Kamis, 19 Mei 2016

PERTOBATAN YANG MEMBUAT DI SURGA BERSUKACITA


Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu: “Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Dalam kisah anak yang terhilang di Lukas 15:11-32 dikisahkan bahwa orang tua si Bungsu mengadakan pesta atas kepulangan anak bungsunya.
Hal ini menggambarkan sukacita di surga kalau ada satu orang bertobat.
Sering kita mendengar pendeta dan pemimpin puji-pujian mengatakan hal tersebut di depan jemaat. Kemudian dikesankan bahwa kalau ada orang yang bersedia mengubah kelakukannya dan mulai rajin ke gereja dipahami sebagai telah bertobat dan dinyatakan bahwa karena pertobatan orang tesebut membuat atau menciptakan sukacita di surga. Siapa sajakah yang bersukacita di surga? Tentu selain malaikat, yang pasti Tuhan pun bersukacita.

Masalah yang harus dipecahkan adalah pertobatan yang bagaimanakah yang membuat Tuhan bersukacita? Kalau hanya mengaku bertobat dengan meresponi “altar call”, belumlah membuat surga bersukacita.
Pertobatan yang dapat membuat surga bersukacita adalah pertobatan yang benar menurut ukuran Tuhan. Pertobatan yang benar adalah pertobatan seperti si Bungsu dalam Lukas 15:11-32, yaitu dari kehidupan yang dikuasai diri sendiri berbalik kepada kehidupan yang tunduk pada otoritas Allah Bapa.
Ketertundukkan ini sebagai ciri dari orang yang bersedia hidup dalam pemerintahan Allah, yaitu orang-orang yang pasti diperkenan masuk anggota keluarga Kerajaan Allah. Sukacita ini seperti menyambut kelahiran seorang anak dalam suatu rumah tangga.

Tentu saja pertobatan yang benar, yang membuat seseorang mengalami kelahiran baru, bukanlah satu kali pertobatan, tetapi sebuah proses pertobatan terus menerus yang membuka pengertian seseorang terhadap kebenaran dan kesediaan diri dalam sukacita hidup dalam dominasi Allah.
Untuk pertobatan seperti ini dibutuhkan pencerahan oleh kebenaran Firman Tuhan yang terus menerus secara berkesinambungan dan memberi diri untuk diajar, dituntun dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk melakukan Firman Tuhan dan kehendak-Nya. Tentu saja hal ini tidak bisa berlangsung secara otomatis, tetapi harus diupayakan oleh masing-masing individu untuk meresponi dan berjalan seiring dengan Roh Kudus dan selalu mentaati-Nya.
Oleh sebab di satu aspek keselamatan adalah anugerah, yaitu pemberian cuma-cuma.
Setelah menerima anugerah tersebut harus ada yang dipertaruhkan dan harus berani kerja keras agar dapat “masuk pintu sesak” yaitu memberikan segenap hidup bagi Tuhan untuk menjadi manusia yang taat kepada kehendak Tuhan dan menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Dikatakan Tuhan Yesus sebagai Allah penebus kita maka kita wajib hidup bagi Tuhan Yesus sepenuhnya dan tidak lagi hidup menurut kehendak diri kita namun benar benar hidup hanya bagi Tuhan Yesus yang telah menebus dosa kita.
2 Korintus 5:15 "Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka".
Paulus menyatakan bahwa ia harus melepaskan semuanya dan menganggapnya sampah supaya ia memperoleh Kristus (Filipi 3:7-9).
Inilah pertobatan yang sejati yang Tuhan Yesus inginkan.

Kalau mau jujur, hari hari ini sesungguhnya banyak orang orang yang menyebut dirinya orang percaya masih belum didapati layaknya berkeadaan sebagai anak-anak Allah yang layak dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Hal ini disebabkan mereka belum memiliki pertobatan yang benar dan belum mengalami kelahiran baru sesuai dengan kebenaran Tuhan.
Kalau jemaat tidak mengerti kebenaran ini, maka mereka telah menjadi orang-orang yang tidak mengenali diri sendiri. Mereka sudah merasa sebagai orang percaya yang benar dan normal, padahal mereka masih berstatus pemberontak. Pemberontak adalah orang yang tidak bersedia hidup dalam kekuasaan Tuhan secara penuh dan utuh. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak diajar bagaimana memiliki kehidupan sebagai umat pilihan dengan standar yang benar yang Tuhan kehendaki. Sejatinya, standarnya adalah kesempurnaan dan berkeadaan segambar seperti Tuhan Yesus sendiri (Roma 8:29), yang dalam seluruh hidup-Nya, Tuhan Yesus mencontohkan bagaimana hidup dalam kasih, kudus, tidak bercacat cela dan hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Inilah kehidupan yang Tuhan Yesus inginkan dari kita orang orang percaya kepada-Nya dan hal ini baru akan mendatangkan sukacita yang besar bagi Tuhan Yesus yang bertahta di dalam Kerajaan Surga.

Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar