Minggu, 08 Mei 2016
IBADAH YANG BERKENAN DIHADAPAN TUHAN
Roma 14:17-18 Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Kalau ada yang bertanya bagaimana hidup Kristen yang berkenan dihadapan Tuhan, maka kita cukup mengangkat satu jari telunjuk. Mungkin saudara melipat dahi dan bertanya: apa maksudnya? Maksudnya sederhana, yaitu cuma satu. Jari telunjuk tadi mengisyaratkan bahwa hanya satu, yaitu Kerajaan Allah. Rahasia hidup Kristen yang berkenan adalah hanya memiliki satu tujuan hidup, yaitu Kerajaan Allah. Harus selalu diingat, hanya satu. Lebih dari ini tidak layak untuk Kerajaan Allah. Di dalam Kerajaan Allah tersebut terdapat Allah sendiri dan pemerintahan-Nya di mana kita harus menundukkan diri dan mengabdikan hidup sepenuhnya tanpa batas. Pemerintahan Allah adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh Tuhan Yesus sebagai Allah satu-satunya dan dilaksanakan oleh Roh Kudus sebagai representasi kehadiran Allah (Elohim). Untuk hal ini sikap seseorang terhadap Tuhan Yesus sangat menentukan. Sikap yang benar terhadap Dia adalah mengakui dan menerima Dia sebagai pemilik kehidupan ini.
Ketika seseorang menyatakan diri menerima Tuhan Yesus Kristus, itu berarti ia mengakui dan menerima bahwa Tuhan Yesus yang menciptakan langit dan bumi, dan bahwa Dia yang mempunyai dunia dengan segala isinya, termasuk manusia. Sebagai orang percaya kita tidak boleh ragu-ragu dan tidak boleh takut menyatakan bahwa sesungguhnya Tuhan Yesus adalah Logos atau Firman yang menjadi manusia dengan kata lain Allah yang telah menjadi manusia. Sebelum menjadi manusia yang dalam segala hal disamakan dengan kita, Dia yang adalah Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu yang ada sekarang ini (Yoh. 1:1-3).
Pemerintahan dan pengaturan alam semesta ini sesungguhnya berasal dari Tuhan Yesus . Firman Tuhan mengatakan: … seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala (Mik. 5:2). Yang dimaksud seorang tersebut adalah Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa sebelum turun ke bumi Ia telah menerima kemuliaan, setelah bangkit Ia kembali ke tempat di mana diri-Nya berasal.
Ketika seseorang menyatakan menerima Yesus sebagai Tuhan artinya ia menerima dan mengakui Dia sebagai pemilik dan penguasa kehidupan ini. Itu pula berarti mengakui pemerintahan-Nya. Sejak saat itu seharusnya tidak ada pemerintahan yang berhak mengatur hidupnya selain Tuhan Yesus melalui Roh Kudus.
Menerjemahkan Yesus Sang Pemilik Kehidupan, Sang Kristus, Sang Raja dan Majikan dalam kehidupan secara pribadi adalah perjuangan terberat. Sebab untuk itu seseorang harus merobohkan suatu kerajaan yang telah ia bangun kuat selama bertahun-tahun dan telah ia nikmati kemakmuran serta kenyamanannya. Kerajaan itu adalah “diri sendiri”; bagaimana berkuasa atas diri sendiri serta hidup hanya untuk memuaskan hasratnya sendiri.
Di kerajaan yang harus dirobohkan tersebut kepala pemerintahannya adalah “si aku”, yang sering berpikir dan merasa bahwa kerajaan itu adalah miliknya. Menurut banyak orang atau hampir semua manusia, bahwa kebebasan kehendak diri sendiri dianugerahkan Allah Sang Pencipta kepada masing-masing individu untuk dimiliki, dikembangkan begitu rupa, dibuat berbunga-bunga seindah-indahnya dan dinikmati sampai menutup mata. Menurut banyak orang itulah satu-satunya kesempatan menikmati sebuah kehidupan dalam kerajaannya sendiri yang dinilai agung dan mulia. Bahkan tidak sedikit yang berpikir bahwa Tuhan pun ada demi keberlangsungan kerajaan itu. Mereka berpikir merobohkan kerajaan itu berarti meruntuhkan semua kebahagiaan hidup. Itu berarti seseorang kehilangan kehidupan ini. Itulah sebabnya mereka tidak bersedia merobohkannya.
Dengan pemikiran yang salah di atas tersebut, mereka tidak menerima kalau kerajaan itu harus dirobohkan demi Tuhan. Mereka tidak berpikir kalau Tuhan sungguh-sungguh menginginkannya. Menurut mereka Tuhan sudah memiliki Kerajaan sendiri, mana mungkin Tuhan menginginkan kerajaan kecil yang dimiliki manusia? Mereka berpikir bahwa Tuhan memberi kedaulatan kepada manusia, dan manusia bebas menggunakan kedaulatannya menurut apa yang menyenangkan dan membahagiakan manusia itu sendiri. Bila perlu, Tuhan pun mendukung. Menurut mereka Tuhan hanya berkenan untuk dipuji-puji dan disembah. Mereka mengira Tuhan lebih tersanjung kalau dipercayai kuasa-Nya, sehingga Ia bisa membuat mukjizat dan orang-orang memuliakan nama-Nya dengan buah bibir, musik, tarian, liturgi dan berbagai seremonial lainnya.
Padahal Tuhan menginginkan kitanya menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran artinya Roh di sini hendak menunjuk sikap batin atau sikap hati, yaitu komponen manusia yang tidak kelihatan.
Kebenaran di sini adalah ibadah dengan mempersembahkan segenap wilayah hidup kita sebagai alat peraga bagi Tuhan dan membawa sikap yang taat untuk sungguh sungguh mengenakan pribadi Kristus agar bisa senantiasa melakukan apa yang menjadi kehedak Allah didalam dirinya.
Jadi jelas kita menyembah Allah harus juga didalam kebenaran yang dimana kita membawa sikap hidup kita yaitu seluruh wilayah hidup kita untuk kita persembahkan bagi kemulian nama Tuhan Yesus Kristus artinya memunculkan sikap hidup yang mengenakan pribadi Kristus didalam dirinya, memperagakan seluruh hidupnya menjadi saksi Kristus, surat terbuka kebenaran Injil Kristus untuk selalu diberitakan lewat kehidupannya.
Inilah ibadah yang dikehendaki oleh Tuhan kita Yesus Kristus bagi orang orang percaya.
Allah menghendaki agar kita menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.
Ini adalah sebuah ibadah yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Pertama, ibadah yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Ini berarti bahwa ruang ibadah kita meliputi segenap wilayah hidup dan segenap waktu kita.
Kedua, ibadah yang tidak terikat oleh sistem aturan yang buat oleh manusia yang hanya sebatas ceremonial ibadah greja atau komsel saja, namun sekali lagi kita harus membawa ibadah kita kepada Tuhan adalah ibadah yang menembus semua area tempat dan waktu.
"Kolose 2:20 Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:"
Ini bukan berarti ibadah yang kita selenggarakan tidak perlu ketertiban. Kita harus memberi isi secara benar apa yang dimaksud dengan “tertib” itu. Dimana kita sebagai umat percaya wajib harus secara tertib datang beribadah kepada Tuhan di greja, di komsel komsel dan di seluruh tempat dimana kita berada artinya kita beribadah kepada Tuhan tanpa ada batas ruang dan waktu dan tentu kita harus senatiasa memberi diri menjadi alat kebenarannya Tuhan disetiap detik hidup kita.
Ketiga, ibadah yang dilakukan oleh pribadi-pribadi yang bertingkah laku sesuai dengan kehendak obyek yang disembah yaitu sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Dalam hal ini jelas bahwa ibadah bukan hanya soal liturgi, upacara dan ritual. Tetapi ibadah juga meliputi cara hidup dan buah buah kebenaran didalam kehidupan.
Yakobus 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar