Sabtu, 05 November 2016
MEWASPADAI TIPU DAYA KENYAMANAN HIDUP
Lukas 21:34-36
34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini.
36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."
Banyak orang Kristen berurusan dengan Tuhan hanya karena pemenuhan kebutuhan jasmani, dibebaskan dari kesulitan hidup dan lain sebagainya.
Dalam hal ini Tuhan hanya menjadi alat atau sarana dan bukan lagi menjadi tujuan hidupnya.
Jika kita menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup ini seharusnya kitalah yang harus memberi diri sebagai alat dan sarana bagi Tuhan untuk menggenapi seluruh rencana dan kehendak-Nya.
Dalam kehidupan jemaat abad pertama juga telah terjadi penyimpangan.
Seperti yang Paulus katakan bahwa “tuhan” mereka adalah perut mereka (Filipi 3:19).
Banyak orang Kristen yang belum mampu keluar dari konsep hidup manusia pada umumnya: Hidup untuk nafkah; hidup untuk hidup daging atau fisik.
Dalam Mazmur 73 dapat ditemukan kenyataan bahwa, orang-orang fasik memiliki keberadaan hidup yang baik, tetapi sebaliknya orang benar menderita. Fasik artinya tidak takut Tuhan dan tidak peduli hukum-Nya.
Oleh sebab itu, kalau orang percaya dalam keadaan yang serba baik dan nyaman dan tanpa masalah hidup, maka ia harus waspada, sebab iblis akan memanfaatkan kondisi tersebut sebagai jebakan dan mengupayakan seseorang untuk lebih mengasihi sesuatu yang lain melebihi dari pada kasihnya kepada Tuhan.
Ternyata diakhir zaman ini iblis mengupayakan dan memanfaatkan kenyamanan hidup manusia di bumi ini agar manusia dapat melupakan Tuhan. Inilah jerat bagi hidup manusia yang hidup diakhir zaman ini.
Keindahan dunia dengan segala kesenangannya ini akan membuat hidup manusia menjadi nyaman, senyaman-nyamannya sampai mereka melupakan Tuhan dan rencana-Nya.
Iblis menawarkan keindahan dunia ini kepada Yesus (Lukas 4:5-8), tetapi Ia tegas menolaknya.
Bujukan iblis dengan menjanjikan keadaan nyaman untuk menikmati dunia hari ini tanpa Allah adalah pencobaan yang sangat berbahaya.
Kenyamanan hidup juga bisa membuat seseorang tidak memerlukan siapa-siapa, bahkan Allah sendiri.
Kenyamanan hidup yang menciptakan suasana jiwa dimana seseorang tidak merasa membutuhkan Allah adalah keadaan gawat yang harus dengan cepat segera disadari.
Hasrat percintaan akan dunia ini adalah hasrat pemberontakan terhadap Allah.
Terkait dengan hal ini Tuhan Yesus memperingatkan agar orang percaya menjaga diri dari hal tersebut (Lukas 21:34).
Percintaan dunia inilah yang sama artinya dengan tipu daya kekayaan yang telah menjerat banyak orang. Oleh sebab itu, terikat dengan dunia ini sama dengan “menyembah Iblis”(Lukas 4:5-7).
Kenyamanan hidup yang berfokus untuk kepuasan diri membuat seseorang tidak melayani Tuhan secara benar, tetapi melayani diri sendiri.
Inilah ciri dari orang yang sedang terjerat oleh tipu daya kekayaan/kenyamanan hidup sehingga tidak mencintai sesamanya dan tidak mengupayakan keselamatan jiwa orang lain.
Seperti yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus dalam Markus 10:21-22, mengenai orang yang tidak mau melepaskan miliknya untuk orang lain yang merupakan kehendak Allah.
Ini bukan berarti seseorang harus selalu memberi sebagian uang untuk orang miskin atau kegiatan gereja semata-mata, namun yang penting di sini adalah apakah seseorang mau memecahkan diri seperti anggur yang tercurah atau roti yang terpecah bagi keselamatan orang lain atau tidak.
Kalau hanya membagi uang atau harta untuk orang lain, banyak manusia juga melakukannya.
Tetapi membagi segenap hidup untuk orang lain dengan kasih yang murni, itulah yang sulit.
Alkitab berkata sekalipun seseorang memberikan seluruh harta, tetapi tanpa kasih adalah sia-sia.
Orang yang terkena tipu daya percintaan dunia tidak akan memiliki kasih kepada Bapa dan kepada sesamanya.
Betapa sulitnya meyakinkan kepada orang bahwa hidup di luar Tuhan itu tidak akan membawa mereka kepada kebahagiaan hidup yang sejati.
Jika tipu daya kenyamanan hidup sudah mengakar kuat didalam hidup seseorang maka hal ini bisa membuat seseorang tidak lagi memperdulikan Tuhan tetapi mereka bisa merasa bahagia.
Mereka merasa bahwa didalam dunia ini hidup mereka dapat dibuat berbunga-bunga, seindah-indahnya dengan fasilitas kesenangan yang disediakan oleh dunia ini. Karena hal ini banyak orang mengikuti cara hidup mereka dan bergabung dengan kelompok ini. Oleh sebab itu kebanyakan manusia berpikir demikian dan mereka makin merasa mantap di jalan tersebut. Demikianlah semakin banyak orang yang menjadi anggota kerajaan kuasa kegelapan, termasuk sejumlah orang Kristen yang tidak terhitung. Tetapi mereka tidak menyadarinya.
Kuasa kegelapan yang juga berupaya menawarkan kenyamanan hidup didalam dunia ini akan membuat hidup manusia menjadi nyaman untuk sementara waktu, senyaman-nyamannya, sampai mereka tidak mengharapkan dunia lain yaitu kerajaan Bapa di Sorga.
Tuhan Yesus berkata di rumah Bapaku banyak tempat tinggal (Yohanes 14:1-3), tetapi tidak banyak orang merindukan rumah Bapa, sebab mereka telah menjadikan dunia sebagai firdausnya.
Rumah Bapa menjadi tidak menarik karena manusia lebih tertarik tinggal di rumah “bapa yang lain” yaitu rumah buatan tangan iblis lewat tawaran kenyamanan hidup untuk kepuasaan diri yang dirasa lebih nyaman.
Inilah keinginan dan harapan manusia pada umumnya, memiliki sebuah surga di bumi ini tanpa memikirkan dunia lain yang telah Tuhan Yesus persiapkan bagi orang-orang kudus-Nya.
Dalam isi doa-doa yang sering kita dengar adalah sering kali seseorang mengharapkan Tuhan mau mengerti dan menyediakan fasilitas kenyamanan hidup baginya selama ia hidup dibumi ini.
Padahal Tuhan sudah memberi pernyataan yang sangat jelas didalam Yohanes 15:19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
Dalam ayat ini Tuhan hendak menunjuk bumi ini adalah tempat persinggahan sementara orang percaya dan bukan tujuan untuk menggumuli kenyamanan hidupnya dibumi ini.
Dibumi adalah tempat perjuangan untuk hidup mengabdi kepada Tuhan sepenuhnya, membuktikan bahwa kita taat memberi hidup didalam pemerintahan-Nya, serta setia mengambil bagian didalam penderitaan memikul salib melaksanakan seluruh kehendak-Nya atas hidup setiap kita.
Berangkat dari hal ini kita semakin mengerti arti seruan oleh Tuhan Yesus tentang: “kumpulkanlah harta di surga, bukan yang di bumi, sebab dimana ada hartamu di situ hatimu berada”.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar