sungai yang berair.
Kehausan ini adalah gambaran bahwa Tuhan adalah kekasih jiwa satu-satunya yang dirindukan dan yang selalu dinantikan-nantikan setiap harinya.
Tidak ada keindahan lain didalam hidupnya selain ia bisa bersekutu dengan Tuhan, mengenal lebih dekat, lebih dalam dan menuruti segala kehendak-Nya, tanda bahwa ia menjadikan Tuhan sebagai kekasih jiwa yang abadi satu-satunya.
Pertanyaannya, apakah kita sudah memiliki kehausan akan Tuhan pada tingkat seperti ini?
Keindahan hidup ini terletak pada usaha kita untuk menemukan Tuhan dalam seluruh gerak kehidupan kita masing-masing.
Hal pertama yang harus kita miliki untuk bisa berusaha menemukan Tuhan adalah memiliki lapar dan kehausan akan Tuhan dan kebenaran-Nya, mengenal-Nya, menemukan kehendak-Nya untuk dilakukan.

Orang percaya harus memiliki tingkat lapar dan kehausan akan Tuhan dan kebenaran-Nya sebagai kebutuhan mendesak didalam hidupnya.
Hal ini tentu diawali dengan kerinduannya ingin selalu bertemu dengan Tuhan, hati dan jiwanya selalu ingin terhubung dengan-Nya setiap saat, selalu ingin bersekutu dengan-Nya seperti rusa yang haus merindukan sungai yang berair.
Kehausan seorang anak Tuhan yang benar pasti disertai penghargaan setinggi-tingginya terhadap Tuhan sebagai sesuatu yang bernilai lebih dari nyawa kita sendiri.
Dengan demikian, waktu, tenaga, harta dan apapun menjadi tidak berarti dibandingkan dengan keindahan akan Tuhan sebagai satu-satunya yang kita perlukan didalam kehidupan kita.
Kerinduan bertemu dengan Tuhan dan mengalaminya setiap hari ini, juga merupakan kerinduan dimana kita merindukan Tuhan dan tanah air kita di kerajaan sorga di langit baru dan bumi yang baru dimana Tuhan Yesus menghendaki orang percaya juga berada disana bersama-sama dengan-Nya, supaya ditempat Tuhan Yesus ada, orang percaya pun ada (Yohanes 14:3).
Dengan ini kita akan semakin sadar bahwa dunia ini bukan rumah kita, olehnya kita harus rela melepaskan keterikatan dengan apa pun yang berasal dari dalam dunia ini, kemudian kita hanya boleh terikat dengan satu Pribadi saja yaitu Pribadi Tuhan Yesus sebagai kekasih jiwa yang abadi yang melakukan kehendak-Nya adalah menjadi prioritas utama satu-satunya didalam seluruh agenda kehidupan kita.

Sikap hati yang dibutuhkan untuk membangun lapar dan kehausan yang benar untuk menemukan dan mengalami Tuhan dan mengerti kebenaran-Nya adalah kita datang kepada Tuhan dengan hati nurani yang bersih dan tulus dengan berkata "Tuhan, aku ingin mengenal-Mu secara benar, aku ingin bertemu dengan Engkau, mengerti kehendak-Mu dan melakukannya dengan taat setiap hari”.
Dengan kerinduan kita yang selalu rindu mencari kehendak-Nya untuk dilakukan, barulah kita bisa mengalami Tuhan secara benar, sebab kita tidak lagi tercemar dengan konsep-konsep mengenai Tuhan yang marak beredar dewasa ini, yang sesungguhnya banyak yang sudah menjurus kepada banyak kesesatan.
Banyak orang diajari konsep bahwa Tuhan adalah penyedia berkat jasmani, pembawa kemakmuran, dan bisa dimintai apa pun jika Ia sedang senang kepada kita.
Konsep ini bukannya membawa orang kepada keselamatan kekal, malahan bisa membinasakan; sebab sebenarnya bukan Tuhan yang menjadi kekasih abadi didalam hatinya melainkan dunia ini dan keindahannya.
Berkenaan dengan hal ini Rasul Yohanes memberi nasehatnya dengan pernyataan : Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia (1 Yohanes 2:16).
Hal ini juga paralel dengan dengan pernyataan Yakobus dalam suratnya menasehatkan umat dengan memberi pernyataan : Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yakobus 4:4).
Tidak peduli apakah kita seorang Kristen baru atau seorang yang sudah bertahun-tahun menjadi Kristen, namun jika selama ini kita masih tercemar pandangan yang keliru tentang Tuhan, marilah kita mulai dari awal lagi untuk belajar mengenal-Nya. Dengan demikian pasti kita dapat menemui-Nya dan mengalami-Nya, dan menyadari betapa indahnya hidup bersama Tuhan.

Orang percaya harus memiliki tingkat kualitas lapar dan kehausan akan Allah dan kebenaran-Nya secara permanen, artinya pada tingkat yang murni benar merindukan Tuhan tanpa motivasi terselubung.
Pada umumnya ketika dalam situasi ekonomi yang sulit dan keadaan serba terjepit seseorang dalam mencari Tuhan, akan merasakan lapar dan kehausan akan Allah secara antusias, tetapi ketika sudah memiliki harta, uang, dan segala fasilitas yang ia perlukan, maka kehausan akan Allah menjadi luntur bahkan ada yang menjadi hilang sama sekali.
Pada waktu masih hidup sendiri tanpa pasangan hidup, ia merasa dirinya memiliki lapar dan kehausan akan Allah, tetapi begitu memiliki pasangan hidup kehausannya akan Allah menjadi pudar.
Ini berarti Tuhan masih bisa tergantikan.
Orang-orang seperti ini hanya menjadikan Tuhan sebagai pengganti sementara.
Mestinya lapar dan kehausan akan Allah dan kebenaran-Nya harus sampai pada kesadaran yang benar bahwa baginya Tuhan tidak akan tergantikan oleh apapun dan siapapun.
Dalam hidup ini ia tidak memandang ada pilihan lain selain Tuhan dalam hidupnya. Baginya Tuhan tidak akan dapat tertandingi oleh apapun dan siapapun.
Ini berarti memiliki Tuhan Yesus sudah berarti hidup berlimpah.
Dengan demikian ia dapat menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pelabuhan abadi dan memastikan tidak ada ilah-ilah lain di dalam hatinya selain hanya Tuhan Yesus sebagai Allah satu-satunya yang memenuhi seluruh ruangan didalam hatinya.

Lapar dan kehausan akan Allah berkembang atau menjadi kuat seiring dengan pudarnya keinginan terhadap segala keindahan yang ditawarkan oleh dunia ini kemudian ia memilih terfokus pada kerinduan akan Tuhan saja.
Pemazmur menyatakan perasaan ini dengan pernyataan: Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama- lamanya (Mazmur 73:26).
Sampai level kekristenan seperti ini, barulah seseorang dapat menjadi mempelai Tuhan yang tidak bercacat dan tidak bercela. Kitab Wahyu mengatakan bahwa, mereka seperti wanita yang tidak mengenal laki- laki, hatinya tidak tercemari oleh kenajisan dan berhala (Wahyu 14:4).
Lapar dan kehausan akan Allah juga merupakan suatu proses yang tidak boleh terhenti sampai kapanpun.
Harus terus bertumbuh.
Pertumbuhan dalam kebenaran Firman Tuhan ini harus sampai tahap mengubah diri seseorang dari cara pola berpikir duniawi menjadi cara pola berpikir memikirkan perkara-perkara diatas, mengubahkan dari cara pola berpikir manusia menjadi cara pola berpikir seperti Kristus.
Untuk memiliki pikiran Kristus seseorang harus mengenal akan kebenaran Tuhan secara lengkap atau utuh dan mengalami Tuhan secara nyata setiap hari, dan hal ini baru bisa terwujud jika kita memiliki sikap lapar dan kehausan akan Allah setiap hari dan menjadikan kebenaran-Nya sebagai pola gaya hidup kita secara permanen didalam menantikan kedatangan-Nya.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar