Sabtu, 26 November 2016

CARA MEMANDANG HIDUP YANG DIUBAHKAN


Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

Sebelum ayat ini muncul Tuhan Yesus membicarakan tentang masalah mengumpulkan harta.
Tuhan Yesus berkata : "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya (Matius 6:19-20).
Para murid, diajak oleh Tuhan Yesus untuk mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Tuhan ingin para murid/orang percaya menghidupi nilai kesetiaan kepada Tuhan secara benar yaitu :

Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar.
Yang harus diprioritaskan adalah harta sorgawi, bukan harta duniawi (Matius 6:19-20).
Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara.
Kedua, Tuhan Yesus mengajarkan harta duniawi harus ditempatkan sebagai hamba dan alat, jika harta duniawi menjadi prioritas kita, maka hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (Matius 6:21), hal ini tentu akan mengancam kesetiaan kita kepada Tuhan.
Hidup orang percaya tidak boleh mengabdi kepada dua tuan (Matius 6:24).
Firman Tuhan berkata hanya kepada Tuhan Allah saja kita mengabdikan hidup ini dan berbakti kepada-Nya (Lukas 4:8).
Harta tidak boleh menjadi tuan yang menjadikan kita menjadi budaknya.
Ketiga, Tuhan hendak mengajarkan jika hidup kita memiliki fokus hidup/cara memandang hidup yang salah maka kekuatiran akan menghimpit kehidupan kita, salah cara memandang hidup yang Tuhan berikan dalam soal memandang harta duniawi akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (Matius 25-31). Kehidupan Kekristenan seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (Matius 6:32).

Tuhan Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi.
Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dan tujuan dalam hidup orang percaya adalah bukan untuk memperoleh makanan yang mengenyangkan perut yang dapat binasa tetapi Tuhan mengajak memfokuskan hidup kita kepada makanan yang tidak dapat binasa yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.
Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta dibumi adalah penunjang kehidupan sementara, semua harus dipergunakan untuk membawa hidup kita menggenapkan rencana dan kehendak Tuhan atas hidup kita menjadi manusia yang dapat mencapai kesempurnaan mengenakan kodrat ilahi yang menghidupi nilai-nilai kekal didalam setiap perilaku dihidup kita.

Pada intinya Kekristenan harus dapat mengubah cara kita memandang hidup ini.
Bila cara kita memandang hidup berubah, maka seluruh gaya hidup kita juga berubah. Usaha merubah cara kita memandang hidup inilah yang dimaksud Tuhan dengan mendahulukan Kerajaan Allah. Ini suatu usaha yang sangat sulit.
Oleh sebab itu kita tidak boleh menganggapnya mudah. Banyak orang merasa sudah menjadi orang Kristen yang baik dengan memiliki moral yang baik di mata masyarakat dan pengetahuan Alkitab yang menurutnya memadai, padahal caranya memandang hidup masih tidak berbeda dengan anak-anak dunia. Merubah cara memandang hidup sama dengan merubah gaya hidup “normal”menurut dunia ke arah yang dipandang Tuhan dalam pemandangan-Nya bisa dinikmati oleh-Nya.
Merubah “kenormalan” yang dipandang dunia inilah hal yang sebenarnya nyaris tidak dapat dilakukan, sebab pola “kenormalan” ini telah mengakar selama belasan bahkan puluhan tahun. Dalam hal ini, hidup baru yang dimaksudkan oleh Alkitab, harus dimengerti secara benar.
2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Pada umumnya orang memahami hidup adalah makan dan minum, memiliki fasilitas (rumah, mobil dan lain sebagainya), menikah dan memiliki keturunan, menikmati segala sesuatu yang bisa dinikmati dalam hidup ini (hobby, pemandangan alam, hiburan-hiburan yang ditawarkan dunia dan lain sebagainya), meraih gelar, pangkat dan kehormatan. Demikianlah pada umumnya manusia menjalankan hidupnya. Inilah pola umum yang baku, yang dikenakan semua manusia.
Pengikut Tuhan Yesus yang sejati yang telah lahir baru harusnya ketika ia menemukan Tuhan Yesus dalam hidupnya, segala sesuatu di atas tersebut dianggapnya menjadi tidak berarti yang dalam artian bukan hal prioritas yang utama lagi dalam hidupnya.
Oleh karena hal ini Paulus berkata:
Filipi 1:21 "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".

Tuhan harus menjadi tujuan hidup orang percaya satu-satunya.
Hidup adalah menemukan Tuhan, mengenal-Nya dengan baik dan melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya. Karena Tuhan lebih luas dari jagad raya dan “pribadi Agung” yang tidak terselami, maka untuk menemukan Tuhan, mengenal dan melakukan kehendak-Nya dibutuhkan perjuangan yang tidak memprioritaskan segala hal selain hanya Tuhan yang menjadi prioritas utama. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tegas berkata: ”Kumpulkan harta di sorga bukan di di bumi. “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan”(Matius 6:19-20;24). Ini berarti kita harus mengabdi kepada Tuhan satu-satunya dan sepenuhnya atau tidak usah sama sekali.

Satu hal yang paling merusak hubungan kita terhadap Tuhan adalah “kekhawatiran”. Mengapa khawatir? sebab kita takut akan terjadi sesuatu dalam kehidupan di bumi ini. Untuk proteksinya, seseorang berusaha memiliki harta sebanyak-banyaknya. Padahal harta tidak dapat menopang kehidupan kita. Berapa harta yang kita miliki yang dapat menjamin keamanan kita? Tuhan Yesus mengatakan bahwa hidup manusia tidaklah tergantung dari kekayaan (Lukas12:15).
Jangan mencoba memproteksi diri atau meraih kebahagian dengan banyaknya harta. Itu suatu kebodohan.
Ketika Tuhan berbicara mengenai hal mendahulukan Kerajaan Sorga, terlebih dahulu Ia berbicara mengenai kekhawatiran.

Kita memang diberi Tuhan tanggung jawab dalam hal mengelola apa yang Tuhan sudah percayakan kepada kita, contoh, dalam hal bekerja, memperhatikan kesehatan dll, Setelah kita memenuhi bagian kita, barulah kita bisa berkata” hidup kami adalah hidup yang berserah kepada Tuhan”. Ini bukan berarti kita tidak peduli hari esok. Tentu kita mempersiapkan diri menyongsong hari esok sebatas yang kita bisa lakukan, di luar itu kita berserah kepada Tuhan. Hal ini kita lakukan agar fokus kita tidak menjadi bias atau melenceng dalam mendahulukan Kerajaan Sorga.

Pertaruhan dan pengorbanan untuk memiliki cara pandang baru terhadap hidup adalah seluruh hidup kita. Kita tidak bisa menjadikannya sambilan. Pertaruhan dan pengorbanan yang sedikit tidak akan membawa kita kepada pengenalan dan kehendak-Nya secara penuh. Demi supaya hubungan kita terhadap Tuhan dapat berjalan lancar atau tidak terhambat, Firman-Nya menasihati kita bahwa kita harus memiliki rasa cukup.
1 Timotius 6:6-7 "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.
Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar".
Tanpa rasa cukup manusia tidak akan pernah berhenti memburu sesuatu yang “bukan Tuhan”. Pertaruhan dan pengorbanan yang berat adalah ketika seseorang harus “barter”. Paulus menunjukkan bahwa ia harus “melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya ia memperoleh Kristus". Melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, adalah hasil dari cara memandang hidup yang diubah.
Filipi 3:7-8 "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus".
Dalam ayat ini Paulus menunjukkan betapa tidak berartinya dunia ini, itulah sebabnya ia melepaskan segala sesuatu demi memiliki Kristus. Inilah cara memandang hidup yang diubahkan.

Amin


1 komentar:

  1. Luar biasa penjelasan Firman Tuhan yg mengubah cara pandang kita ttg kerajaan Allah, sangat memberkati. Trimakasih Tuhan Yesus.

    BalasHapus