Senin, 23 Mei 2016
MENGARAHKAN GAYA HIDUP YANG BERKENAN DIHADAPAN TUHAN
2 Petrus 3:10-11
10 Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.
11 Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup
Petrus menasehati umat Tuhan untuk benar benar dengan serius mempersiapkan diri hidup sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan yaitu menjadi manusia manusia yang melakukan kehendak Tuhan dengan taat dan menjaga kesucian hidup tidak bercacat cela sampai pada saat hari kedatangan Tuhan Yesus menjemput orang percaya masuk kedalam kerajaan-Nya. Hendaknya nasehat Petrus ini harus menjadi gaya hidup orang percaya yang setia menantikan kedatangan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang percaya bukan berasal dari dunia ini (Yohanes 17:16), seperti Dia juga bukan berasal dari dunia ini. Tuhan Yesus juga menunjuk bahwa orang percaya bukan bagian dari dunia ini sebab dunia ini akan dihancurkan sesuai dengan apa yang dikatakan Petrus dalam suratnya bahwa langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya (2Petrus 3:1-13). Dengan demikian hendaknya orang percaya harus sadar bahwa dunia ini bukan tempat untuk mencari kenyamanan hidup yang sebenarnya. Hidup didunia ini adalah hidup yang belajar taat kepada kehendak Tuhan dan menyempurnakan diri segambar dengan Tuhan Yesus. Dengan gaya hidup seperti ini maka sesuai dengan janji-Nya, Tuhan akan mengangkat orang percaya (1Tesalonika 4:17). Orang percaya akan diungsikan Tuhan, dibawa ke tempat di mana tidak ada kejahatan yaitu didalam kerajaan-Nya yang kekal.
Firman Tuhan menyatakan bahwa orang percaya yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah orang percaya akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
Orang percaya adalah orang-orang yang akan dibawa keluar dari dunia ini ke kota yang memiliki dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Itulah kota yang dirindukan oleh Abraham (Ibrani 11:10).
Kerinduannya terhadap kota itu mendorong Abraham meninggalkan Ur-Kasdim dan tidak pernah berniat kembali ke negerinya, walaupun ia akhirnya juga mati dan tidak menemukan negeri itu. Ia hanya melihat dari jauh dan melambai-lambaikan tangannya.
Hal ini menunjukkan kerinduannya yang sangat kuat untuk sampai ke negeri itu.
Ini suatu hal yang mengagumkan, yaitu walaupun Abraham hidup di zaman Perjanjian Lama, tetapi ia sudah menghayati betapa tidak bernilainya hidup di bumi ini kalau hanya menikmati kesenangannya.
Itulah sebabnya ia merindukan tempat lain.
Abraham sangat menghargai Tuhan lebih dari apapun, ia sangat taat menyerahkan kehendak dan keinginannya sendiri kepada yang diingini oleh Tuhan. Ia rela meninggalkan negerinya dan tidak menikmati kehidupan seperti orang lain.
Ia juga berani mempersembahkan anaknya, Ishak, tanpa ragu-ragu demi Tuhan yang dihormati dan dihargainya lebih dari segala hal.
Jiwa ketaatan dan kepercayaan Abraham inilah yang menunjukkan imannya kepada Tuhan. Sejatinya kehidupan iman Abraham seperti ini yang harus juga diteladani sepenuhnya oleh orang percaya .
Harus diingat bahwa orang-orang yang dinyatakan beriman sebagai anak-anak Abraham mestinya memiliki kehidupan seperti Abraham.
Oleh sebab itu, kalau mau menjadi seorang yang berasal dari atas, harus meninggalkan percintaannya dengan dunia ini. Percintaan dunia artinya hasrat menikmati hidup di bumi sama seperti orang-orang pada umumnya.
Harus diingat bahwa orang percaya tidak berkewajiban memiliki segala sarana yang ada di dunia ini dan kesenangan-kesenangannya.
Sesungguhnya yang penting adalah melayani Tuhan dengan segala sesuatu yang Tuhan percayakan kepada orang percaya.
Jadi kalau orang percaya studi, berkarir, bekerja, berumah tangga dan melakukan segala kegiatan, semua itu diperuntukkan bagi kepentingan persiapan memasuki Kerajaan Surga, bukan untuk membangun surga di bumi ini.
Kita mengerjakan segala sesuatu untuk Tuhan, bukan untuk kepentingan hidup kita dibumi ini.
Dengan demikian kita pada akhirnya menaruh hati kita kepada harapan, sukacita, dan kebahagiaan kita hanya kepada Tuhan Yesus saja.
Sikap hati seperti ini akan membangun jiwa yang sangat kuat dikuasai oleh Roh Kudus yang akan terus menggarap dan mengarahkan hidupnya kepada kehendak-kehendak Tuhan secara sempurna didalam hidupnya.
Abraham adalah teladan iman orang percaya. Seperti Abraham meninggalkan Ur-Kasdim mencari “kota Tuhan”, demikian pula orang percaya hidup di dunia ini juga hanya mau mencari kota Tuhan yaitu kerajaan surga.
Untuk itu fokus orang percaya haruslah mengusahakan diri mengumpulkan harta di surga, yaitu dengan usaha memiliki gaya hidup sebagai anak-anak Allah.
Gaya hidup orang percaya adalah gaya hidup yang mengarahkan diri kepada perkara-perkara yang di atas.
Olehnya Tuhan Yesus berkata :
Matius 6:19-21
19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Dengan demikian orang percaya haruslah dapat bersunguh-sungguh menunjukkan kehidupannya sebagai alat peraga Tuhan di bumi ini yaitu menjadi pribadi pribadi yang mengumpulkan hartanya disurga artinya sejatinya hidup orang percaya adalah hidup hanya bagi Tuhan Yesus dan kepentingan kerajaan-Nya.
Oleh hal ini orang-orang percaya dapat menjadi terang dunia dan orang-orang dapat melihat kota yang terletak di atas bukit. Kota yang terletak di atas bukit adalah Yerusalem Baru/Kerajaan Tuhan Yesus di Surga.
Orang-orang Kristen yang tidak mau mengerti dan tidak mau mengenakan kebenaran ini akan makin terbelenggu oleh percintaan dunia dan tidak pernah bisa dilepaskan.
Bagian mereka adalah api kekal, disamakan dengan orang-orang fasik, sebab persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4).
Sejatinya masih banyak orang Kristen berkeadaan seperti ini. Kalau kita sedang dalam berkeadaan seperti ini, harus segera mengambil keputusan untuk berdamai dengan Tuhan, kembali kepada Tuhan dan mulailah memenuhi rencana Tuhan menjadi alat peraga Tuhan yang taat, menggelar kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan yang tidak bercacat cela segambar seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar